SERAMBINEWS.COM, ANKARA - Para pengungsi Suriah di Turkiye yang juga menjadi korban gempa mulai menghadapi pelecehan dan rasisme.
Seperti pada hari ketiga setelah gempa dahsyat menghancurkan rumah Basel dan hampir membunuh dirinya dan keluarganya.
Dia merupakan seorang pengungsi Suriah berusia 31 tahun yang tinggal di Turkiye.
Usai gempa, dia menemukan sebidang tanah kosong untuk mendirikan tenda sebagai tempat tinggal sementara untuk keluarganya.
Tapi jeda itu tidak bertahan lama.
"Orang-orang Turkiye di daerah itu datang dan memberi tahu kami, mereka tidak menginginkan kami di sini," ujarnya.
"Kami juga disalahkan atas gempa bumi dan kami tidak boleh tinggal," kata Basel.
Baca juga: Kebencian ke Pengungsi Suriah di Turkiye Bukan Hal Baru, Gempa Memperburuk Ketegangan
“Mereka mulai membongkar tenda, meneriaki kami sampai kami pergi,” tambahnya.
Dia dan keluarganya, korban dari gelombang kebencian yang meningkat terhadap 3,6 juta warga Suriah yang telah meninggalkan tanah air mereka selama perang saudara yang berlangsung selama 12 tahun.
Saat ini menetap di seberang perbatasan di Turkiye, yang menampung lebih banyak pengungsi Suriah daripada negara lain manapun.
Lebih dari 1,6 juta dari mereka tinggal di daerah yang dilanda gempa berkekuatan 7,8 SR yang mengguncang Turkiye selatan dan Suriah utara pada 6 Januari 2023.
Ketika jumlah kematian meningkat melewati 40.000 orang dan jutaan orang menghadapi tunawisma dalam apa yang disebut Organisasi Kesehatan Dunia sebagai bencana alam terburuk di kawasan itu dalam satu abad.
Tetapi, sentimen anti-pengungsi di Turki ye telah meningkat, didorong oleh politisi yang berharap memanfaatkan permusuhan publik sebelum pemilihan umum pada Mei 2023.
Baca juga: Sentimen Anti-Suriah Meningkat di Turkiye, Dituduh Menjarah Toko dan Rumah Rusak Diguncang Gempa
Dalam beberapa hari terakhir ini, dengan kesedihan orang-orang yang berubah menjadi kemarahan, warga Suriah telah menjadi sasaran kampanye misinformasi.
Menuduh mereka menjarah rumah yang hancur dan mencuri bantuan atau menyalahkan mereka sebagai alasan bencana melanda Turkiye.