Di Jakarta, sambungnya, dia punya sahabat yang saling menguatkan, Prof. M. J. Melalatoa yang waktu itu masih belum jadi guru besar dan Jahidin Minosar.
“Kami saling menguatkan urusan seni, sastra, dan kebudayaan Gayo. Sebelum kami menikah, kami sering kumpul, tidur bareng, dan kadang cerita sampai pagi. Di antara perbincangan itu, kemudian melahirkan Lembaga Kebudayaan Gayo Alas,” kenang LK Ara.
LK Ara lahir di Kute Lintang, Takengon, Aceh Tengah, tanggal 12 November 1937. Sejak akhir tahun 1960-an, mulai mendokumentasikan sastra lisan Gayo, berpuisi, berkerja di media, aktif di teater dan satu di antara pendiri Teater Balai Pustaka, kemudian bekerja sampai pensiun di Balai Pustaka, menyusun/menulis seratusan judul buku, dan masih produktif menulis puisi di media sosial Facebook sampai sekarang, dan bahkan menginjak usianya 85 tahun, LK Ara jadi YouTuber.
Sastra lisan adalah sastra yang mencakup ekspresi kesusasteraan warga kebudayaan yang disampaikan turun menurun dengan ucapan. “Biasanya, disampaikan pencerita kepada pendengar. Masyarakat saling bertukar cerita. Cerita tersebut hidup di tengah-tengah masyarakat,” kata LK Ara.(*)