Pemuda tersebut menduga mulai dari situ kehidupan dokter Wayan mulai berantakan.
Bahkan dokter Wayan sampai tak mengurus rumahnya di Kampung Pasirwaru, Desa Karanganyar, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang.
Menurutnya, ketika pihak desa hendak membersihkan pohon-pohon depan rumah, dr Wayan marah.
"Marah-marah, 'jangan ditebangin itu juga makhluk hidup'," katanya.
Dedi Mulyadi sepakat dengan dokter Wayan untuk tidak menebang pohon.
"Kalau sampahnya harus diangkat. Makhluk bermanfaat gak mungkin tinggal di plastik," katanya.
Tetangg juga bercerita yang membedakan Wayan dengan dokter lain.
"Uh banyak pasiennya. kalau dia dircaik sendiri obatnya," katanya.
"Dokter yang bagus yang bisa meracik obatnya sendiri. Pak Wayan pindah ke Bali rugi dong orang sini ?" kata Dedi.
Namun begitu menurut Kade Ariase keluarga Wayan berkukuh membawa dokter kelahiran tahun 60 tersebut ke Bali.
"Gak apa-apa diberesin aja rumahnya dirapihin, pak Wayannya gak usah pulang ke Bali," kata Dedi.
"Keluargany kekeuh pak wayan pulang ke Bali," kata Kade.
"Lho di sini kehilangan dokter terbaiknya dong," kata Dedi Mulyadi.
Dedi berpendapat wanita yang meninggalkan dokter Wayan sangat rugi.
Pasalnya karena meninggalkan dokter Wayan jadi merusak lingkungan di kawasan tersebut.