Salah satu dari mereka mengalami patah tulang pada daerah lutut, sedangkan yang lain mengalami nyeri pada berbagai tempat akibat terkena reruntuhan bangunan.
Malam ini kami bermalam di tenda dengan suhu yang semakin dingin hingga mencapai -4 derajat Celsius.
Beberapa teman memutuskan untuk bertayamum saja menjelang shalat karena tidak sanggup menahan dinginnya air untuk berwudu.
Pagi harinya kami memberikan bantuan kebutuhan hidup untuk para pengungsi, termasuk sanitarian kit yang merupakan sumbangan dari berbagai pihak.
Termasuk sumbangan dari Rumah Amal dan pengusaha Aceh di Jakarta, yakni Ismail Rasyid, serta para sejawat dokter.
Kelihatannya ada beberapa kebutuhan yang tidak terpikirkan sebelumnya, seperti pakaian dalam yang barang kali mendesak juga untuk dibantu.
Melihat kerusakan yang terjadi, saya merasa dejavu dengan tsunami Aceh tahun 2004.
Ada beberapa masjid yang juga terlihat roboh serta beberapa lainnya mengalami kerusakan parah, hingga beberapa di antaranya tidak bisa digunakan lagi.
Namun, saat waktu shalat tiba, kami tetap mendengarkan suara azan berkumandang.
Saya dan beberapa teman kemudian berdiskusi apakah mungkin Pemerintah dan masyarakat Aceh membangun kembali salah satu masjid di Turkiye sebagai tanda persahabatan Aceh dan Turkiye?
Kami yakin Pemerintah Turkiye sanggup membangun kembali fasilitas ibadah tersebut, tapi bentuk perhatian dan menghadirkan kekhasan Aceh di Kahramanmaras (Kota Pahlawan) adalah hal yang satu saat kelak akan dikenang oleh anak cucu kita. Salam dari Kahramanmaras.(*)
• Hasil Liga Spanyol: Real Madrid Dekati Barcelona, Villarreal Ditekuk Mallorca, Real Betis Menang
• Kampanyekan Hidup Sehat, KJPJ Pijay Gelar Donor Darah, Targetkan 150 Kantong
• Pj Bupati Nagan Raya akan Lepas Ribuan Peserta Jalan Santai Bersama BUMN di Alun-alun Suka Makmue