Berita Banda Aceh

Manfaat Jalan Tol, Dorong Pertumbuhan Ekonomi dan Merawat Tradisi Aceh

Penulis: Muhammad Hadi
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu pintu ruas jalan Tol Sigli - Banda Aceh

Manfaat jalan tol juga dirasakan para toke yang menampung hasil pertanian. Jamaluddin termasuk salah satu toke yang menampung hasil pertanian, seperti bawang merah, cabai dan tomat dari petani di Kabupaten Pidie. Saat musim panen akan membeli dari petani di Pidie untuk dikirim ke luar Aceh, Sumatera Utara dan provinsi lain di Sumatera. Ia juga menampung hasil pertanian dari Sumatera Utara untuk kebutuhan di wilayah Aceh saat kebutuhan meningkat akibat musim panen belum tiba.

“Kalau ada hambatan di jalan, maka resiko kerugian saat besar. Karena barang yang kita kirim satu truk. Bila barang lama di jalan berpotensi busuk, kualitas menurun dan bahkan tidak layak pakai. Maka bisa merugikan kita yang menampung hasil pertanian petani atau kiriman dari Sumatera Utara,” ujar Jamaluddin.

Bukan hanya pihaknya yang akan mengalami kerugian. Tapi masyarakat juga akan membayar mahal akibat permintaan tinggi, tapi keberadaan hasil pertanian sedikit. Karena kendala di lapangan, misalnya banjir hingga aktivitas lalu lintas Medan-Banda Aceh terhenti akan mempengaruhi harga di pasar. Sebab, ada kebutuhan di Aceh yang masih bergantung pasokan dari Sumatera Utara.

“Sudah menjadi hukum pasar, saat permintaan naik, dan barang tidak ada atau sedikit, maka harga akan naik. Dampaknya masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan sehari-hari. Dampak erupsi Gunung Sinabung saja bisa mempengaruhi harga di Aceh, apalagi kalau banjir berhari-hari,” ujarnya.

Relawan Ambulance Palang Merah Indonesia (PMI) Banda Aceh, Edward M Isa (menghadap kamera) (Dok Pribadi)

Relawan Ambulance Palang Merah Indonesia (PMI) Banda Aceh, Edward M Isa juga mengungkap manfaat jalan tol bagi mereka yang sering membawa pasien dan jenazah lintas jalan Banda Aceh – Medan. Karena ini akan memudahkan pasien atau jenazah sampai ke rumahnya. Apalagi, untuk jenazah harus dibawa cepat supaya dikebumikan di kampung halaman. Begitu juga pasien yang dirujuk ke rumah sakit atau di bawa pulang ke rumah.

“Karena keluarga dan masyarakat sudah menunggu di kampung untuk fardukifayah jenazah. Dengan adanya jalan tol, jenazah bisa lebih cepat sampai ke tujuan. Karena selain memangkas waktu juga perjalanan di jalan tol tanpa hambatan. Kalau jalan umum juga rawan terjadi kecelakaan,” ujar alumni FKIP Universitas Syiah Kuala.

Selama ini diungkapkan Edwar, rekan-rekannya sopir mobil ambulance di kabupaten/kota juga lebih mudah membawa pasien rujuk ke Banda Aceh lewat Jalan tol. Karena pasien membutuhkan pertolongan cepat di rumah sakit. Sopir ambulance tidak bisa bersantai di jalan, tapi harus cepat sampai tujuan.

“Pasien tidak lama di jalan bila di bawa pulang atau di bawa ke rumah sakit. Biasanya banyak pasien dari daerah yang dirujuk ke rumah sakit. Dengan adanya jalan tol, maka pasien yang dirujuk ke RSUDZA bisa ditangani dengan cepat.,” ujar Edwar yang pernah membawa jenazah dari Banda Aceh ke Sumatera Utara.

Manfaat jalan tol dan tradisi Aceh

Tarmizi A Hamid yang juga budayawan Aceh juga berbicara soal manfaat jalan tol dengan tradisi di Aceh. Karena tradisi di Aceh kental dengan berbagai acara kenduri yang mengundang tamu, terutama keluarga dekat, keluarga jauh hingga sahabat dan tokoh masyarakat. Mulai dari tradisi kenduri hidup hingga kematian.

Kenduri hidup misalnya, pesta perkawinan di rumah pengantin pria dan wanita, akiqah anak, maulid, dan lain-lain. Sedangkan kenduri mati, yaitu meninggalnya anggota keluarga, saudara, sahabat, tokoh masyarakat. Selain datang di hari kematian, juga datang pada hari ketujuh. Belum lagi ada keluarga yang masih kenduri di hari 40, di hari 100 dan kenduri tahunan kematian yang biasa dihadiri keluarga dekat.

Undangan kenduri hidup dan mati ini dipenuhi guna menghormati pihak yang mengundang. Kalau domisili di Banda Aceh, dan rumah yang undang di Kabupaten Pidie atau kabupaten lintas Timur Aceh. Maka akan mudah dihadiri bila menggunakan jalan tol dan begitu juga sebaliknya. Bila sebelumnya untuk menempuh jalan nasional Banda Aceh-Sigli membutuhkan waktu sekitar 2 jam 30 menit, maka selama ada jalan tol bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

“Artinya ada hemat waktu 1 jam 30 menit. Begitu juga bila menghadiri undangan di Pidie Jaya, Bireuen dan seterusnya. Lebih hemat waktu, BBM dan tidak kelelahan bila melewati jalan tol. Kalau jalan umum cukup melelahkan, mulai lubang jalan, laju sepeda motor yang ugal-ugalan, mobil angkutan umum minibus, bus, truk hingga binatang ternak,” ujar Direktur Rumoh Manuskrip Aceh.

Tarmizi A Hamid, Budayawan Aceh yang juga Pemilik Manuskrip Aceh sedang melihat Jalan Tol Sigli - Banda Aceh (Dok Pribadi)

Tarmizi A Hamid yang akrap disapa CekMidi juga berterima kasih kepada pihak PT Hutama Karya dan kontraktor yang terlibat dalam pembangunan jalan Tol Sigli-Banda Aceh. Karena ruas jalan ini juga dilengkapi terowongan perlintasan satwa liar, misalnya gajah dan lainnya. Jalur pelintasan satwa liar dibangun di seksi 1 (Padang Tiji – Seulimeum).

"Artinya pembangunan jalan tol bukan hanya mengakomodir kebutuhan manusia. Tapi juga kebutuhan binatang di hutan yang dilintasi jalan tol. Kita tahu gajah tidak pernah mengubah rute jalannya di hutan. Dengan adanya survei jalur pelintasan gajah sebelum dibangun, maka nantinya gajah dan binatang lainnya tidak terganggu. Ini harus diapresiasi sehingga tidak mengganggu makhluk lain dalam pembangunan jalan tol," ujar CekMidi yang kerap masuk memantau pembangunan jalan tol karena punya sahabat di BUMN yang ditugaskan membangun jalan tol Sigli-Banda Aceh.

Baca juga: Hutama Karya Bangun Perlintasan Satwa Liar di Jalan Tol Seksi I Pidie-Seulimum

Halaman
1234

Berita Terkini