SERAMBINEWS.COM, TEL AVIV- Benjamin Netanyahu, yang belum dilantik secara resmi sebagai Perdana Menteri (PM) Israel mengklaim akan segera membuka lembaran baru kedua negara.
Hal itu disampaikan oleh kantor mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis (17/11/2022) malam.
Hubungan kedua negara sempat menjadi dingin di bawah masa jabatan Netanyahu sebelumnya.
Dia sekarang akan kembali berkuasa segera sebagai kepala pemerintahan paling ekstrem Israel.
Hubungan sudah membaik di bawah Perdana Menteri Yair Lapid saat bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di New York pada September 2022 lalu.
Pertemuan pertama antara para pemimpin kedua negara itu terjadi seusai 14 tahun.
Baca juga: Jadi Anggota NATO, Turki Buka-bukaan Sebut Barat Ingin Menghancurkan Rusia Tanpa Batas
Tetapi hubungan Erdogan dengan Israel di bawah Netanyahu sangat dingin.
Terutama perang berulang melawan penguasa Hamas di Jalur Gaza dan serangan armada Jalur Gaza 2010 oleh militer Israel, juga selama pemerintahan Netanyahu.
Erdogan telah menunjukkan keinginan untuk hubungan yang lebih hangat sejak Netanyahu digulingkan setelah 12 tahun berturut-turut berkuasa tahun lalu.
Dilansir AFP, Jumat (18/11/2022), pernyataan itu mengisyaratkan hubungan itu dapat terus meningkat di bawah Netanyahu.
Kantor Netanyahu berjanji untuk bekerja sama dan memulai dari awal melalui panggilan telepon antara kedua pemimpin.
Netanyahu sedang dalam proses mencoba membentuk pemerintahan setelah pemilihan nasional awal bulan ini.
Baca juga: Mahmoud Abbas Prihatinkan Kembalinya Netanyahu, PBB Sudah Abaikan Palestina Selama 70 Tahun
“Kedua pemimpin sepakat untuk bekerja sama meluncurkan era baru dalam hubungan antara Turki dan Israel,” menurut pernyataan kantor Netanyahu.
Tidak ada komentar segera dari kantor Erdogan.
Selama bertahun-tahun hubungan yang tegang, Erdogan telah menjadi pengkritik yang blak-blakan terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina.
Israel, pada gilirannya, keberatan dengan dukungan Turki terhadap Hamas.
Sekutu regional yang pernah dekat itu menarik duta besar mereka masing-masing pada 2010.
Setelah pasukan Israel menyerbu armada kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina yang melanggar blokade Israel.
Baca juga: Perdana Menteri Israel Yair Lapid Minta Rakyat Bersatu, Usal Kalah dari Benjamin Netanyahu
Insiden itu mengakibatkan kematian sembilan aktivis Turki.
Tetapi setelah kunjungan kenegaraan Presiden Israel Isaac Herzog ke Turki pada Maret dan tanda-tanda pencairan lainnya, kedua negara sepakat bertukar duta besar.
Mereka masih berbagi berbagai kepentingan strategis, termasuk membendung ambisi nuklir Iran.(*)