SERAMBINEWS.COM - Resign atau keluar dari tempat bekerja bukan suatu hal baru di dunia pekerjaan.
Keputusan untuk meninggalkan pekerjaannya itu tentu dilakukan oleh seorang karyawan dengan penuh pertimbangan dan juga karena berbagai alasan.
Namun seorang karyawan di China memiliki cerita dan alasan yang cukup unik dibalik keputusannya untuk resign.
Karyawan berjenis kelamin wanita itu memilih resign karena tekanan pekerjaannya, salah satunya grup chat kantor sebanyak 600 grup.
Padahal, ia memiliki gaji setara Rp 40 juta per bulannya.
Menurut laporan China Daily yang dilansir dari Kompas.com, Rabu (23/1/2024), cerita karyawan yang resign karena kantornya memiliki 600 grup chat sempat viral pada Desember 2023.
Karyawan wanita itu diketahui bernama Tang Ying, seorang desainer toko di sebuah perusahaan real estate di Beijing, China.
Tang Ying merasa tidak bahagia selama menjalankan pekerjaannya itu karena terlalu banyak tekanan yang diberikan padanya.
Baca juga: KISAH Sukses Haji Haryanto Pemilik PO Haryanto, Punya 300 Bus, 2000 Karyawan, Omset Puluhan Miliar
Salah satu tekanan itu berasal dari banyaknya pesan dari sekitar 600 grup dalam aplikasi chat yang ia gunakan.
Tang Ying lalu memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya dan kembali pulang ke kampungnya.
Telah bekerja selama 4 tahun
Wanita berusia 33 tahun itu telah bekerja sebagai desainer toko di sebuah perusahaan real estate selama empat tahun dan memiliki lebih dari 600 grup chat kelompok kerja.
"Selama waktu kerja yang sibuk, dulu ada lebih dari 10 grup chat yang membicarakan pekerjaan secara bersamaan. Sampai saya harus membawa komputer untuk makan hot pot," kata Tang Ying.
Menurut Tang, hal tersulit yang pernah dia temui adalah bertanggung jawab mendekorasi toko di 7-8 department store.
Setiap department store memiliki ratusan toko, dan kelompok dibentuk untuk setiap toko.
Kebisingan yang terus-menerus di aplikasi obrolan juga membuat Tang Ying merasa ketakutan.
Di sisi lain, dia tidak berani mematikan teleponnya atau berhenti memeriksa grup.
Dia takut akan melewatkan hal penting jika tidak melakukan hal tersebut.
Baca juga: Sudah Punya Gaji Rp 15 Juta, PNS DJP Ini Pilih Resign dan Jualan Ayam Geprek, Apa Alasannya?
Bahkan risiko terburuknya jika dia sampai melewatkannya adalah dapat mempengaruhi pembukaan toko baru.
“Bahkan aku terus memeriksa grup saat makan atau pergi bermain," kata Tang Ying.
Selain itu, dia juga selalu membawa laptopnya dan selalu memeriksa pesan grup.
Banyaknya pesan di grup masih membuat Tang Ying selalu khawatir dan membuatnya merasa tertekan.
Butuh waktu sekitar seminggu sebelum dia benar-benar keluar dari pekerjaannya.
Merasa seperti robot
Selama bekerja di perusahaan tersebut, Tang Ying diketahui mendapat gaji bulanan sekitar 20.000-30.000 Yuan atau sekitar Rp 40 juta per bulan.
Akan tetapi, besaran gaji itu tidak menjamin Tang merasa sejahtera dan bahagia dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang desainer.
ECSN yang dilansir dari Kompas.com menyebutkan, Tang bertanggung jawab mengawasi desain interior sejumlah properti komersial dan mengelola beberapa pusat perbelanjaan.
Banyaknya desain toko yang harus diawasi itu berdampak buruk pada kesehatannya.
Baca juga: Gaji Rp8 Juta Tapi Masuk Rp2,6 M, Rupanya HRD Salah Transfer, Karyawan Ini Langsung Resign dan Kabur
Tidak berhenti di situ, Tang juga setiap hari dibombardir oleh banyaknya pesan dari lebih dari 600 grup kerjanya.
Tang mengatakan, ia merasa seperti robot karena tidak bisa memikirkan dirinya sendiri dan hanya terpaku pada pekerjaan dan grup kerjanya saja.
Biasanya, ketika ada pembukaan toko baru, akan dibuat sebuah grup kerja yang isinya adalah Tang sendiri, karyawan toko, karyawan manajemen properti, teknisi, pemilik toko, dan pekerja dekorasi.
Terlalu banyaknya beban kerja yang harus ditanggung, Tang yang merasa lelah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan kembali ke kampung halaman di Nanchong, provinsi Sichuan, China.
Ia juga keluar dari lebih dari 600 grup kerjanya tersebut.
Prosesnya sendiri memakan waktu sekitar tiga setengah jam dari pukul 03.00 hingga 06.30 pagi.
Baca juga: Kisah Abudzar Ghifari, Resign dari Perusahaan Besar Karena Takut Riba, Kini Jadi Pedagang Mie Aceh
Menjalankan bisnis
Kabarnya, setelah kembali ke desanya, Tang memulai bisnis penjualan sosis buatannya sendiri dan daging yang diawetkan.
Dengan dukungan dari keluarganya, Tang berhasil mendirikan fasilitas pengolahan kecil di halaman belakang kediaman kakek dan neneknya.
Sementara itu, sang ayah membantu membangun rumah asap dengan menggunakan kayu dari pohon cedar lokal.
Tujuannya adalah agar bisa menciptakan merek untuk produk dagingnya yang diawetkan.
(Serambinews.com/Yeni Hardika/Kompas.com)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI