* Saat Rapat Kerja di Senayan
JAKARTA - Anggota Komisi V DPR RI asal Aceh, H Ruslan M Daud SE MAP, meminta atensi khusus dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk penyelesaian rehabilitasi Bendung Krueng Pase di Aceh Utara.
Hal itu disampaikan Ruslan dalam rapat kerja (raker) dengan Menteri PUPR di Ruang Sidang Komisi V DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (17/1/2023).
Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Aceh 2 yang akrab disapa HRD ini menyampaikan bahwa pelaksanaan rehabilitasi bendung Daerah Irigasi (DI) Krueng Pase sangat lamban.
“Pak Menteri, sudah 1,5 tahun kontrak berjalan tapi progresnya baru 35 persen.
Realisasi ini jelas sangat memperihatinkan sekali.
Mohon atensi khusus dari Pak Menteri supaya pekerjaan ini segera selesai,” tegas HRD kepada Menteri PUPR, Ir Mochamad Basoeki Hadimoeljono, yang dalam rapat itu didampingi sejumlah pejabat eselon 1 dan 2 kementerian tersebut.
HRD menilai, keterlambatan rehabilitasi Bendung DI Krueng Pase sangat merugikan masyarakat.
“Daerah Irigasi Krueng Pase itu manfaatnya untuk ratusan ribu petani di sembilan kecamatan dalam dua kabupaten/kota yaitu Aceh Utara dan Lhokseumawe.
Saat ini, ratusan ribu petani tersebut tidak bisa turun ke sawah akibat tak tersedianya air irigasi.
Baca juga: HRD Silaturrahmi dengan Masyarakat Lhokseumawe, Ini yang Dibahas
Baca juga: HRD Harap Kementerian PUPR Perbaiki Gorong-Gorong di Kecamatan Peulimbang Bireuen
Dampaknya juga sangat besar, tidak hanya dampak ekonomi tapi juga dampak sosial,” ucap HRD.
HRD menguraikan, ratusan ribu petani tersebut juga harus membeli beras untuk memenuhi kebutuhan pokok utama mereka.
Lebih dari itu, petani tersebut umumnya tak punya pekerjaan alternatif lain akibat keterbatasan keterampilan.
“Ketika mereka tidak bisa turun ke sawah, masyarakat bukan hanya tidak punya beras tapi juga tidak punya penghasilan karena umumnya masyarakat kita bergantung pada sektor pertanian,” jelas Politisi dari Partai Kebangkita Bangsa (PKB) ini.
“Nah, aspek kesejahteraan ini sangat erat kaitannya dengan kriminal.
Dalam kondisi ini, bisa berdampak juga terhadap meningkatnya aksi kriminal mengingat kebutuhan utama masyarakat tidak terpenuhi.
Selain itu, juga berdampak terhadap pendidikan anak-anak mereka yang selama ini dibiayai dari hasil olah sawah.
Artinya bendung Krueng Pase ini benar-benar memiliki efek domino dan berfungsi sebagai nadi penggerak ekonomi masyarakat di sana,” timpal Bupati Bireuen Periode 2012-2017 ini.
Karena itu, HRD sangat meyanyangkan keterlambatan pembangunan pekerjaan Bendung DI Krueng Pase.
“Informasinya, PT Rudy Jaya sebagai pemenang tender pekerjaan ini berasal dari Sidoarjo, Jawa Timur.
Saya dapat informasi bahwa kemampuan finansial kontraktornya sangat lemah.
Tentu saja ini berdampak terhadap mobilisasi pekerja dan alat berat yag menjadi penyebab utama keterlambatan,” imbuh HRD.
Seharusnya, lanjut Ruslan, banjir yang sempat terjadi di lokasi pekerjaan akan dapat dikejar pembangunannya jika kontraktor punya kemampuan keuangan yang cukup.
Baca juga: HRD Tinjau Jalan Rusak dan Longsor di Lintas Timur dan Lintas Tengah Akibar Intensitas Hujan Tinggi
“Mereka juga mengalami kendala ketika awal-awal pekerjaan karena tidak bisa beradaptasi secara cepat dengan kondisi sosial masyarakat setempat.” ungkapnya.
Berkenaan dengan hal tersebut, HRD menyatakan kecewa dengan kontraktor pilihan BP2JK (Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi).
“Kalau kita mau melihat masalah ini secara komprehensif atau menyeluruh, menurut saya tidak hanya jajaran di Balai Wilayah Sungai Aceh yang bertanggung jawab.
Tapi, BP2JK selaku unit organisasi yang diberi kewenangan memilih kontraktor harus ikut bertanggung jawab penuh atas beban dan dampak yang dirasakan oleh masyarakat saat ini akibat ulah kontraktor yang mereka saring dan pilih,” ujar HRD dengan nada kecewa.
Padahal, tambah HRD, dirinya yakin bahwa ada kontraktor lokal di Aceh yang memiliki kompetensi dan kapasitas untuk mengerjakan paket tersebut.
“Tapi, karena sistem pelelangan di PUPR, terlalu fokus pada aspek administasi, tanpa mempertimbangkan aspek-aspek non teknis lainnya, hari ini terbukti bahwa perusahaan dari Jawa Timur tersebut tidak mampu bekerja maksimal di lapangan meski mereka mampu memenuhi kelengkapan administrasi pada saat proses tender,” kata HRD.
“Saya yakin, kendala sejenis ini juga terjadi pada peket-paket lain di bawah Kementerian PUPR, sehingga tidak sedikit paket pekerjaan yang lambat pelaksanaannya dan kualitas yang jelek didapati di lapangan.
Karena itu, kita minta Pak Menteri untuk mengevaluasi kembali sistem pengadaan barang dan jasa yang saat ini kewenangannya ada di BP2JK,” H Ruslan M Daud.
Kelanjutan Jalan Cut Meutia
Dalam rapat kerja dengan agenda Evaluasi Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2022 dan Membahas Program Kerja Tahun 2023, HRD juga menyoroti soal keberlanjutan pembangunan jalan akses menuju Makam Cut Meutia (pahlawan nasional asal Aceh) supaya dapat dimasukkan dalam program prioritas di tahun anggaran 2023.
“Sangat disayangkan Pak Menteri karena saya lihat pembangunan jalan ke Makam Cut Meutia belum masuk dalam DIPA 2023.
Baca juga: HRD Serap Aspirasi Masyarakat Peusangan dan Jangka Bireuen
Padahal, untuk melahirkan kegiatan ini membutuhkan perjuangan panjang.
Tolong dipastikan pembangunan jalan akses menuju makam pahlawan nasional ini dapat dilanjutkan sampai tuntas.
Masa kita tidak bisa sedikit pun menghargai jasa-jasa beliau yang begitu besar dalam memerdekan bangsa Indonesia tercinta ini.
Untuk itu, sekali lagi dengan kerendahan hati, saya mengharapkan Pak Menteri bisa mengambil kebijakan atas keberlanjutan pembangunan jalan dimaksud,” harap HRD.
HRD menyebutkan, dibutuhkan dana sekitar Rp 80-an miliar lagi untuk penyelesaian jalan ini.
“Saya dapat informasi bahwa pembangunan jalan ke makam Cut Meutia sudah diusulkan supaya masuk dalam Inpres Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah.
Artinya, secara regulasi tidak ada kendala lagi untuk dibangun meskipun bukan jalan nasional.
Tinggal sekarang kebijakan Pak Menteri saja untuk penganggarannya” tegas Ruslan.
HRD juga meminta supaya pembangunan jembatan fly-over di Simpang Krueng Geukueh, Aceh Utara, serta peningkatan dan pelebaran jalan menuju destinasi wisata Pantai Bantayan di Seunuddon, Aceh Utara, dimasukkan dalam program prioritas Direktorat Jenderal Bina Marga Tahun 2023.
“Kedua aspirasi ini sudah tersedia dokumen perencanaan teknis, tinggal sekarang konstruksi fisiknya.
Mohon supaya kedua proyek ini dapat dimasukkan dalam program kerja Dirjen Bina Marga di Tahun Anggaran 2023,” tutup HRD. (*)
Baca juga: Ratusan Keuchik Asal Bireuen Ramai-ramai Temui HRD di Senayan Jakarta, Ada Apa?
Baca juga: Cak Imin Bantu 21 Ambulans Gratis untuk Bireuen, Semua Kecamatan Dapat, Diserahkan Melalui HRD