Laporan Sara Masroni | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sudah sebulan pengungsi Rohingya ditempatkan sementara di Balee Meuseuraya Aceh (BMA) Banda Aceh sejak tiba pada Senin (11/12/2023) lalu.
Berbagai cerita pun disampaikan oleh warga yang tinggal tepat di sekitar Gedung BMA Lampineung itu.
Salah seorang warga Gampong Kota Baru, Kecamatan Kuta Alam mengatakan, sejauh ini belum ada informasi terkait para pengungsi Rohingya yang berbuat onar dan bersinggungan langsung dengan masyarakat setempat.
"Belum ada ya, karena memang mereka dijaga ketat oleh polisi dan ada garis batas yang tidak boleh dilewati," kata warga setempat yang tidak ingin disebutkan namanya saat ditemui Serambinews.com, Minggu (7/1/2024).
Secara umum, pengungsi Rohingya berdasarkan pantauannya rutin melaksanakan shalat berjamaah walau tidak semua.
"Ya, seperti kita juga ada yang shalat dan tidak. Tapi saya pernah tes bacaan Alquran mereka di sana, bisa ternyata walau tidak semua," ungkap pria tersebut.
Dia sendiri secara pribadi pernah memberikan sedekah kepada para pengungsi sebagai sesama muslim dan manusia.
Meski demikian tetap tidak sepakat bila negara memfasilitasi mereka untuk tinggal di Aceh dan tidak dipulangkan ke negaranya.
Menurut dia, pemerintah pusat harus membangun komunikasi dengan Kedubes Myanmar terkait solusi mengembalikan para pengungsi ini ke negara asalnya dalam keadaan baik dan selamat.
Hal yang sama diungkapkan oleh Alif Rizki Mujla, warga yang berjualan tepat di depan BMA.
Dia mengaku sejauh ini para pengungsi tidak pernah berbuat onar.
Walau sepakat menolak, namun dia tidak setuju dengan gerakan masif yang dilakukan di media sosial terkait penyebaran hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian untuk para pengungsi Rohingya.
"Saya ingin mereka dipulangkan atau jangan di Aceh lah, tapi tak sepakat dengan sebar hoaks. Kasian kalau ada apa-apa, banyak anak kecil juga di sana," ucap Alif.
Pendapat yang sama juga disampaikan warga setempat lainnya.