Misi Kemanusiaan untuk Turkiye

Bagian 2- Masjid Banyak Roboh, Tapi Azan Tetap Berkumandang

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pada hari kedua tiba di Kahramanmaras, Turkiye, tim kesehatan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala (USK) langsung menangani sejumlah korban gempa yang mengalami cedera atau patah tulang lutut. Treatment dilakukan dengan menggips bagian tulang yang patah atau cedera.

Laporan: Dr dr Safrizal Rahman SpOT, Ketua IDI Wilayah Aceh, dari Adana, Turkiye

PERJALANAN kami menuju Kahramanmaras, salah satu provinsi di Turkiye yang paling parah terdampak gempa, memakan waktu lumayan lama.

Tim Kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala (USK) menyewa mobil minibus besar dan memuat berbagai kebutuhan pengungsi yang kami beli di Kota Adana, Turkiye.

Insiden kecil menyertai perjalanan kami ketika mobil mengalami pecah ban di tengah terowongan dan membutuhkan waktu satu jam untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Tim kemanusiaan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh sesaat menjelang terbang ke Istanbul, Turkey, dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (15/2/2023). (SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM)

Kami tiba di Desa Abbaslar, Kahramanmaras, sekitar pukul 22.00 malam, saat suhu 2 derajat Celsius dengan kondisi lampu penerangan di lokasi tenda yang hidup mati alias byar-pet.

Namun, kehangatan penyambutan oleh masyarakat pengungsi melupakan semua itu.

Para korban gempa yang selamat (penyintas) umumnya memilih memasang tenda di depan atau samping rumah mereka yang runtuh.

Dalam waktu hanya lima hari sejak bencana terjadi 6 Februari, AFAD atau BNPB-nya Turkiye berhasil memasang semua tenda dan mengevakuasi banyak masyarakat dari daerah terdampak ke tempat yang aman.

Pemerintah Turkiye meliburkan universitas di daerah sekitar lokasi terdampak, dan memakai asrama mahasiswa menjadi tempat masyarakat untuk mengungsi, khususnya bagi kelompok rawan, seperti manusia lanjut usia (manula) dan anak-anak.

Bagian 1- Turkiye, Kamu tidak Sendiri

Namun, terlepas dari itu kami pun mendapatkan banyak sanak saudara, yakni mereka yang datang memberi support tinggal sementara di tenda sebagai bentuk perhatian dan pemberi semangat bagi mental mereka yang umumnya jatuh (down) karena gempa dan kerusakan yang terjadi sangat luar biasa.

Seorang wanita diselamatkan oleh personel dari puing-puing bangunan yang runtuh 228 jam setelah gempa di Distrik Antakya, Hatay, Turkiye pada 15 Februari 2023. (AFP/Arif Hudaverdi Yaman / ANADOLU AGENCY)

Kami bertemu dengan salah seorang pengungsi bernama Serda Abi yang mengajak kami melihat kamp pengungsian mereka.

Seperti biasa kedatangan tim dari jauh sangat mereka hargai, bahkan mereka sempat menjamu kami dengan bubur dan roti.

Mereka juga menyampaikan salam kepada masyarakat Aceh.

Setelah mengetahui kami adalah rombongan tim medis, maka beberapa pengungsi mulai minta agar diperiksa kesehatannya.

Paling tidak malam itu ada enam pasien yang kami periksa.

Halaman
12

Berita Terkini