Opini

Babak Baru Perang Regional di Timur Tengah

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rizqan Kamil, Peneliti di International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS)

Rizqan Kamil, Peneliti di International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS)

SETELAH militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 dan selanjutnya dibalas Israel dengan menginvasi Gaza secara besar-besaran, konsekuensi dari konflik yang sedang berlangsung hingga saat ini tidak hanya terbatas pada perselisihan antara Israel-Palestina. Konflik telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik tersebut dapat meningkat menjadi konflik regional yang lebih besar. Situasi ini tentunya akan membawa tantangan dan konsekuensi yang sulit bagi Amerika Serikat dan aliansinya.

Laporan terbaru menunjukkan militer Israel sedang memobilisasi sejumlah besar pasukan alutsista menuju perbatasan Israel-Lebanon. Hal ini terjadi setelah Hizbullah menolak gencatan senjata dan terus menyerang pos militer di Israel utara. Ratusan tank Israel beserta kendaraan lapis baja juga telah dipindahkan ke perbatasan Lebanon. Media Israel melaporkan bahwa invasi ke Lebanon akan dimulai dalam dua minggu ke depan.

Kabar lainnya, satu negara Arab yang tidak disebutkan namanya telah memberikan informasi intelijen yang kredibel kepada Hizbullah bahwa Israel akan melancarkan operasi militer skala besar di Lebanon. Penarikan IDF (Israel Defense Forces) dari Gaza juga menunjukkan bahwa akan terjadi fase konflik berikutnya, khususnya perang antara Hizbullah dan Israel.

Yaman Trap

Konfrontasi AS dengan militan Houthi di Yaman dimulai sejak perang Israel-Hamas berlangsung, kemudian meningkat setelah ledakan pada 17 Oktober 2023 di sebuah rumah sakit di Gaza yang menewaskan dan melukai banyak orang. Ledakan di rumah sakit tersebut menandai kampanye militan yang intens terhadap pangkalan AS di Irak dan Suriah, dan terhadap banyak kapal komersial yang transit di Laut Merah.

Terhitung sejak 15 Januari 2024, ada lebih 50 kali serangan dari Houthi terhadap kapal komersial yang berafiliasi dengan AS dan Israel, sehingga memaksa kapal-kapal untuk beralih ke Tanjung Harapan.

Menurut sumber eksklusif Yaman, Houthi sedang mempertimbangkan untuk menerapkan rencana yang mereka sebut 'Segitiga Al-Aqsa', dengan menutup ketiga jalur air utama di Timur Tengah: Bab Al-Mandab, Selat Hormuz, dan Terusan Suez. Hal ini sebagai upaya untuk menghentikan pasokan minyak dan gas ke Israel dari Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

Cara Houthi menutup ketiga jalur tersebut yaitu dengan rudal dan drone kamikaze, yang sebagian besar gagal dihentikan oleh pertahanan antipesawat AS. Hingga kini, Houthi tidak menggunakan angkatan laut atau kapal apa pun untuk menutup jalur Bab Al-Mandab yang berada di Laut Merah.
Kementerian Transportasi Israel mengonfirmasi bahwa Arab Saudi, Yordania, dan UEA mencoba membantu Israel melewati blokade Houthi melalui jalur darat. Pengangkutan barang melalui darat akan mempersingkat waktu 12 hari serta menghemat waktu tunggu barang di pelabuhan.

Polanya, kapal-kapal membongkar muatannya di Dubai dan Bahrain, kemudian truk-truk Arab membawa muatan tersebut ke penyeberangan Israel. Inilah alasan mengapa Houthi bersiap menutup ketiga saluran air tersebut.
Sejak 12 Januari 2024, Amerika Serikat dan Inggris, bersama dengan Australia, Bahrain, Kanada, Belanda, terbaru Selandia Baru, telah melakukan serangkaian serangan rudal jelajah dan udara terhadap Houthi di Yaman.

Respons militer ini sebagai pembalasan atas serangan Houthi terhadap banyak kapal komersial mereka di Laut Merah. Namun, AS khawatir sepertinya serangan terhadap Houthi dapat memicu respons masif.
Pencegahan terbesar serangan terhadap Houthi adalah rudal balistiknya, yang memiliki jangkauan 1950 km, dan semua aset AS di kawasan berada dalam jangkauan rudal-rudal ini. Banyak para analis merekomendasi jika AS harus mengevakuasi 55.000 tentara Amerika dari wilayah tersebut sebelum memulai perang skala penuh di Timur Tengah.

Sumbu Iran

Salah satu daya tarik bagi para analis adalah arah program nuklir Iran, terutama kemungkinan dimensi militernya. Daya tarik ini juga meluas pada program rudal balistik Iran yang dianggap terbesar di kawasan. Pada tanggal 16 Januari lalu, serangan rudal balistik yang dilepas pada satu titik lokasi di Suriah menandai operasi rudal jarak jauh Iran.

Sasaran ini berhasil melewati seluruh sistem pertahanan udara AS di wilayah Irak dan Suriah, menjangkau jarak lebih 1.230 Km, atau setara Jakarta-Padang. Serangan rudal ini juga merupakan pesan Iran untuk Israel bahwa daya jangkau rudalnya bisa mencapai Tel Aviv.
Dengan runtuhnya “Rencana Aksi Komprehensif Bersama” tahun 2015, yang membatasi program nuklir Iran, Iran terus memperkaya dan menimbun uranium yang dapat digunakan untuk membuat hulu ledak nuklir dengan cepat. Pada tahun 2024, jika tidak ada kesepakatan untuk membatasi atau mengakhiri program nuklir, Iran akan terus memperluas pengetahuan nuklirnya dan memperkaya uranium mendekati tingkat senjata.

Menurut Badan Tenaga Atom Internasional, Iran telah meningkatkan produksi uranium yang diperkaya 60 persen menjadi sekitar 9 kilogram (20 pon) per bulan sejak akhir November 2023. Jumlah tersebut naik dari sekitar 3 kilogram per bulan sejak Juni, dan kembali ke 9 kilogram per bulan yang diproduksi selama paruh pertama tahun 2023.

Halaman
12

Berita Terkini