"Benar, itu lagu untuk Abdullah Syafi'i," kata Joe kepada Serambinews.com. "Lagu itu dibuat oleh si Bos, Ketua MAA saat ini," tambah Joe.
Lagu itu, kata Joe, direkam tanggal 23 Januari 2002 atau sehari setelah Tgk Lah meninggal dunia. "Saya minta Si Bos untuk membuat lagu kepada Tgk Lah saat hari meninggalnya Tgk Lah. Lagu itu kami rekam di Jakarta," kata Joe.
Lagu Bungong Nanggroe, menjadi salah satu lagu hits masa itu dalam album World Music From Aceh - Nyawoung.
Album itu, merupakan kompilasi syair-syair Aceh dengan hanya menggunakan instrumen tradisi Aceh, seperti rapa-i, gendrang, dan serunee kale.
"Di album itu juga ada karya-karya seniman lain yang berbeda-beda, termasuk Pak Uki dan seniman lainnya," kata Joe.
Selain sebagai pencipta, Tgk Yusdedi atau Bang Bos juga melantunkan langsung lagu Bungong Nanggroe dalam album tersebut. Komposisi lagu ini terbilang unik. Awal lagu dibuka dengan Oud Gitar dan hamming Bang Bos dengan khas Aceh.
Dentuman rapa-i dengan ritmik khas bersemangat dimulai dari awal hingga akhir lagu.
Namun, nadanya minor di bagian verse hingga chorus menggambarkan lagu sebagai lagu yang dinyanyikan oleh orang yang kehilangan seseorang yang paling dicintai.
Lirik Aceh dengan sastra yang khas dalam lagu ini sebagian menceritakan kondisi Aceh saat itu. Pada bagian chorus terkandung wasiat-wasiat Tgk Abdullah Syafi'i.
"Adak pih tan long adak pih tan long di dalam di dalam nanggroe, meuhat ka sampoe meuhat ka sampoe ajai troh ajai troeh teuka,"
"Bek sampoe layee bek sampoe layee hai bungoeng hai bungong nanggroe, Tuhan peusampoe tuhan peusampoe ban pinta ban pinta gata,"
Dua bait lirik bagian chorus di atas bisa disebut sebagai wasiat Tgk Abdullah Syafi'i yang kira-kira jika diterjemahkan bermakna; meski saya sudah tiada karena ajal telah tiba, sungguh kalian jangan bersedih.
Kelak, Allah akan mengabulkan semua permintaan.
Saat pertama tercipta, lagu itu berjudul "22 Buleun 1" yang bisa diartikan sebagai tanggal dan bulan kejadian tertembaknya Tgk Lah yakni tanggal 22 bulan Januari. Namun, judul itu urung digunakan mengingat lagu-lagu Nyawong sebelumnya sempat dilarang.
"Situasi waktu itu ngeri sedap, dan Bos belum siap. Pas diputar profil Abdullah Syafi'i di TV, Si Bos baru terinspirasi, mengambil kata-katanya dari pesan Abdullah Syafi'i yang ditayang. Profil sekilas itu ditayang malam tanggal 22 Januari," pungkas Joehari Samalanga.