Berita Aceh Selatan

Hari Ini, Harga Sawit di Aceh Selatan Rp 1.060 Per Kilogram, Mulai Berangsur Naik

Penulis: Taufik Zass
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pekerja mengumpulkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk diangkut ke pabrik. Besok, Kamis (28/7/2022), harga TBS sawit di PMKS di Subulussalam dan Aceh Singkil rata-rata naik Rp 50 per kilogram.

sejak beberapa hari terakhir perlahan harga beli TBS kelapa sawit di tingkat agen pengumpul (RAM) beransur naik.

Laporan Taufik Zass | Aceh Selatan

SERAMBINEWS.COM, TAPAKTUAN - Tanda-tanda harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit bakal kembali naik mulai dirasakan denyutnya oleh para petani.

Betapa tidak, sejak beberapa hari terakhir perlahan harga beli TBS kelapa sawit di tingkat agen pengumpul (RAM) beransur naik.

"Hari ini kita beli dikisaran harga Rp 1.060/Kg.

Alhamdulillah ada kenaikan jika dibandingkan dengan harga beberapa hari yang lalu," kata Sumardi, seorang pemilik RAM di Kecamatan Trumon saat di konfirmasi Serambinews.com, Kamis (28/7/2022).

Seperti diberitakan sebelumnya, petani Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Selatan mulai merasa gembira.

Pasalnya, sejak tiga hari terakhir harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dilaporkan mulai bergerak naik.

Baca juga: DPW dan DPD Apkasindo Perjuangan Se-Aceh Dikukuhkan, Program Peremajaan Sawit Rakyat Disosialisasi

 "Alhamdulillah, sejak tiga hari terakhir harga TBS kelapa sawit di tingkat agen pengumpul Rp 1.050/Kg.

Kita berharap harganya bisa terus bergerak naik agar petani bisa menikmati hasil perkebunan mereka," kata H Ismail (60), petani di Trumon kepada Serambinews.com, Rabu (27/7/2022).

H Ismail bersama petani kelapa sawit lainnya sangat berharap peran aktif pemerintah menjaga kestabilan harga TBS kelapa sawit.

Pasalnya sebagian besar petani setempat sangat bergantung hidup dari hasil perkebunan mereka.

"Harapan ya bisa kembali di harga Rp 3.000/Kg, seperti sebelumnya," harap H Ismail.

Baca juga: VIDEO Petani Sawit di Subulussalam Lelah Protes Harga Buah Sawit yang Terus Turun

Seperti diketahui, sebelum pemerintah memberlakukan larangan eskpor CPO dan turunannya pada April 2022 lalu, petani sawit sempat bergairah menyambut lebaran.

Namun, setelah Lebaran harga TBS mulai bergerak turun, perlahan tapi pasti.

Padahal, pemerintah sudah membuka larangan eskpor CPO dan turunannya terhitung mulai 23 Mei 2022.

Dibuka larangan eskpor ini, ternyata tidak serta merta langsung berdampak membaiknya harga pemasaran TBS di tingkat petani.

Malah, beberapa waktu lalu sudah berada pada dititik mengkhawatirkan, yakni Rp 700/kg.

Pasang surutnya nasib petani sawit ini memang acap kali terjadi, tertutama terkait harga pemasaran TBS yang terus menjadi delema bagi mereka.

Baca juga: Dari Demo hingga Aksi Bakar TBS Kelapa Sawit Sudah Digelar, Apkasindo: Tapi Harga Masih Anjlok

“Bayangkan saja ongkos panen yang rata-rata mencapai Rp 200/kg – Rp 300/kg, sementara harga cuma Rp 700 per kilogram.

Nyaris kami tidak memperoleh hasil yang bisa menutupi biaya hidup," kata Ramli, warga Trumon beberapa waktu lalu.

Ketika itu, para petani sawit banyak yang berangkat mencari kerja di luar kampungnya, bahkan ada yang menjadi buruh bangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sebab, jika mereka bertahan dengan mengurus sawit saat itu, jelas tidak cukup untuk mengasapi dapur.

Meski begitu, ada sebagian dari mereka yang tetap bertahan untuk mengurus kebun, namun bukan sebagai petani tetapi berubah status sebagai buruh tani di kebun sendiri.

Karena, semua urusan perawatan kebun dikerjakan sendiri tanpa memperkerjakan orang lain, mulai pembersihan, panen hingga pemupukan.

“Hitung-hitung sekadar lepas makan, meskipun harus juga mencari pekerjaan tambahan, kalau mengandalkan dari hasil panen sawit tidak akan mencukupi untuk mengasapi dapur dan biaya sekolah anak,” ujar Mustafa, petani sawit asal Trumon waktu itu. (*)

Berita Terkini