Laporan Herianto l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM - Pada Juni 2023, Provinsi Aceh kembali mengalami inflasi sebesar 0,12 persen dan bulan sebelumnya pada Mei lalu mengalami inflasi sebesar 0,30 persen.
Aceh alami inflasi, pada Juni lalu disebabkan tiga kota yang dijadikan sampel penghitungan angka inflasi untuk Aceh, yaitu Kota Banda Aceh, Kota Lhokseumawe dan Kota Meulaboh, Aceh Barat, ketiganya mengalami inflasi.
Baca juga: Kumpulkan Cuan dari Menanam Kangkung dan Bayam, Perempuan Paruh Baya Ini Jadi Inspirasi Tetangga
Kota Banda Aceh inflasi sebesar 0,06 persen, Kota Lhokseumawe 0,07 persen dan Kota Meulaboh, Aceh Barat 0,47 persen. Demikian Berita Resmi BPS, yang disampaikan Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution kepada Serambinews.com, Senin (3/7/2023) di Banda Aceh.
Ahmadriswan Nasution mengatakan, kendati angka inflasi Aceh bulan Juni mencapai 0,12 persen, tapi inflasi komulatifnya dari Januari – Juni 2023, masih relatif rendah baru sebesar 1,01 persen dan inflasi tahunannya juga tergolong masih rendah dari Juni 2022 – Juni 2023, baru sebesar 2,70 persen.
Namun demikian, Ahmadriswan Nasution mengingatkan, kenaikan harga bahan pangan yang menjadi pendukung kenaikan indeks harga konsumen(IHK), yang dapat meningkatkan angka inflasi bulanan, perlu terus diwaspadai.
Caranya, antara lain melakukan penyaluran bantuan bahan pangan kepada masyarakat miskin, pengendalian dan normalisasi harga bahan pangan di pasar, dengan cara subsidi harga dan bantu ongkos angkut, agar harganya normal, kemampuan daya beli masyarakat jadi tetap tinggi.
Tiga kota yang menjadi sampel hitungan angka inflasi untuk Provinsi Aceh mengalami inflasi, disebabkan ada beberapa komoditas bahan pangan pada bulan Juni lalu, mengalami kenaikan harga. Yaitu meningkatnya harga daging ayam, sehingga memberikan dukungan terhadap kenaikan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 0,11 persen.
Selanjutnya kenaikan harga cabai merah memberikan dukungan inflasi sebesar 0,10 persen, kenaikan harga mobil memberikan dukungan inflasi sebesar 0,07 persen, kenaikan harga udang basah berikan dukungan inflasi sebesar 0,06 persen, kenaikan harga telur ayam ras berikan dukungan 0,05 persen.
Kemudian, kenaikan harga bawang merah, berikan dukungan inflasi sebesar 0,03 persen, kenaikan harga ikan biji nagka/ikan kuniran dan rekreasi berikan dukungan inflasi sebesar 0,02 persen, kenaikan harga beras dan ikan dencis berikan dukungan inflasi sebesar 0,01 persen.
Ahmadriswan Nasution mengatakan, kenapa kenaikan harga ayam potong memberikan dukungan yang cukup besar kepada perubahan/kenaikan indek harga konsumen (IHK) yang bisa membentuk angka inflasi jadi tinggi, karena ayam potong banyak yang mengonsumsi, sama seperti beras, minyak goreng dan bumbu-bumbuan, seperti cabai merah, bawang merah, tomat dan lainnya.
Jika komoditas harga bahan pangan tersebut meningkat di pasar, maka akan memberikan dukungan yang besar terhadap perubahan IHK, makanya dinas teknis perlu melakukan aksi normalisasi harganya dengan cara membuka pasar murah, pasar tani, operasi komoditas khusus dan penyaluran bahan pangan gratis, berupa beras seperti yang dilakukan Badan Pangan Nasional, menyalurkan beras kepada masyarakat miskin sebanyak 10 Kg per KK, selama tiga bulan, mulai April, Mei dan Juni.
Harga beras memasuki bulan Juli ini, mulai kembali bergerak, dan ini perlu dinormalisasikan harganya dengan cara melakukan operasi beras ke daerah-daerah yag tingkat kenaikan harga berasnya cukup tinggi.
Karena pada bulan Juni lalu, kenaikan harga beras yang terjadi di pasar sekitar Rp 5.000 an/sak, telah memberikan dukungan terhadap perubahan IHK dan inflasi sebesar 0,03 persen untuk Kota Banda Aceh.
Agar perubahan IHK dan angka inflasi di tiga kota yang menjadi pengukur inflasi Provinsi Aceh, pada bulan Juli mendatang, perubahan IHK jadi rendah, Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution menyarankan, kepada Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, Pemerintah Kota Lhokseumawe dan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, berkolaborasi, untuk menormalkan kenaikan harga bahan pangan, agar perubahan IHK dan Inflasi bulan Juli mendatang, jadi rendah.
Misalnya kenaikan harga ayam potong, yang memberikan dukungan terhadap perubahan IHK dan inflasi di Kota Banda Aceh sebesar 0,10 persen, perlu dinormalisasikan harga jualnya di pasar, dengan cara menyubsidi pakan dan lainnya. Jika Pemerintah daerah setempat tidak melakukan aksi nyata normalisasi harga, maka kenaikan harga bahan pangan, akan semakin tinggi, perubahan IHK dan inflasinya jadi ikut tinggi,” tutur Ahmadriswan Nasution.(*)
Baca juga: Ayo Dukung Batu Giok dan Rateeb Meusekat di API 2023, Begini Cara Vote di Instragram, SMS & Youtube
Baca juga: Anak Petani Penderita Anemia Plastic Butuh Uluran Tangan Dermawan