Luar Negeri

Pemimpin Tertinggi Iran Tuduh Amerika Serikat dan Israel Sebagai Dalang Kerusuhan di Negaranya

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menuduh Amerika Serikat dan Israel atas protes dan kerusuhan yang melanda negarnya.

Para pengunjuk rasa itu menyerukan "prinsip-prinsip yang adil dan universal", katanya.

Seraya menambahkan bahwa AS berpihak pada wanita Iran yang menginspirasi dunia dengan keberanian mereka.

Baca juga: Presiden Iran Serukan Persatuan Nasional, Redam Kemarahan Warga Atas Kematian Mahsa Amini

Mahsa Amini, seorang wanitaberusia 22 tahun, mengalami koma beberapa jam setelah ia ditahan oleh polisi moral pada 13 September 2022 di Teheran.

Ia ditahan karena diduga melanggar hukum ketat yang mengharuskan wanita untuk menutupi rambut mereka dengan jilbab. Dia meninggal tiga hari kemudian.

Keluarganya menuduh bahwa petugas memukul kepalanya dengan tongkat dan membenturkan kepalanya ke salah satu kendaraan mereka. 

Polisi mengatakan tidak ada bukti penganiayaan dan bahwa dia menderita gagal jantung secara mendadak.

Para wanita telah memimpin protes yang dimulai setelah pemakaman Amini, melambai-lambaikan jilbab mereka ke udara dan membakarnya.

Mereka kemudian meriakkan "Wanita, hidup, kebebasan" dan "Matilah diktator" – yang ditujukan pada Ayatollah Khamenei.

Hak Asasi Manusia Iran mengatakan setidaknya 133 orang telah tewas oleh pasukan keamanan sejauh ini. 

Media pemerintah melaporkan bahwa lebih dari 40 orang tewas, termasuk personel keamanan.

AS telah menjatuhkan sanksi pada polisi moral Iran.

Baca juga: Iran Tuntut Pencairan Dana Rp 107 Triliun dari Korea Selatan, Imbalan Pembebasan Dua Warga AS

Wartawan BBC, Kasra Naji mengatakan pasukan keamanan mencoba memasuki kampus Universitas Teknologi Sharif di Teheran pada Minggu malam.

Tetapi para mahasiswa mengusir mereka untuk kembali dan menutup gerbang.

Naji menambahkan, pihak keamanan kemudian mengepung kampus tersebut dan para mahasiswa yang mencoba pergi melalui tempat parkir diangkut satu per satu dan dipukuli, ditutup matanya dan dibawa pergi.

Pengepungan berakhir pada malam hari setelah intervensi profesor dan menteri pemerintah.

Pada hari Senin, mahasiswa di universitas mengumumkan bahwa mereka tidak akan kembali ke kelas sampai rekan-rekan mereka dibebaskan.

Protes juga dilaporkan di universitas lain di Teheran dan di tempat lain di negara itu.

Para mahasiswa dalam video yang beredar di media sosial melambai-lambaikan jilbab mereka di udara dan meneriakkan "matilah diktator". (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkini