"Aku jual mahal (produknya) waktu itu," kata Faiz tertawa.
Dalam sebulan, ia bisa menjual lima skateboard mini. Menurutnya pendapatan dari sini sebagai tambahan uang jajan sudah sangat lumayan untuk seorang anak SD seusianya.
Kebetulan ia sekolah di dekat rumah. Saat anak-anak lain dengan gaya hype-nya mereka, Faiz hanya bisa berjalan kaki atau naik sepeda butut ke sekolah sambil berjualan.
Sebagai seorang introvert, teman-temannya yang lebih hype dan lebih baik secara finansial membuatnya benar-benar down karena dibully terus-terusan.
"Selama 6 tahun itu sebenarnya aku dibully (jualan)," ungkapnya.
Dari motivasi di-bully itu, Faiz ingin membuktikan bahwa ia juga bisa meraih apa yang ia impikan.
Lulus SD ia masuk ke pesantren. Sesampainya di sana, karena uang kiriman kadang-kadang kurang dari orang tua, membuatnya kembali berpikir untuk melakoni pekerjaan awalnya sewaktu SD.
Apalagi kalau bukan berbisnis.
Ia kemudian bertemu dengan seorang ibu tukang cuci yang sedang butuh uang tambahan.
Ibu tersebut menawarkan Faiz untuk membantunya menjualkan nasi goreng milik.
Setiap nasi goreng yang terjual, Faiz mendapat komisi sebesar Rp 1.000 dari sana.
"Waktu itu dropship-in nasi goreng, untungnya Rp 1.000," kata Faiz tertawa.
Kemudian ia menjual nasi goreng dari kamar ke kamar selama di pesantren.
Namun pekerjaannya itu kembali mendapat bullyan dari teman-temannya di sana.
"Eh tukang nasi goreng lu," katanya menirukan.