“Kita mendorong peran Asklin untuk industri wisata medis. Kita harus memastikan semua elemen yang terlibat dari pemerintah hingga klinik bisa saling bersinergi dan berfikir kreatif,” sebut Sandiaga.
Diakhir, Menparekraf meminta maaf kepada Ketua Pengurus Pusat Asklin dr Eddi Junaidi, Ketua Asklin Aceh dr Teuku Yusriadi SpBA dan seluru peserta kongres karena tidak dapat hadir secara langsung ke lokasi.
“Mohon maaf beribu-ribu maaf, saya sebetulnya sudah merencanakan untuk datang ke Takengon dan beberapa destinasi di sana. Tapi saya mendapat tugas negara untuk ke Kamboja melakukan pertemuan dengan para menteri pariwisata” papar Sandiaga.
Setelah ini, lanjut dia, dirinya akan terbang menuju ke Tanah Suci Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Sandiaga berjanji akan mengundang tim inti Konges Asklin ke kantornya setelah ia tiba di Tanah Air.
“Saya juga akan mengagendakan kunjungan ke dataran tinggi Gayo untuk menikmati kopi, mengelilingi danau Lut Tawar dan menikmati keindahan alam di sana,” pungkas Sandiaga.
62 Persen Orang Indonesia Berobat ke Luar Negeri untuk Medical Check Up dan Rawat Jalan
Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan, dr Obrin Parulian MKes menyebut, 62 persen orang Indonesia berobat ke luar negeri seperti Malyasia, untuk melakukan medical check up dan rawat jalan.
Hal itu disampaikannya dalam Symposium ‘Mutu Klinik dan E-Rekam Medis’ di Kongres Nasional II Asosiasi Klinik Indonesia (Asklin) di Lut Tawar Ballroom Parkside Hotel, Kota Takengon, Aceh Tengah, Jumat (16/6/2023).
“Ternyata 32 persen itu untuk kebutuhan medical check up dan 30 persen untuk rawat jalan. Sementara operasi, diagnostik, kemotrasi dan lain-lainnya dibawah 50 persen,” paparnya.
Data tersebut bersumber dari survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada Februari 2022 terhadap orang Indonesia yang pernah berobat ke luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Obrin mengatakan, jenis penyakit yang terbanyak dari mereka yang berobat keluar negeri adalah Jantung (25 persen), saluran pencernaan (22 persen), kanker dan tumor (12 persen).
“Kalau kita melihat data ini, seharusnya menjadi peluang bagi Asklin untuk menyiapkan klinik-klinik yang bisa melakukan medical chek up dan rawat jalan. Nah pada jenis penyaki-penyakit ini yang harus dilakukan penguatan,” ujarnya.
Dikatakan Orbin, 88 persen dari mereka yang berobat ke luar negeri menggunakan transaksi pembayaran tunai. Tak hanya itu, kelengkapan fasilitas dan sikap petugas medis menjadi alasan mereka untuk berobat di luar negeri.
“Seringkali kita memberikan layanan yang kurang memuaskan dan seadanya. Sehingga kita (kemenkes) mendorong semua anggota Asklin untuk memberikan fasilitas layanan kesehatan yang luar bisa,” imbuhnya.
Ia berharap, klinik pratama dan utama di Indonesia sudah seharusnya ada dokter spesialis jantung, sistem pencernaan, kanker dan tumor serta sistem saraf. “Karena inilah yang akan menjadi tantangan sekaligus peluang kita kedepan,” paparnya.
Orbin menambahkan, Kementerian Kesehatan sangat membutuhkan kerja sama Asklin untuk bersama-sama melakukan transformasi sistem kesehatan di Indonesia.
“Terutama transformasi pada kesehatan primer dan layanan kesehatan rujukan,” pungkas Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kemenkes ini. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)