Kasus Imam Masykur

Keluarga Almarhum Imam Masykur Sampaikan Pesan Penting pada Abdullah Puteh

Penulis: Yarmen Dinamika
Editor: Nur Nihayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Senator asal Aceh, Prof Dr Ir Abdullah Puteh MSi (berbatik kuning) melakukan takziah dan samadiah bersama rombongannya di rumah orang tua almarhum Imam Masykur, di Desa Mon Klayu, Geurugok, Bireuen, Jumat (1/9/2023) malam. Di akhir acara, Puteh foto bersama dengan Fauziah, ibu dari almarhum Imam Masykur, korban penculikan, pemerasan, dan pembunuhan di Jakarta.

Usai berdoa bersama kepada almarhum Imam Masykur, Prof Abdullah Puteh diminta untuk membantu keluarga yang ditimpa musibah

Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM - Senator asal Aceh, Prof Dr Ir H Abdullah Puteh MSi yang juga Wakil Ketua Komite II DPD RI, melakukan takziah ke rumah duka almarhum Imam Masykur bin Mansur di Mon Klayu, Geurugok, Bireuen, Aceh, Jumat (1/9/2023) malam.

Dalam kunjungan ke rumah orang tua korban, selain membawa bungong jaroe (buah tangan) sesuai adat reusam Aceh, Abdullah Puteh juga melakukan samadiah bersama rombongannya.

Usai berdoa bersama kepada almarhum Imam Masykur, Prof Abdullah Puteh diminta untuk membantu keluarga yang ditimpa musibah, terutama dalam hal mengawal proses hukum kasus meninggalnya Imam Masykur setelah diculik di Jakarta.

Baca juga: Siapakah Imam Masykur, Apa Kasusnya sampai Diculik dan Disiksa Oknum Paspampres hingga Tewas?

"Sebagai anggota Forbes DPR dan DPD RI asal Aceh, saya tentu akan membantu, apalagi sudah diminta pihak keluarga korban," ujar Puteh.

Keluarga Imam Masykur melalui Abdullah Puteh menyampaikan dan berharap agar pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat Aceh di Jakarta bersungguh-sungguh mengawal kasus ini hingga tuntas agar terwujudnya rasa keadilan yang bermartabat di hati para keluarga almarhum Imam Masykur.

"Kami diminta membatu mengawal jalannya proses hukum kasus ini dan tentu saja akan kami laksanakan dengan optimal," kata mantan gubernur Aceh ini.

Baca juga: Panglima TNI: Sidang 3 Anggota TNI AD yang Culik dan Bunuh Imam Masykur Digelar Terbuka

Di sela-sela berlangsung takziah di kediaman almarhum Imam Masykur, Anggota DPR RI asal Aceh yang duduk di Komisi I, Fadhlullah (Dek Fad), melakukan videocall dari Jakarta.

Ia menyampaikan sesuatu kepada jamaah takziah yang turut didengar oleh Fauziah, ibu dari almarhum Imam Masykur.

Dek Fad, antara lain, menginformasikan bahwa semua tersangka pelaku sudah ditahan dan tentunya akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

"Kita akan kawal kasus ini hingga tuntas," ujar Dek Fad yang juga mantan komandan Operasi GAM di wilayah Pidie.

Baik Abdullah Puteh maupun Dek Fad sama-sama berharap agar keluarga korban sabar dan tabah atas ujian ini.

"Kami yakin, di balik musibah ada hikmahnya," tandas Abdullah Puteh.

Sebagaimana santer diberitakan, Imam Masykur merupakan pemuda asal Geurugok, Bireuen, yang merantau ke Jakarta.

Di Jakarta, ia membuka usaha jualan obat dan kosmetik dengan menyewa sebidang tempat usaha. Tiba-tiba pada suatu hari di bulan Agustus datang lima orang naik mobil ke tempat usahanya untuk menculik Imam.

Korban kemudian diperas dan disiksa, serta diharuskan menyerahkan uang Rp50 juta. Dalam video yang dibuat tersangka pelaku, tampak Imam disiksa hingga meraung-raung minta dikasihi.

Namun, para tersangka tak menghentikan aksinya karena uang yang diminta belum didapat dan ibu Imam Masykur juga tidak segera dapat memenuhinya.

Dalam kasus ini ada tiga anggota TNI yang terlibat, yakni anggota Paspampres, Praka RM. Dua lainnya adalah Praka HS anggota dari Direktorat Topografi TNI AD dan Praka J dari Kodam Iskandar Muda.

Selain itu, dua warga sipil turut terlibat dalam kasus itu. Salah satunya bernama Zulhadi Satria Saputra yang merupakan abang ipar dari Praka RM.

Komandan Pomdam Jaya, Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar mengatakan, tindakan tiga anggota TNI menculik dan menganiaya Imam itu didasari motif pemerasan.

Ia menyebut, para tersangka pelaku awalnya berpura-pura sebagai anggota polisi yang hendak menangkap Imam lantaran diduga menjual obat ilegal.

"Pelaku berpura-pura sebagai aparat kepolisian yang melakukan penangkapan terhadap korban karena korban diduga pedagang obat-obat ilegal (tramadol dan lain-lain)," kata Irsyad saat dihubungi, Senin (28/8/2023).

Setelah ditangkap dan dibawa, ia menyebut korban pun dianiaya dan dimintai uang.

"Terus mungkin penganiayaannya berlebihan sehingga mengakibatkan kematian," ujarnya. (*)

Berita Terkini