Ketua Komisi V ini menyarankan supaya pihak sekolah tidak mengizinkan siswa membawa Handphone (HP) android ke sekolah.
Laporan Nur Nihayati I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Kasus dugaan penganiayaan siswa SMAN di wilayah Pidie mengundang simpati dan juga rasa kekecewaan sejumlah kalangan.
Ketua Komisi V DPRK Pidie, Muhammad SPdI mengatakan, hal ini sangat memalukan dan mencoreng dunia pendidikan di daerah ini khususnya.
"Sangat disayangkan, sekolah menjadi arena tinju, butuh pengawasan khusus dalam penyelesaian kasus ini," kata politisi Partai Aceh ini.
Ketua Komisi V ini menyarankan supaya pihak sekolah tidak mengizinkan siswa membawa Handphone (HP) android ke sekolah.
"Sangat disayangkan ternyata sekolah ini bebas HP. Butuh pengawasan yang lebih intens dari kepala sekolah. Harus tegas, siswa jangan membawa HP android ke sekolah," tegasnya.
Maka itu, dia menyebutkan supaya ada penanganan khusus terkait korban ini, karena secara psikologis ia masih trauma dan terganggu. Sedangkan pihak pelaku harus dibina.
"Anak-anak ini harus dibina secara khusus. Itu bukan kerjaan anak sekolah sudah menyerupai seperti preman begal di jalanan," sebutnya.
Di sisi lain, Muhammad meminta supaya Kacabdin (Kepala Cabang Dinas Pendidikan) lebih memberi pengawasan untuk kepala sekolah dan guru-guru.
"Hal ini sangat memalukan dunia pendidikan di Pidie khususnya. Pengawasan wali kelas supaya lebih ketat. Tanggungjawab bukan semata merekap nilai mata pelajaran, tapi juga perilaku anak-anak.
Jika sudah damai harus menjadi pelajaran bagi siswa lainnya," ucapnya.
Di sisi lain, ia juga menyayangkan jika peristiwa ini sempat diviralkan.
"Ini menjadi pelajaran berharga. Pelaku jangan sampai merajalela. Begitu juga korban harus diberikan pendampingan khusus secara psikologis sangat terganggu.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Cabang Dinas Pendidikan ( Kacabdin) wilayah Pidie dan Pidie Jaya Razali MPd menyesalkan tindakan dugaan penganiayaan siswa SMAN di Pidie.
"Kami sangat menyesalkan. Saat ini sedang melakukan mediasi antara orang tua korban, pelaku dan juga pihak sekolah atas kasus ini," ungkap Razali usai mengikuti kegiatan Jaksa Masuk Sekolah di SMAN 1 Sigli, Rabu (9/8/2023).
Dari laporan diterimanya, Razali mengungkapkan benar kejadian video itu merupakan siswa salah satu SMAN di Pidie.
Pihak sekolah telah memanggil pelaku juga orang tuanya. Sejauh ini pelaku baru dikenakan hukuman sebatas pembinaan saja, selanjutnya belum dapat diketahui karena kasus masih dimediasi.
Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (5/8/2023) waktu istirahat.
Korban berinisial AP siswa kelas XI (kelas 2 SMA). Pelaku berjumlah dua orang juga seusia korban yakni BO kelas 2 IPS dan RI kelas 2 IPA 4 di sekolah tersebut.
Sedangkan yang bertindak mengambil video adalah HA.
Menurut Razali, hingga kini pihak keluarga korban belum mau berdamai atas kasus dugaan penganiayaan ini.
Namun pihak sekolah bersama Cabdin sudah melakukan mediasi mempertemukan orang tua pelaku dan juga mendatangi rumah korban.
Ihwal kejadian ini berawal saling ejek berbuntut rencana perkelahiran. "Dari penelusuran kami, mereka berawal ingin berkelahi itu pada Hari Jumat (4/8/2023)," katanya.
Nah, singkatnya kejadian itu terjadi pada Sabtu (5/8/2023). Sangat disesalkan.
Pada kesempatan itu, Kacabdin Razali mengaku pihaknya tetap berupaya memberikan solusi yang terbaik namun tidak mengorbankan masa depan anak-anak sekolah.
"Sekolah sudah berupaya mencari solusi melakukan pertemuan dengan pihak komite, orang tua namun belum ada hasil yang bisa disampaikan," katanya.(*)