SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hujan masih akan terus terjadi hingga beberapa hari ke depan. Sementara di Kabupaten Pidie, banjir mulai surut meski sejumlah tempat masih tergenang.
“Dalam tiga hari ke depan, potensi hujan lebat masih berpotensi terjadi di Aceh,” kata Forcaster on Duty BMKG Aceh, Putri Rizki Afriza, kepada Serambi, Selasa (31/1/2023).
Putri Rizki Afriza mengatakan, berdasarkan analisis kondisi dinamika atmosfer, terpantau adanya daerah shearline (belokan angin) di wilayah Aceh, dan terdapat daerah tekanan rendah di perairan barat Aceh.
Hal tersebut katanya, dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan-awan hujan serta angin kencang karena adanya daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar wilayah Aceh.
Dia menyebutkan, untuk wilayah yang berpotensi hujan lebat dan berpotensi terjadinya banjir atau tanah longsor yaitu wilayah Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, dan sekitarnya.
Baca juga: Banjir Kiriman Rendam Jalan Nasional di Bulusema, Aceh Singkil
"Berdasarkan analisis dan prakiraan cuaca untuk tiga hari ke depan, hampir seluruh wilayah di Aceh masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang dapat disertai dengan angin kencang," ujar Putri.
Karena hal itu pula, ia mengimbau masyarakat untuk waspada terjadi hujan lebat disertai angin kencang.
Masyarakat juga diminta untuk waspada akan potensi pohon tumbang, terutama yang berada di tepi sungai.
Terlebih di daerah pegunungan agar waspada akan adanya tanah longsor.
BMKG Stasiun Meteorologi Malikussaleh Aceh Utara juga memprakirakan hal yang sama. Hujan disebutkan masih akan turun di Kabupaten Bener Meriah, Bireuen, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, dan Kota Langsa.
Di kawasan Banda Aceh, hujan mulai turun sejak pukul 14.00 WIB, Selasa (31/1/2023) kemarin, yang menyebabkan sejumlah ruas jalanan dan tempat usaha warga terendam banjir genangan.
Terutama di kawasan Gampong Peuniti, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.
Baca juga: Waspada! Badan Jalan Lheu Simpang Jeunieb, Bireuen Longsor Akibat Banjir
Daerah Peuniti memang tergolong rendah sehingga selalu menjadi langganan banjir setiap terjadi hujan deras.
Banjir genangan terjadi diakibatkan kecilnya saluran pembuangan air dan juga adanya tumpukan sampah di selokan, sehingga air dengan cepat menggenangi tempat usaha warga.
Banjir juga terjadi di Kabupaten Aceh Besar yang menyebabkan 15 rumah warga di Gampong Reukih Dayah, Kecamatan Indrapuri, terendam.
Banjir terjadi disebabkan tingginya curah hujan yang mengakibatkan jebolnya embung penampungan air di desa tersebut.
Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar, Ridwan Jamil mengatakan, jebolnya embung penampungan air menyebabkan air meluap ke pemukiman warga dan menggenangi sekitar 30 hektare sawah.
Untuk saat ini lanjut dia, setidaknya 15 unit rumah warga yang terendam dengan ketinggian air selutut hingga sepinggang orang dewasa. "Saat ini masyarakat masih bertahan di rumah masing-masing dan belum ada pengungsian," ujarnya.
Dari Kabupaten Aceh Singkil, banjir kiriman dilaporkan menggenangi Jalan Nasional di Desa Bulusema, Kecamatan Suro, pada Selasa (31/1/2023) tadi malam.
Banjir terjadi akibat meluapnya sungai Lae Sulampi yang melintas di tengah pemukiman penduduk setelah hujan deras mengguyur wilayah hulu sejak siang kemarin.
"Banjir mulai terjadi sekitar pukul delapan malam," kata Ustaria Danramil Suro, saat dihubungi melalui telpon selulernya.
Dampak banjir kendaraan dari kedua arah tidak bisa melintas karena air yang tinggi dan arusnya yang cukup deras.
Menurut informasi, ada kendaran roda empat yang mencoba menerobos mengalami mati mesin. Untungnya sudah dekat ke titik ujung banjir.
Panjang jalan yang tergenang banjir mencapai puluhan meter. Oleh karana itu pengendara diimbau tidak memaksa melintas dan menunggu banjir surut.
Jalan nasional di Bulusema memang merupakan langganan terkena banjir. Banjir biasanya berlangsung dalam hitungan jam dan setelahnya kembali surut.
Baca juga: Daftar Harga BBM Terbaru 1 Februari 2023, Harga Jenis BBM ini Kembali Naik
Kondisi di Pidie
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie mencatat sebanyak 2.428 keluarga atau 7.683 jiwa warga Pidie terdampak banjir.
Sedangkan jumlah rumah yang terendam mencapai 1.819 unit dengan tujuh di antaranya mengalami rusak ringan.
Kalak BPBD Pidie, Muhammad Rabiul, kepada Serambi, Selasa (31/1/2023), menyebutkan, warga yang terdampak banjir itu tersebar di Kecamatan Pidie, Kota Sigli, Simpang Tiga, Padang Tiji, Kembang Tanjong, Peukan Baro dan Indrajaya.
Kondisi terkini, sejumlah desa disebutkannya masih terendam banjir, meliputi adalah Keunire, Lampoh Lada, Cot Teungoh dan Cot Rheng, Kecamatan Pidie. Selain itu Gampong Asan dan Blang Asan, Kecamatan Kota Sigli, sebagiannya juga masih terendam banjir.
"Kami telah duduk dengan Dinas Perkim Pidie untuk mencari solusi supaya saat luapan air harus cepat surut. Memang adanyan saluran buntu yang nantinya akan kita buka," jelasnya.
Terkait persoalan banjir yang belum surut ini, pihaknya meminta agar tidak menyalahkan BPBD Pidie. Sebab masalah ini telah lama terjadi dan belum dicari solusinya. BPBD dia tegaskan bertugas bukan menurunkan debit banjir, melainkan membantu warga yang terjebak banjir.
"Itu kan persoalan masa lalu yang kini harus kami pikul. Untuk itu, jangan disalahkan BPBD. Kamis siap menangani korban banjir, jika ada masalah banjir laporkan kepada kami," ujarnya.
Terpisah, Kalak Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Dr Ir Ilyas MP kepada Serambi mengatakan, untuk menangani banjir di Pidie, pihaknya akan melakukan normalisasi Sungai Krueng Tuekah.
Menurutnya, Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Tuekah sudah tidak mampu menampung debit aliran air tinggi disebabkan terjadinya pendangkalan sungai serta pembuangan sampai yang tidak terkendali.
'Penanganan banjir di Pidie saat ini musti dilakukan dengan normalisasi kembali di sepanjang DAS Sungai Krueng Tuekah," katanya.
Menurut Ilyas, dalam melakukan normalisasi itu pihaknya juga turut melibatkan Balai Wilayah Sungai (BWS) I Aceh serta pihak pemerintah kabupaten.
Saat ini pihak BPBA sedang melakukan pendataan secara rill besaran kebutuhan untuk melakukan normalisasi sungai tersebut.
(iw/bah/de/naz/c43)