Salam

Rohingya, Modus Baru dan Urgensi Satgas

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rapat Koordinasi Tim Pengawasan Orang Asing (Pora) Provinsi Aceh di Hotel Grand Permata Hati, Banda Aceh, Selasa (14/3/2023). Rapat ini bertema Koordinasi dan Langkah Konkret Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri di Provinsi Aceh. Pengungsi dari luar negeri dimaksud adalah ratusan manusia perahu etnis Rohingya yang kini ditampung sementara di beberapa tempat di Aceh. 

Sebanyak 21 imigran Rohingya yang berasal dari kamp di Bangladesh, Senin (13/3/2023) pagi kembali menyusup ke Aceh melalui Gampong Padang Kawa, Kecamatan Tangan-tangan, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya). Tidak ada yang tahu kapan mereka masuk, karena tiba-tiba saja sudah berada di perkampungan.

"Tidak tahu kapan dan jalur mana mereka ke sini, tiba-tiba saja mereka sudah berada di perkampungan. Sebab boat yang mereka tumpangi juga tidak ada di sini," ungkap Sekdes Gampong Padang Kawa, Nanda, kepada Serambi.

Belakangan, dari seorang imigran yang bisa berbahasa Melayu, diketahui para imigran itu mendarat pada Senin pagi, sekitar pukul 06.00 WIB. Hanya saja, berbeda dibandingkan sebelumnya, mereka tidak dibiarkan hanyut bersama kapal, tetapi diturunkan di pesisir pantai. "Setelah kami diturunkan, boat yang kami tumpangi langsung berangkat," ungkap salah seorang pengungsi Rohingnya yang faham bahasa Melayu.

Mereka yang mendarat itu merupakan satu dari dua kapal yang masuk ke wilayah Aceh. Satu kapal lagi dengan jumlah penumpang sebanyak 27 orang masih belum diketahui keberadaannya, tetapi diyakini juga sudah berada di kawasan Abdya.

Ada dua hal yang ingin kita sampaikan dari peristiwa itu. Pertama, ini merupakan modus baru. Untuk diketahui, ini merupakan kali pertama para imigran Rohingya masuk ke Aceh melalui pesisir barat selatan. Biasanya mereka masuk melalui pesisir timur utara, mulai wilayah Aceh Timur, Bireuen, Pidie, dan Aceh Besar. Alasan mereka terdampar juga selalu sama, yakni mati mesin karena rusak atau kehabisan minyak, lalu kapal dibiarkan hanyut tanpa tekong hingga mendekati pesisir Aceh.

Belakangan, isu adanya keterlibatan sindikan semakin kuat, apalagi pihak keamanan berhasil menangkap beberapa orang yang diduga merupakan bagian dari sindikat perdagangan manusia. Hal ini membuat pengamanan di pesisir timur Aceh menjadi lebih ketat. Selain itu, penolakan dari masyarakat juga mulai muncul seiring banyaknya para imigran yang membuat ulah, seperti kabur dari kamp penampungan.

Bisa jadi, karena berbagai hal tersebut membuat kelompok sindikat lalu mengalihkan rute penyusupan ke wilayah pesisir barat selatan Aceh yang relatif baru. Sindikat itu juga mengubah cara mereka. Para imigran itu tidak lagi dibiarkan hanyut ke Aceh bersama kapalnya, tetapi diturunkan di pesisir pantai, dan setelah itu kapal langsung tancap gas.

Karena itu, kata-kata ‘menyusup’ sepertinya memang lebih tepat ketimbang menyebutkan mereka ‘terdampar’.

Hal kedua, masuknya para imigran kali ini juga menunjukkan bahwa keberadaan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Rohingya memang sudah semakin mendesak. Dalam rapat koordinasi dengan Tim Satgas Penanganan Pengungsi Luar Negeri (PPLN) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) di Mapolda Aceh 18 Januari 2023 lalu, telah disepakati bahwa Pemerintah Aceh akan membentuk satgas penanganan pengungsi Rohingya.

Saat itu, SK satgas sudah diparaf oleh Asisten I Sekda Aceh dan tinggal menunggu ditandatangani oleh Pj Gubernur Aceh. Akan tetapi, sampai sekarang masih belum jelas apakah SK tersebut telah diteken atau belum.

Hal lainnya yang juga masih belum jelas adalah terkait dengan ketersediaan anggaran. Ketua Komisi I DPRA, Iskandar Usman Al-Farlaky, saat itu sudah memastikan bahwa Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/kota tidak bisa mengalokasi anggaran untuk kegiatan satgas dimaksud. Anggaran sepenuhnya bergantung pada pemerintah pusat.

Karena itu, kita sepakat dengan Iskandar. Persoalan satgas ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah pusat, mengingat kedatangan para imigran Rohingya yang makin sering ke Aceh. Jangan sampai nanti justru memunculkan masalah-masalah sosial yang pada akhirnya akan membuat citra Aceh menjadi buruk.

 

Boat Rohingya langsung kabur usai turunkan penumpang

Tumben nih. Biasanya dibiarkan hanyut ke Aceh, hehehe....

Stok ternak di Aceh capai 29.976 ekor

Saat meugang daging tetap mahal kan?

ASN berjanji netral di Pemilu 2024

Tetapi berganti kepala daerah, berganti pula kabinet

Berita Terkini