Kajian Islam

‘Ghosob’ Pesan Buya Yahya Kepada Jamaah Bila Sandal Tertukar di Masjid: Ucapkan Alhamdulillah

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Buya Yahya menjelaskan soal hukum sandal tertukar di masjid (YOUTUBE/AL BAHJAH TV)

‘Ghosob’ Pesan Buya Yahya Kepada Jamaah Bila Sandal Tertukar di Masjid: Ucapkan Alhamdulillah

SERAMBINEWS.COM – Simak pesan Buya Yahya kepada jamaah bila mendapati sandal yang dikenakannya tertukar di masjid.

Buya Yahya pun mengingatkan tentang hal ‘Ghosob’, yang berujung pada dosa.

Sebagaimana diketahui, kehilangan atau tertukarnya sandal ketika shalat di masjid memang kerap terjadi.

Penyebab sandal hilang di masjid paling umum adalah tertukar dengan orang lain.

Namun ada juga yang hilang diambil oleh orang lain.

Bahkan bagi sebagian orang jika sendalnya tertukar dia akan mengambil sandal orang lain yang menyerupai sandalnya.

Mengenai hal ini, bagaimana hukum seorang muslim bersikap apabila dalam situasi seperti ini?

Ilustrasi (net)

Baca juga: Jangan Ragu, Lakukan 3 Hal Ini Agar Dosa Zina Diampuni, Buya Yahya : Jangan Lakukan Lagi Setelah Itu

Buya Yahya dengan tegas menjawab bahwa perbuatan mengambil sandal orang lain di masjid jika sandalnya tertukar atau hilang di ambil orang adalah haram

“Ya ndak boleh, bukan sandal Anda. Ghosob itu, haram. Jangan main-main!,” tegas Buya Yahya.

Ghosob merupakan suatu tindakan di mana seseorang memakai atau mengambil barang milik orang lain tanpa seizinnya.

Buya Yahya pun menekankan untuk tidak membiasakan mengambil barang milik orang lain.

“Kalau sandalnya hilang, biarkan hilang. (mengambil sandal orang lain) itu ngaco. Haram itu hati-hati. Ghosib, dosa itu, ga boleh,” Buya Yahya kembali menegaskan.

Lebih lanjut, Buya mengatakan bahwa perampok besar yang mengambil hak orang lain berangkat dari hal-hal yang kecil seperti ini.

“Kalau di masjid Anda hilang sandal, (ucapkan) Alhamdulillah. Sandalnya jadi sedekah. Dan jangan mengambil punya orang lain sekecil apapun,” terang Buya Yahya.

Penjelasan Buya Yahya tersebut dikutip dalam tayangan Youtube di kanal Al-Bahjah TV.

Lantas, apakah orang tersebut harus Ridha atau Ikhlas?

Dikutip dari laman NU.or.id, pengasuh Pondok Al-Hikmah Buntet Pesantren Cirebon KH Salman Al-Farisi menjelaskan perbedaan makna ridha dan ikhlas.

Banyak orang yang terkadang dibuat bingung dengan arti sesungguhnya dari kedua istilah tersebut.

“Ridha itu berarti kita menjadi maf’ul atau objek. Kalau ikhlas kita jadi fa’il atau subjek,” sebutnya.

Pria yang akrab disapa Kang Salman ini lantas memberikan sebuah contoh, saat seseorang kehilangan sandal usai shalat berjamaah di masjid.

Baca juga: Jangan Pernah Bentak dan Pukul, Buya Yahya Ungkap 7 Cara Mendidik Anak, Berakhlak, Penurut dan Rajin

“Jamaah yang sandalnya hilang itu, jika merelakan disebut ikhlas atau ridha? Itu namanya ridha. Karena ke masjid bukan untuk bersedekah sandal, tapi mau berjamaah,”

“Ternyata saat keluar, sandal hilang. Mungkin saja ada yang senang atau mungkin tertukar,” jelas Kang Salman.

Maka kurang tepat jika sandal hilang di masjid dengan mengatakan ‘saya mengikhlaskan’. Sebab itulah yang disebut ridha, bukan ikhlas.

“(Karena ridha itu) artinya kita menerima segala sesuatu yang sudah digariskan Allah,” kata Kang Salman.

Sedangkan ikhlas, sebutnya, adalah seseorang melakukan sesuatu dengan kesengajaan. Misal, menyedekahkan sandal.

“Tapi kalau sudah ikhlas tidak perlu dibicarakan. Sama seperti surat Al-Ikhlas yang tidak ada satu pun kata ikhlas di dalamnya,”

“Nah, kita kalau ikhlas gak usah ngomong. Karena kalau seseorang banyak mengucapkan kata ikhlas maka keikhlasannya akan sangat diragukan,” pungkas Kang Salman.

 

Benarkah Tabrak Kucing Bisa Bawa Sial? Ini Penjelasan Buya Yahya

Ada banyak mitos yang tersebar di masyarakat soal menabrak kucing di jalanan. Meskipun itu dilakukan tanpa sengaja, mitos ini terus berkembang terutama mendapat kesialan.

Selain harus bertanggung jawab usai menabrak kucing, ada mitos mengerikan yang menyelimuti peristiwa itu.

Dalam mitos yang berkembang di masyarakat, menabrak kucing akan mendatangkan kesialan meski tak sengaja. Apalagi jika kucing yang tertabrak tidak diurus atau dikubur.

Ada juga mitos lainnya, jika pengendara yang tak sengaja menabrak kucing akan mengalami kecelakaan saat melanjutkan perjalanan. Benarkan demikian?

Dalam ceramah Buya Yahya dikutip dari laman Al Bahjah, pendakwah yang juga pendiri pondok pesantren Al Bahjah itu memberikan penjelasan terkait dengan hukum menabrak kucing secara tidak sengaja.

kucing. ()

Buya Yahya menjelaskan bahwa menabrak kucing secara tidak sengaja tidak dianggap dosa dalam Islam.

Ini menunjukkan bahwa dalam ajaran agama Islam, tindakan tersebut tidak dihukum jika itu terjadi tanpa sengaja.

Begitu pula jangan pernah menaruh keyakinan aneh-aneh soal menabrak kucing.

Selama ini keyakinan tersebut hanya muncul di masyarakat, maka Buya menegaskan perlunya untuk menjauhi keyakinan yang tidak beralasan.

Menghindari Kucing

Buya Yahya juga mencatat bahwa beberapa orang mungkin merasa takut atau menghindari kucing ketika mereka berjalan, mungkin karena khawatir menabrak mereka.

Namun, dia menyatakan bahwa menghindari kucing untuk mencegah menabrak mereka adalah langkah yang masuk akal, asalkan itu tidak menjadi sebuah keyakinan aneh-aneh.

Misalnya saja menghindari kucing kemudian malah membahayakan diri sendiri ataupun menabrak orang lain, tentunya ini adalah pemikirian yang aneh menurut Buya Yahya.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Kucing Mati?

Buya Yahya menyarankan untuk mengubur kucing yang sudah mati, jika ada kekhawatiran bahwa bangkainya bisa mengganggu orang. Ini adalah tindakan yang masuk akal dan etis.

Tak hanya itu, Buya Yahya juga turut membalas bahwa dalam Islam, tindakan menyiksa hewan, termasuk kucing, dianggap sebagai perbuatan zalim.

Ini menekankan pentingnya perlakuan baik terhadap hewan-hewan dan melindungi mereka dari penyiksaan.

Adapun jika menabrak kucing dan tidak disengaja, tentunya hal ini bukan lah merupakan sebuah dosa.

Buya Yahya mengingatkan kita untuk tidak mempercayai keyakinan yang tidak beralasan dan mencoba untuk mengubah keyakinan aneh-aneh yang ada dalam masyarakat.

Hal ini mencerminkan pesan bahwa kita harus mengadopsi keyakinan yang lebih masuk akal dan ilmiah. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkini