SERAMBINEWS.COM, RAMALLAH - Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menegaskan kembali keprihatinannya atas kembalinya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Netanyahu dikenal memiliki kebijakan garis keras dalam menyikapi perlawanan rakyat Palestina.
Pernyataan Abbas muncul ketika pasukan Israel membunuh gadis Palestina berusia 16 tahun, Fullah Masalmah di Tepi Barat pada Senin (14/11/2022).
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan gadis itu dari Kota Dahiriya, selatan Hebron, meninggal setelah tentara Israel menembak kepalanya saat menyerbu Beitunia.
Angkatan bersenjata Israel mengumpulkan beberapa warga Palestina di Tepi Barat saat fajar pada Senin (14/11/2022) untuk melakukan operasi besar-besaran di beberapa kota Tepi Barat.
Abbas mengatakan Netanyahu bukan orang yang percaya pada perdamaian dengan Palestina.
Tetapi dia akan dipaksa untuk berurusan dengannya.
Dia membuat pernyataan itu dalam sebuah wawancara TV dengan saluran Mesir pada 13 November 2022.
“Saya sudah lama mengenal Netanyahu dan telah banyak berurusan dengannya sejak tahun 90-an," ujarnya.
"Dia merupakan orang yang tidak percaya pada perdamaian," tambahnya.
Baca juga: Israel Akan Izinkan Dua Helikopter Sipil ke Palestina, Perkuat Posisi Presiden Mahmoud Abbas
“Saya berurusan dengan dia karena saya tidak punya pilihan lain, karena dengan siapa saya berurusan sebagai wakil Israel? ujarnya.
"Ada masalah antara saya dan Israel yang menempati tanah dan negara saya," katanya.
"Siapa perdana menterinya? Netanyahu, mareka saya harus berurusan dengannya, dan pada saat yang sama, saya tetap pada posisi saya," tambahnya.
Khususnya, mantan pemimpin Israel saat ini dan baru-baru ini, Naftali Bennett dan Yair Lapid menolak kontak langsung dengan Abbas.
Dilansir AFP, Selasa (15/11/2022), pada saat yang sama, ada hubungan terbatas Israel dengan pemimpin Palestina melalui Menteri Pertahanan Benny Gantz.
Gantz berfokus pada kerjasama keamanan dan penyelesaian masalah kemanusiaan Palestina.
“Jika Netanyahu tidak percaya pada perdamaian, saya katakan mari kita cari solusi lain," kata Abbas.
"Tidak, karena perdamaian itu perlu," tambahnya.
"Buktinya, kami sudah sering memaksanya ke AS untuk membicarakan proses perdamaian," jelasnya.
"Tapi dia orang yang tidak percaya pada perdamaian dan percaya pendudukan akan tetap ada selamanya," tambahnya.
Dia mengatakan di AS banyak orang Amerika tidak menerima posisinya, termasuk banyak orang Yahudi Amerika.
Abbas menjelaskan ini menjadi sesuatu yang baru, karena Israel sebagai negara apartheid.
Selain itu, 90 persen gereja AS tidak percaya pada kebijakan Israel dan secara terbuka menyatakan kebijakan ini tidak akan membawa hasil apapun.
Baca juga: Mahmoud Abbas Pimpin Dewan Kehakiman Tertinggi, Kelompok HAM dan Oposisi Marah
Abbas menambahkan Palestina bekerja secara kumulatif untuk mempromosikan narasi Palestina di AS dalam upaya menjungkirbalikkan dominasi pemikiran pro-Israel.
“Rakyat Palestina sepenuhnya menyadari kebijakan ini, dan tidak ada ilusi bahwa solusinya akan terjadi besok karena kami telah berada di bawah pendudukan selama 75 tahun," katanya.
"Kami tahu Israel, sangat menantang untuk menarik diri dari tanah Palestina kecuali teori mereka gagal,” kata Abbas.
“Kami baru-baru ini berbicara dengan Israel tentang hubungan bilateral," ungkapnya.
"Kami memberi tahu mereka tentang Kesepakatan Oslo yang mengatakan dilarang melakukan tindakan sepihak di kedua sisi," ujar Abbas.
"Anda melakukan tindakan sepihak, hentikan segera dan lepaskan uang kami," katanya.
Presiden Abbas memuji upaya Mesir dan Aljazair untuk mempromosikan rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas sebagai sebagai keberhasilan.
Dia menambahkan hanya meminta Hamas untuk mengakui PLO seb agai perwakilan rakyat Palestina dan mengidentifikasi legitimasi internasionalnya.
Abbas mengatakan PLO adalah kendaraan politik paling penting bagi warga Palestina sejak Nakba dan tidak akan ada negara atau entitas Palestina tanpa PLO.
Dalam wawancaranya, Abbas juga mengkritik penengahan proses perdamaian Israel-Palestina oleh Washington.
Dia memperingatkan tidak ada satu langkah maju pun yang diambil sejak AS terlibat dalam berkas Palestina.
“Sejak AS meletakkan tangannya pada file Palestina-Israel pada 1993 hingga hari ini, kasus ini tidak berkembang," jelasnya.
Baca juga: Mahmoud Abbas Tidak Akan Sampaikan Permintaan Maaf Atas Serangan ke Atlet Israel di Munich 1972
"Kami sedang dalam bernegosiasi dan berhubungan dengan AS tentang hubungan bilateral setiap hari,” tambah Abbas.
Pemimpin Palestina itu mengatakan dia mengadopsi metode politik perlawanan rakyat secara damai yang dapat diterima oleh semua pihak.
Dikatakan, masalah Palestina masih rumit dan “solusinya masih jauh dari harapan.
Abbas mengaku sedang mencari keanggotaan permanen di PBB dan akses ke Mahkamah Internasional meskipun ada tekanan.
Dia mengetahui PBB telah mengabaikannya selama lebih dari 70 tahun.
“Tetapi kami akan terus melanjutkan terlepas dari tekanan tanpa ragu-ragu, karena kami adalah pemilik dari suatu tujuan dan mempertahankan keputusan independen kami,' jelas Abbas.(*)