Kupi Beungoh

ODGJ Meresahkan Masyarakat Kota Langsa

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Poppy Novia, mahasiswi PPI FUAD IAIN Langsa Melaporkan dari Langsa.

Hal ini tentu berbeda dengan observasi oleh masyarakat sekitar yang menilai bahwa pihak keluarga ODGJ cenderung berlepas tangan dari apa yang menjadi tanggung jawab mereka (merawat ODGJ).

Setelah terjadi proses evakuasi dan kordinasi, khususnya rujukan pasien ODGJ ke rumah sakit jiwa, sepintas ODGJ di Kota Langsa mulai tampak minim. Tentu saja, masih ada beberapa ODGJ yang berkeliaran karena tidak terlacak pada proses evakuasi.

Realitas di atas menunjukkan bahwa sangat penting kerjasama berbagai pihak dalam menangani kasus ODGJ. Menurut pakar dibidangnya, ODGJ mmasih berpotensi disembuhkan. Namun, kenyataan hari ini sering kali diabaikan oleh keluarga sehingga tidak ada proses rehabilitasi.

Pada intinya, keluarga tetap menjadi pihak yang paling vital dalam menanggulangi kasus ODGJ. Memberikan obat misalnya, tidak mungkin pasien ODGJ pergi sendiri ke rumah sakit.

Mereka harus didampingi keluarga sehingga mendapat solusi yang tepat. Selain itu, pihak keluarga memiliki pemahaman yang lebih dalam dalam memahami keluhan pasien ODGJ. Semua itu dapat menjadi aspek penting dalam menentukan obat atau dosis yang diberikan.

Masalah Kesehatan Jiwa

Seiring dengan dinamisnya kehidupan manusia serta kondisi masalah kehidupan yang dihadapi contohnya masalah ekonomi atau kemiskinan,masalah keluarga,dan bahkan dengan pasangan hidup.

Dampak negatifnya bisa merubah perilaku seseorang atau individu. Bisa saja memunculkan masalah psikososial atau gangguan kesehatan jiwa.

Masalah kesehatan jiwa termasuk dalam fenomena yang riskan dan belum dapat solusi total dalam penanganannya. Sejauh ini, hampir tidak ada suatu komunitas masyarakat yang bersih dari oknum yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Tentu saja, itu tak terlepas dari kenyataan bahwa setiap orang pernah mengalami stres dalam hidupnya. Ketika tidak mampu mengendalikan stress itu, itulah yang kemudian bertransformasi menjadi penyakit jiwa.

Masyarakat awam, sering menyebut pasien dengan gangguan jiwa dengan julukan ‘orang gila’. Meskipun ODGJ yang ada ditengah masyarakat dianggap meresahkan, namun tidak jarang justeru mereka menjadi bahan ejekan atau dibullying oleh masyarakat.

Pada beberapa tempat, juga ada oknum ODGJ yang dipasung atau dikurung. Padahal, hal semacam itu tidak berdampak pada kesembuhan, justeru membuat pasien semakin parah. Maka dari itu, pilihan yang paling tepat adalah dengan melakukan rehabilitasi ke rumah sakit jiwa.

Khusus bagi kita pribadi, penting memahami gejala gangguan jiwa untuk mengantisipasinya. Biasanya, penyakit ini diawali oleh suatu peristiwa yang menimbulkan trauma atau stress. Seperti meninggalnya orang terdekat atau kehilangan pekerjaan.

Adapun tanda-tandanya adalah; sering merasa sedih, berkurangnya kemampuan untuk berkonsetrasi, sering merasa ketakutan yang berlebihan, suasana hati yang sering berubah, sering menyendiri, sering kelelahan dan sulit untuk tidur.

Selain itu juga sering mengalami halusinasi, tidak mampu mengatasi masalah, sulit berinteraksi dengan orang lain, ketergantungan dengan zat-zat berbahaya seperti narkoba, pola makan berubah, sering marah yang berlebihan dan melakukan kekerasan, bahkan tak jarang berfikir untuk bunuh diri.

Adapun pengobatan gangguan mental dapat dilakukan dengan obat-obatan dan melaksanakan terapi. Jadi dengan banyak nya kasus kesehatan jiwa disarankan agar kita dapat menjalankan gaya hidup yang sehat, berbagi cerita atau masalah dengan orang terdekat seperti keluarga dan teman.

Halaman
123

Berita Terkini