Dalam konferensi pers tersebut, tersangka Mbah Slamet turut dihadirkan.
Hendri kemudian meminta Mbah Slamet mengingat identitas korban yang dikubur di setiap titik yang telah digali oleh petugas.
Dari sejumlah lubang bekas tempat menguburkan jenazah korban itu, Mbah Slamet hanya mampu mengingat satu titik saja, yakni dua jenazah yang baru ditemukan pada Selasa, sedangkan lainnya lupa.
"Tadi Slamet ditanya lubang ini atas nama siapa, dia lupa, lubang yang lain juga lupa. Tapi yang (lokasinya) paling atas, yang terakhir hari ini, dia masih ingat," ucap Kapolres.
Berdasarkan keterangan tersangka, kata dia, jenazah yang ada di dalam lubang itu atas nama Erzat bersama istrinya yang tidak diketahui namanya.
Mereka berasal dari Lampung.
Kendati demikian, Hendri mengatakan bahwa hal itu belum bisa dipastikan karena keterangan tersangka saat diinterogasi kadang-kadang berubah.
"Tapi untuk yang hari ini (4/4) dia bilang bahwa itu atas nama Erzat dan satu lagi yang perempuan istrinya, namun dia tidak mengenal. Jadi hari ini kami menemukan dua jenazah, sehingga total ada 12 jenazah," tuturnya.
Dengan demikian, kata dia, pihaknya secara otomatis akan kembali melakukan autopsi terhadap dua jenazah yang baru ditemukan itu.
Baca juga: Korban Pembunuhan Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang jadi 12 Orang, Sebagian Pasangan Suami Istri
Bunuh Pasiennya Pakai Racun Potas, Mengaku Kesal Ditagih Rp5 Miliar
Dari belasan korban yang dihabisi nyawanya oleh Mbah Slamet, salah satunya adalah pasien berinisial PO (53), warga Sukabumi, Jawa Barat.
Usai membunuh PO, pekerjaan Mbah Slamet sebagai dukun pengganda uang harus berakhir. Ia ditangkap Polres Banjarnegara atas tuduhan pembunuhan berencana terhadap para pasiennya.
Kapolres Banjarnegara, AKBP Hendri Yulianto, mengatakan pihaknya telah memeriksa Mbah Slamet setelah melakukan penangkapan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kata Hendri, Mbah Slamet mengaku membunuh PO karena kesal ditagih uang hasil penggandaan.
Adapun Mbah Slamet diketahui menjanjikan kepada korban PO akan melipatgandakan uang Rp70 juta yang disetorkan korban menjadi Rp5 miliar.