Dr. RITA MEUTIA, S.E., M.Si., Ak, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, melaporkan dari Blang Blahdeh, Kabupaten Bireuen
Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki) yang berdiri pada 30 April 2019 terus berupaya memosisikan sebagai pusat kebangkitan budaya Aceh di Asia Tenggara.
Perguruan tinggi yang bermarkas di Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Aceh, ini merupakan sebuah lembaga pendidikan di bawah payung Yayasan Kebangsaan Bireuen dan Yayasan Bina Bangsa Lhokseumawe.
Letak kampusnya bersanding dengan Dayah Al-Madinatuddiniyah, salah satu dayah terkenal di Aceh, binaan Abu Tumin di Desa Blang Bladeh, Bireuen. Keduanya bagaikan sejoli yang sedang merajut cinta akan ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama.
Kampus yang bersih serta berdiri megah tersebut memiliki cabang yang disebut sebagai Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Uniki di Buket Rata, Kota Lhokseumawe.
Kampus yang dipimpin Prof Dr Apridar SE, MSi ini letaknya sangat strategis, yakni persis di pinggir jalan nasional Medan-Banda Aceh. Kampusnya pun megah, gedung-gedungnya berarsitektur Turki, dan berkubah hijau. Kebersihannya sangat terjaga. Semua itu sangat sesuai dengan lakabnya yang menggunakan nama Islam, yakni Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, disingkat Uniki.
Dalam waktu singkat, pengembangan fakultas yang dikelola Uniki bertambah menjadi enam fakultas dan Program Pascasarjana Magister Manajemen, yaitu: 1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan Prodi Manajemen dan Prodi Akuntansi; 2) Fakultas Hukum dan Syariah dengan Prodi Hukum dan Prodi Paralegal; 3) Fakultas Komputer dan Multimedia dengan Prodi Informatika jenjang S1, dan Prodi Teknologi Informasi; 4) Fakultas Pertanian dan Peternakan dengan Prodi Sains Pertanian dan Prodi Peternakan; 5) Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan dengan Prodi Pendidikan Jasmani, Pendidikan Bahasa Aceh, dan Pendidikan Agama Islam; dan 6) Fakultas Teknik dengan Prodi Teknik Sipil.
Di kampus ini ada program khusus sekaligus andalan Uniki, yakni penggemblengan mahasiswa untuk “disantrikan”. Ide dasarnya berawal dari kontemplasi pihak yayasan yang membuat perbandingan, di mana kita lihat sekarang sudah mulai langka ilmuwan yang menguasai ilmu agama. Uniki ke depan ingin menghasilkan sarjana yang sujana di mana mereka memiliki ilmu di bidang spesialisasinya serta taat menjalankan perintah agamanya.
Dalam program penyantrian para mahasiswa ini mereka dipondokkan di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang terdapat dalam kompleks Kampus Uniki Bireuen. Mereka dididik menjadi mahasiswa plus dengan mata kuliah pendidikan agama sebanyak 8 satuan kredit semester (SKS).
Selama “nyantri” mereka dibimbing oleh delapan guru pamong yang terdiri atas ustaz dan ustazah yang didatangkan dari luar serta dari kalangan dosen Uniki, khususnya dosen yang berlatar belakang ilmu Pendidikan Agama Islam (PAI).
Rusunawa yang berlantai tiga itu memiliki 60 kamar dan mampu menampung 240 santri. Setiap malam mereka melakukan pengajian Al-Qur’an dan update pengetahuan agama hingga pelaksanaan shalat Subuh berjamaah.
Berbagai aktivitas religi yang dilakukan, diharapkan menjadi benteng ketahanan kaum milineal terhadap pengaruh negatif dari lingkungan yang dihadapi.
Saat lulus nanti mereka diharapkan akan dapat dijadikan sebagai model atau contoh lulusan yang memiliki karakter yang mumpuni.
Untuk mendekatkan serta meningkatkan kecintaan civitas akademika terhadap Nabi Muhammad saw, Uniki mengadakan Maulid Raya Bireuen yang dipusatkan di Kampus Utama Uniki di Blang Blahdeh Bireuen pada 18 November 2023 lalu.
Perayaan hari kelahiran nabi tersebut sudah membudaya di Aceh khususnya. Budaya positif tersebut diupayakan menjadi momentum untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan serta amal ibadah sebagai bekal di akhirat kelak.