Bahkan terkadang tidak harus di warung kopi. Misalnya sedang ada rapat di Kantor atau kenduri dan lain sebagainya, apa pun acaranya kopi menjadi salah satu minuman favorit yang di minati.
Saya juga tidak memaksa pembaca untuk menikmati opini saya dengan benar, tapi orang yang menikmati segelas "kupi pancung" di pagi hari atau malam harinya, ia bisa merasakan kekuatan dari segelas kopi.
Dinamakan kupi pancung karena isinya yang tidak penuh seperti di pancung atau di potong.
Saya teringat tulisan yang ada di prasasti pada pintu masuk menuju kompleks pemakaman Teuku Umar, di Desa Mugoe, Meulaboh.
Disitu tertulis dengan jelas beliau berkata, "BEUNGOH SINGOH GEUTANYOUE JEB KUPI DI KEDE MEULABOH ATAWA ULON AKAN SYAHID, (Besok pagi kita minum kopi di kota Meulaboh "jika masih hidup" atau saya akan syahid "gugur".
Dari ucapan beliau ini kita bisa melihat bagaimana pentingnya kopi bagi beliau, mungkin dengan meminum segelas kopi, dapat memberikan semangat perjuangan atau memberikan dampak positif dari segelas kopi.
Sekelas Teuku Umar pahlawan Aceh yang sangat Susah untuk di taklukkan oleh serdadu belanda saja meminum segelas kopi.
Jika teman saya dari luar daerah datang dan berkunjung ke Aceh.
Baca juga: Jembatan Gantung Siron Aceh Besar Diresmikan, Warga tak Lagi Memutar Jauh Melalui Waduk Keliling
Hal pertama yang saya lakukan adalah membawa dia ke warung kopi yang sering saya nikmati, di sana saya akan memberi nya kopi.
Lalu menceritakan bagaimana kopi ini di buat, dan seperti apa filosofi nya di mata saya.
Jika ia tidak suka kopi setidaknya ia akan suka dengan filosofi nya hehe, pun begitu juga ketika saya keluar daerah.
Hal pertama sekali yang saya cari adalah warung kopi meskipun tidak sama rasanya setidaknya ada persamaan di namanya.
Inilah unik nya masyarakat Aceh, setiap kali saya ke warung kopi saya selalu memperhatikan setiap sudut nya.
Ada yang sedang bekerja, ada juga mahasiswa yang sedang berdiskusi, aktivis, hingga pejabat yang sedang mempertahankan kekuasaannya, turut ada juga yang bersilaturahmi dengan calon istri keduanya.
Tidak lengkap rasanya, dan tidak mantap pembicaraanya jika tidak di temani segelas kopi. Kiban kaleuh jeb kupi? Meunyoe gohlom jeb kupi dilee. Apapun masalahnya warung kopi penyelesainya.
*)PENULIS Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab Uin Ar-Raniry, Banda Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI