Bahkan AS, pendukung utama Israel, telah menyatakan keprihatinannya atas banyaknya korban jiwa di warga sipil Gaza.
Sekitar tiga perempat penduduk Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka dan tinggal di tempat penampungan yang penuh sesak dan tidak sehat.
Banyak, bahkan sebagian besar, tidak dapat kembali ke rumah karena kerusakan parah di wilayah utara dan terus berlanjutnya kehadiran pasukan Israel di sana. Hal ini dapat menyebabkan bencana kemanusiaan yang lebih buruk karena orang-orang tetap berada di tempat penampungan atau terpaksa tinggal di tenda selama musim dingin yang dingin dan hujan.
Dan di Israel, pembebasan sandera secara besar-besaran berisiko memicu perpecahan antara keluarga mereka yang dibebaskan dan mereka yang masih disandera.
Tentara, misalnya, kemungkinan besar termasuk orang terakhir yang dibebaskan. Keluarga para tentara, termasuk perempuan muda yang bertugas sebagai pengintai di sepanjang perbatasan, kemungkinan besar akan menekan pemerintah untuk tidak melanjutkan serangan sampai orang yang mereka cintai juga kembali ke rumah.(*)