Mihrab
Agama dan Budaya Jadi Dua Pilar Penting Dalam Masyarakat Aceh
PKA merupakan event lima tahunan ntuk memperkenalkan dan mempromosikan nilai-nilai budaya, sejarah, adat istiadat serta agama Islam di Aceh.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Agama dan Budaya Jadi Dua Pilar Penting Dalam Masyarakat Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) merupakan event lima tahunan ntuk memperkenalkan dan mempromosikan nilai-nilai budaya, sejarah, adat istiadat serta agama Islam di Aceh.
Nilai-nilai yang disajikan dalam acara tersebut mencerminkan jati diri Aceh dalam ranah sosial, agama, dan budaya.
Aceh dikenal sebagai tempat dimana agama dan adat menjadi dua pilar penting dalam penataan sosial, sebagaimana disebutkan dalam dalam pepatah ‘Adat bak Poe Teumeureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Putroe Phang, Reusam bak Lakseumana,’.
Hal tersebut dapat diartikan, poteumeurehom (kekuasaan eksekutif-sultan), Syiah Kuala (yudikatif-ulama), Putroe Phang (legislatif), Laksamana (pertahanan- tentara).
Juga ‘hukom ngon adat lagee zat ngon sipheut’ yakni hukum (agama) dan adat bagai zat dan sifat, tak dapat dipisahkan.
Baca juga: Khutbah Jumat - Hindari Bencana dengan Tidak Meninggalkan Ulama
Pada kehidupan sosial budaya Aceh, pondasi utamanya terletak pada agama dan adat. Keberadaan para ulama adalah bukti nyata dari pentingnya pilar agama dan adat dalam sejarah Aceh.
Sehingga Islam bukan sekadar agama, melainkan sebuah gaya hidup yang menjadi landasan kuat bagi budaya dan adat Aceh.
“Orang Aceh telah dikenal sebagai pemberani, dan hal ini mendapat legitimasi historis selama Perang Aceh, khususnya sejak perang oleh Belanda pada tanggal 26 Maret 1873,"
"Keberanian mereka dalam berjuang mencerminkan kesetiaan. Patriotisme orang Aceh, misalnya diakui oleh banyak orang Barat,” ungkap Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Junaidi SH MAg, Kamis (9/11/2023).
Menurut dia, orang Aceh juga dikenal memiliki keyakinan dan rasa percaya diri yang tinggi.
Kebanggaan ini terkait erat dengan sejarah dan hikayat yang terus-menerus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Hikayat ini, kata Tgk Junaidi, mengisahkan tentang kejayaan Aceh dan kemenangan dalam perang melawan Belanda.
Baca juga: Mulai Sekarang Wanita Jangan Tunggu Siap Shalat Jumat Baru Shalat Dzuhur, Buya Yahya Ungkap Waktunya
Selain itu, tempat-tempat bersejarah dan peninggalan budaya juga turut memperkuat rasa bangga dan percaya diri tinggi yang dimiliki oleh orang Aceh.
“Orang Aceh juga sangat menghargai nilai-nilai kolektivitas, hal ini tercermin dalam kebiasaan kita untuk berkumpul, baik di warung kopi, kenduri, maupun berbagai upacara adat budaya yang melibatkan orang banyak,” sebutnya.
Laboran Arsitektur UIN Ar-Raniry Ingatkan Pentingnya Teladan Nabi dalam Menjaga Alam Aceh |
![]() |
---|
Hukum Main Domino di Aceh: Antara Hiburan, Hukum Syariat, dan Stigma Judi |
![]() |
---|
Di 60 Masjid Aceh Besar, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat pada 26 September 2025 |
![]() |
---|
Abu Yamani di Sawang Teubei, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Aceh Barat 26 September 2025 |
![]() |
---|
Wakil Menteri Agama Isi Khutbah Jumat di Banda Aceh, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat Besok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.