Berita Aceh Barat

Ricuh, Mahasiswa dan Polisi Terluka, Demo Tolak Kenaikan Harga BBM di Aceh

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MEULABOH - Aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi di beberapa kabupaten di Aceh, Senin (12/9/2022) berakhir ricuh.

Belasan mahasiswa diamankan.

Selain itu beberapa orang juga terluka, baik demonstran maupun aparat kepolisian.

Kericuhan salah satunya terjadi di Meulaboh, Aceh Barat.

Aksi unjuk rasa itu dilakukan oleh mahasiswa tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (AKAR).

Kericuhan terjadi saat mahasiswa akan bergerak masuk ke Gedung DPRK, Simpang Pelor Meulaboh.

Massa terlihat tak terkendali, sehingga polisi membubarkannya dengan menggunakan gas air mata dan water canon.

Kondisi tersebut membuat suasana berubah menjadi keributan, antara mahasiswa dan polisi.

Sebanyak 13 mahasiswa diamankan oleh pihak kepolisian, di antaranya 10 laki-laki dan 3 perempuan.

Dalam aksi demonstrasi itu, polisi sebelumnya menemukan ada peserta aksi yang membawa 1 senjata tajam, batu dan ban bekas.

Baca juga: 850 Personel Amankan Demo Tolak Kenaikan Harga BBM di Lhokseumawe

Baca juga: Seluruh SPBU di Meulaboh Tutup, Akibat Aksi Demo Penolakan kenaikan Harga BBM

Polisi lalu meminta demonstran untuk mundur dan membubarkan diri.

Tetapi karena massa terus merengsek maju, polisi lalu mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata.

Seorang mahasiswa sempat terjatuh terkena tembakan gas air mata.

Mahasiswa tersebut lalu bangun dan berusaha menyelamatkan diri.

Dalam suasana yang kacau itu, kejar-kejaran pun terjadi.

Sejumlah mahasiswa terpaksa diamankan untuk meredam terjadinya insiden yang lebih buruk.

“Aksi ini awalnya berjalan tertib dan aman.

Namun setelah ada negosiasi, mahasiswa bersikeras untuk masuk.

Dalam situasi tersebut, salah satu anggota disundul dengan becak dan terpaksa kami bubarkan dengan gas air mata,” jelas Kapolres Aceh Barat, AKBP Pandji Santoso kepada Serambi.

Dalam aksi tersebut, pihaknya mengamankan 11 orang yang diduga memprovokasi dan membuat rusuh, yaitu M Syarif Al Qahhar, Engga Saputra, Samsidar, Apria, Celsy, Wanda, Fandi, Tarigan, Hidayat, Marpandi, dan Jhoni Howard.

Baca juga: Demo Tolak Kenaikan BBM di Lhokseumawe Ricuh, Mahasiswa Sebut Ada Penyusup Ada yang Ingin Buat Chaos

Selain itu, turut diamankan juga barang bukti berupa satu unit mobil komando orasi, satu becak motor, alat peraga, senjata tajam, dan bongkahan batu.

Wakil Ketua DPRK Aceh Barat, Ramli SE mengaku mendukung para mahasiswa yang menyampaikan aspirasinya menolak kenaikan harga BBM.

Namun pihaknya berharap tidak ada aksi anarkis yang bisa berdampak buruk.

Karena itu, dia menyampaikan terima kasih kepada Kapolres yang langsung bergerak cepat untuk mencegah insiden yang lebih besar.

“Kita berterima kasih kepada Pak Kapolres yang menangani dengan cepat, sehingga tidak terjadi insiden yang lebih besar.

Namun jika ada hal kecil terjadi dalam aksi, itu hal biasa,” kata Ramli SE.

Polisi Terluka

Aksi demonstrasi juga terjadi di Kota Lhokseumawe yang dilakukan para mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Unimal Bersama Rakyat.

Aksi berlangsung di Gedung DPRK Lhokseumawe.

Awalnya, aksi berjalan tertib.

Baca juga: Demo Tolak Kenaikan Harga BBM di Lhokseumawe Ricuh, Seorang Personil Polisi Terluka

Sejumlah unsur pimpinan dewan juga keluar menemui demonstran.

Namun ketika mahasiswa meminta ruang diskusi berlangsung di dalam gedung, suasanan berubah menjadi panas karena tidak ada titik temu.

Apalagi unsur pimpinan DPRK masuk kembali ke dalam gedung.

Aksi saling dorong pun terjadi antara mahasiswa dengan aparat keamanan.

Selanjutnya, batu-batu pun berterbangan memecahkan sejumlah dinding kaca Gedung DPRK Lhokseumawe.

Lemparan batu itu juga mengenai kepala seorang polisi hingga terluka.

Petugas lalu bergerak cepat melakukan antisipasi dengan memukul mundur demonstran menggunakan water canon.

Tidak lama, kondisi mulai kembali kondusif.

Namun beberapa menit kemudian, mahasiswa kembali berorasi di depan gedung DPRK, dan sekitar pukul 14.00 WIB mahasiswa akhirnya membubarkan diri.

Kapolres Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto mengakui ada seorang personelnya yang terluka terkena lemparan batu, yakni yakni Ipda Agus.

“Kita akan melakukan penelusuran dan langkah-langkah penyelidikan lebih lanjut,” ucapnya.

Sementara Ketua DPRK Lhokseumawe, Ismail A Manaf, mengaku sedih dengan terjadi kericuhan tersebut.

Apalagi pihaknya bersama unsur pimpinan dan sejumlah anggota dewan sudah menemui pendemo, dan siap meneken petisi penolakan kenaikan harga BBM dan lalu mengirimkannya ke tingkat pemerintahan lebih tinggi.

Pihaknya juga menyetujui ketika para mahasiswa meminta berdialog di dalam gedung, tetapi jumlahnya dibatasi maksimal 50 orang, sesuai dengan kapasitas ruangan.

Karena kalau semuanya (masuk) yang mencapai hampir dua ribuan, tentunya tidak muat.

Namun karena para mahasiswa tetap memaksa agar semuanya masuk, maka kericuhan pun terjadi.

"Tapi intinya, kita mendukung aksi penolakan kenaikan harga BBM.

Karena kita sangat sadari betapa berefek terhadap perekonomian masyarakat," pungkasnya.

Terpisah.

Koordinator Aksi, Aris Munandar, mengungkapkan adanya penyusup yang mengacaukan aksi mereka.

Saat konsolidasi aksi, Aris menjelaskan, pihaknya sepakat akan melakukan aksi danai bersama elemen masyarakat, yaitu seperti tukang becak, nelayan, dan lain-lain.

"Tapi dibalik itu semua ada penyusup-penyusup yang ingin melakukan aksi tersebut keos.

Ingin saya sampaikan bahwasanya di sini ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang akan menggagalkan aksi atau mengeoskan aksi.

Perlu digarisbawahi, ketika kerusuhan terjadi, saya selaku korlap telah menenangkan masa aksi tersebut agar tidak anarkis dan tidak merusak fasilitas negara karena itu melanggar hukum," pungkasnya.

Luka dan patah tulang

Di Kabupaten Aceh Tengah, delapan peserta mahasiwa mengalami luka-luka dalam aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh.

Awal terjadi kericuhan saat peserta aksi membakar keranda yang dibalut kain kafan putih bertuliskan 'Jokowi Tolak Kenaikan BBM'.

Saat api membara, salah satu personel dari Polres Aceh Tengah masuk ke tengah kerumunan mahasiswa untuk memadamkan api.

Hal itu sontak membuat mahasiswa emosi dan langsung melakukan aksi saling dorong antara mahasiswa dan pihak keamanan.

Situasi semakin memanas.

Pantauan Tribungayo.com, massa kemudian melempari pihak keamanan dengan botol aqua.

Selain itu, aksi saling dorong juga diwarnai bentrok dan adu pukulan antara mahasiswa dan pihak keamanan.

Delapan mahasiswa dilaporkan terluka.

Tiga di antaranya mengalami patah tulang dan luka lebam.

Seorang mahasiswa terpaksa dilarikan oleh rekannya ke RSUD Datu Beru, Takengon.

Ketua Mahasiswa Gerakan Nasional Indonesia (GMNI) Aceh Tengah, Saparuda menyampaikan, apabila tidak ada tindakan atau niat baik terhadap kedelapan korban tersebut, maka pihaknya akan menggunakan jalurk hukum atas tindakan main pukul yang dilakukan aparat keamanan.

"Apabila tidak ada tindakan atau niat baik dari bapak-bapak sekalian terhadap kedelapan korban tersebut, saya atas nama Ketua GMNI Aceh Tengah akan memproses jalur hukum tindakan pemukulan tersebut," ucapnya.

Dia juga menegaskan bahwa dalam waktu dekat akan melaporkan kasus tersebut ke Polda Aceh dan juga ke Kapolri.

Pihaknya mengaku telah mengantongi sejumlah bukti terkait adanya oknum polisi yang melakukan aksi pemukulan terhadap mahasiswa peserta demo.

Terkait hal itu, Kapolres Aceh Tengah AKBP Nurochman Nulhakim SIK menyatakan akan bertanggung jawab terhadap kedelapan korban.

"Saya atas nama Kapolres Aceh Tengah dan atas nama kemanusiaan akan bertanggung jawab terhadap kedelapan korban tersebut," ucapnya.(sb/dan/bah/rd)

Baca juga: Demo BBM Berlangsung Sepanjang Hari

Baca juga: Aksi Demo di Depan Gedung DPR Aceh Mulai Memanas, Pendemo Lempar Polisi dengan Air Mineral

Berita Terkini