SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Pertempuran sengit pecah antara pemberontak dukungan Turki di Suriah Utara selama sepekan lebih.
Perang antara kelompok bersenjata itu telah menewaskan 58 orang, sebagian besar pejuang.
Insiden itu telah memicu gejolak yang memungkinkan para pejuang yang terkait dengan Al-Qaeda menguasai wilayah, seorang pemantau perang Suriah mengatakan pada Selasa (18/10/2022).
Dilansir AFP, bentrokan pecah sejak 8 Oktober 2022 di daerah bergejolak dekat perbatasan Turki.
Termasuk di kawasan yang paling mematikan dalam beberapa tahun ini, menewaskan 48 pemberontak dan 10 warga sipil, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Di antara 48 pejuang yang tewas, 28 di antaranya anggota aliansi Hayat Tahrir Al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh mantan afiliasi Al-Qaeda Suriah.
Baca juga: Bom Hancurkan Bus Militer Suriah, 18 Tentara Tewas dan 20 Lainnya Luka-Luka
Puluhan kelompok pemberontak yang menentang Presiden Bashar Assad terkurung di wilayah utara dan barat laut Suriah.
Mereka masih berupaya menghindari kendali pemerintah setelah lebih dari satu dekade perang.
Pertempuran terakhir dimulai bulan ini antara dua kelompok pemberontak pro-Turki yang bersaing di kota Al-Bab, Provinsi Aleppo sebelum menyebar ke daerah lain.
Bahkan, menarik faksi lain, termasuk HTS.
HTS secara luas dipandang sebagai faksi pemberontak terkuat dan terorganisasi terbaik dan mendominasi wilayah terdekat Idlib, benteng oposisi utama terakhir Suriah.
Mereka telah memanfaatkan pertempuran terbaru untuk memperluas zona pengaruhnya.
Baca juga: Roket Hantam Markas Militer Amerika Serikat di Suriah, Tak Ada Kerusakan Sama Sekali
Sebuah langkah yang didukung oleh Turki, yang tidak pernah secara terbuka mendukungnya.
“Hayat Tahrir Al-Sham tidak akan memasuki daerah itu tanpa persetujuan Turki,” kata kepala Observatorium Rami Abdul Rahman.
Pekan lalu, HTS merebut wilayah Afrin dari saingan pemberontak yang didukung Turki, maju di daerah itu untuk pertama kalinya sejak perang saudara pecah di Suriah pada 2011.