“Sampai sekarang, operasional di depo Krueng Raya dan kantor di Seutui Banda Aceh masih harus kami subsidi,” kata Ismail.
“Tapi saya tetap optimis, melihat potensi dan semangat para pihak, terutama akademisi dari USK dan para pelaku UMKM, akan ada masa depan yang baik bagi dunia industri di Aceh. Namun juga akan sangat tergantung siapa yang akan memimpin Aceh ke depan,” ujarnya.
Selain di Banda Aceh dan Aceh Besar, saat ini PT Trans Continent memiliki aktivitas di Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Beberapa hari lalu, Trans Continent mengimpor mengimpor Kompresor gas dari Singapura untuk Perta Global Energi (PGE) melalui Pelabuhan Krueng Geukueh Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.
“Lhokseumawe masih ada kegiatan yang sifatnya proyek untuk mobilisasi kegiatan impor dari luar negeri, tapi akhir bulan ini akan selesai. Jadi sifatnya temporer, bukan rutin,” kata Ismail Rasyid.
Ismail mengakui, butuh usaha dan kerja keras untuk menghidupkan industri di Aceh, sekaligus membangun kepercayaan para investor untuk berinvestasi di Aceh.
“Di tempat lain, proyek banyak dan iklim investasi pun kondusif, sehingga bisa cepat mengambil keputusan untuk pengembangan bisnis,” ungkap Ismail Rasyid.
Sejauh ini, di daerah mana PT Trans Continent paling banyak beraktivitas? “Sumatera Utara, Surabaya, Jakarta, Balikpapan, dan Sulawesi secara menyeluruh,” pungkas alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, tahun 1993 ini.(*)