Kupi Beungoh

Prabowo dan Mualem, Komitmen Dua Jenderal untuk Aceh

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koordinator Juru Bicara Tim Kampanye Daerah (TKD) Aceh Prabowo-Gibran, Nurlis Effendi

Oleh: Dr. Nurlis Effendi*)

MUZAKIR Manaf (Mualem) menjadi pemegang komando pemenangan Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 untuk Provinsi Aceh. Ini untuk kali ketiga Mualem menjalankan perannya.

Ketika pertama kali menjadi tim pemenangan Prabowo pada Pilres 2014, saya menanyakan pada Mualem: mengapa harus bersama Prabowo? 

“Prabowo itu seorang jenderal tentara. Kita lebih mudah memahami bahasa yang disampaikannya. Ketika berada dalam arena perang, maka komitmennya adalah berperang. Jika berdamai, maka benar-benar berdamai, karena berkomitmen berdamai.”

Jadi, Mualem menambahkan, dalam kehidupan tentara itu tidak ada kepura-puraan, dan tidak ada kepalsuan. “Jadi saya percaya, Prabowo memegang teguh komitmennya. Apa yang diucapkan itulah yang dilakukannya.”

Mualem menyampaikannya dengan bahasa tubuh seorang jenderal.

Ia memang berpangkat jenderal sebagai Panglima Angkatan Perang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ketika berperang dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Setelah damai, Mualem menjadi Ketua Umum Partai Aceh.

Baca juga: Mualem Sebut Prabowo Ke Aceh Pertengahan Desember

Karena itu, saya memahami mengapa Prabowo begitu percaya pada Mualem untuk mengendalikan pemenangannya di Aceh, kendati Mualem adalah mantan lawannya di arena perang.

Beranjak pada Pilpres 2019, Mualem juga memegang komando pemenangan Prabowo di Aceh.

Saya kembali menanyakannya, tentu dengan logika hitung-hitungan politik melawan inkumben Joko Widodo (Jokowi) yang menang pada Pilpres 2014.

Mualem tidak mengulang lagi jawabannya yang sudah disampaikan 5 tahun sebelumnya.

Sebab, Mualem mengatakan komitmennya bersama Prabowo belum terputus. Kedua-duanya masih teguh memegang janji.

“Bang, tanyoe udeep lam politeek bek lagee gutee.” Mualem berpesan bahwa berpolitik janganlah seperti kutu loncat. Sebab, kutu loncat akan selamanya seperti itu.

Politisi kutu loncat bukan hanya tertuju pada orang yang suka berpindah partai, juga gemar berpindah sikap sesuai keuntungan dan kepentingan.

Pada Pemilu 2024, Mualem Kembali menjadi Ketua Tim Kampanye Daerah Prabowo yang kali ini berpasangan dengan Gibran.

Baca juga: Mualem Ketua dan TRK Sekretaris, Ini Susunan Lengkap Tim Kampanye Prabowo-Gibran di Aceh

Saya tentu tidak bertanya-tanya kepada Mualem mengapa harus bersama Prabowo lagi. Mualem sudah jelas memiliki sikap kesetiaan yang teramat tinggi.

Pada dua Pemilu sebelumnya, dalam hitung-hitungan politik memang Prabowo kalah dalam Pilpres.

Di semua survei, memenangkan Jokowi sebagai Presiden RI. Kali ini, berbagai survei menempatkan Prabowo sebagai pemenang Pemilu.

Bahkan ia digandrungi kalangan muda, sehingga muncul berbagai jargon kepadanya, seperti Prabowo Gomey dan All in Prabowo-Gibran. Ini sesuatu yang tidak dimiliki menyentuh Prabowo pada Pilpres sebelumnya.

Baca juga: Pernah Gagal 4 Kali, Kata Prabowo Jika Kalah Lagi di Pilpres 2024: Saya Akan Naik Gunung, Pensiun

Berkaca dari situ, maka pada Pilpres kali ini Prabowo bakal menjadi Presiden RI setelah era-Jokowi. Maka apa sebetulnya yang menjadi kebaikan bagi Aceh.

Karena itu, yang saya ingin tahu adalah komitmen yang terjalin antara Prabowo dan Mualem untuk Aceh? Itulah yang saya tanyakan kali ini.

Secara singkat, Mualem menjelaskan bahwa: pertama perjanjian MoU Helsinki perlu berjalan utuh.

“Di situ secara menyeluruh berisi berbagai kebaikan untuk Aceh, semuanya mengarah pada kesejahteraan rakyat Aceh,” kata Mualem.

Baca juga: Mualem Ditunjuk Jadi Dewan Pembina Repnas Saat Deklarasi Prabowo-Gibran

Mualem menyampaikan bahwa yang paling penting saat ini adalah membangun ekonomi Aceh untuk peningkatan kesejahteraan rakyat Aceh.

Selama ini, Aceh terpuruk dalam kemiskininan, dan ini harus diberikan solusi yang cepat.

Salah satu jalannya adalah meningkatkan anggaran Pembangunan Aceh, yaitu memperjuangkan perpanjangan dana Otsus dan meningkatkan jumlahnya.

Peruntukannya sesuai dengan reflek ekonomi rakyat Aceh. Sehingga penggunaan anggarannya membumi dengan Aceh.

Baca juga: Tu Sop Ajak Semua Pihak Jaga Keharmonisan di Tahun Politik

Hal itu dilakukan bersamaan dengan membangun sumber daya manusia di Aceh. Di sini adalah berbicara peningkatan anggaran untuk membangun kekuatan pendidikan.

Pendidikan yang dimaksud, bukan hanya beasiswa untuk pendidikan umum seperti sekolah-sekolah, tetapi juga beasiswa bagi santri-santri di dayah-dayah, serta memperkuat pendidikan vokasi.

Pada Pembangunan SDM tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana seperti lembaga riset dan penelitian, serta sentra teknologi digital semacam Aceh Digital Park.

Berbicara dunia digital, maka yang dibutuhkan adalah membangun database kependudukan Aceh, sehingga beasiswa (sekolah, dayah, serta perguruan tinggi) serta bantuan-bantuan untuk masyarakat Aceh menjadi tepat sasaran.

Baca juga: Prabowo Dijadwalkan Kampanye Dua Kali di Aceh, Tanpa Gibran

Sedangkan yang berkaitan dengan hasil alam Aceh, seperti: minyak dan gas, minerba (mineral dan batu-batuan), dan hutan, perlu langkah yang hati-hati. Soal ini perlu terlebih dahulu penyiapan SDM Aceh yang mumpuni untuk menjalankannya.

Langkah yang perlu dilakukan sekarang adalah mengaudit seluruh data migas, minerba, dan hutan Aceh. Bagaimana lingkungan hidup di Aceh harus tetap terjaga untuk masa depan generasi-generasi masa depan Aceh.

Semua itu, wajib dibungkus dengan memperkuat Syariat Islam di Aceh. Sehinga dapat berjalan dengan baik dan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan Syariat Islam.

Jadi pembangunan di Aceh, secara holistik adalah pembangunan yang rahmatan lil alamin.

*) PENULIS Dr. Nurlis Effendi adalah Juru Bicara Prabowo-Gibran Provinsi Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Berita Terkini