Permusuhan antara Israel dan organisasi pejuang Islam Lebanon telah menyebabkan puluhan ribu warga Israel mengungsi dari rumah mereka sejak awal perang.
Sementara penduduk di wilayah utara Israel, melakukan protes pada Selasa kemarin dengan memblokir persimpangan utama di wilayah utara.
Hal itu untuk mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap ketidakmampuan pemerintah dalam memberikan solusi terhadap pengungsian mereka.
Menurut situs berita Walla, ratusan orang berdemonstrasi di seluruh wilayah bersama walikota setempat dan kepala dewan daerah.
“Penduduk wilayah utara telah mengungsi dari rumah mereka selama tujuh bulan, dan mereka tidak tahu kapan mereka akan pulang,” kata Moshe Davidovich, ketua Dewan Regional Mateh Asher dan ketua Frontline Forum.
Forum tersebut sebuah kelompok yang terdiri dari para pemimpin politik lokal dari utara yang menyerukan kepada pemerintah untuk melakukan resolusi diplomatik atau militer agar warga dapat kembali ke rumah mereka.
“Selama tujuh bulan, para pemilik usaha mengalami kebangkruta, masyarakat tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap diri mereka sendiri karena mereka begitu putus asa dan frustrasi,” katanya kepada Walla.
“Kami menuntut pemerintah segera memberikan kompensasi kepada dunia usaha dan petani," sambunganya.
Dikatakan, selama tujuh bulan rasa aman telah dirusak dan Hizbullah terus menembak dan menyerang ke segala arah.
"Kami menuntut pemerintah mempunyai rencana yang jelas tentang bagaimana mereka akan melawan Hizbullah," kata Davidovich.
"Dan apakah akan ada resolusi diplomatik dan zona demiliterisasi atau perang yang signifikan di wilayah utara," sambungnya.
Pekan lalu, Davidovich mengumumkan bahwa komunitas di wilayah utara akan melepaskan diri dari Israel dan membentuk “Negara Galilea” mereka sendiri.
Hal ini sebagai bentuk protes atas perasaan mereka yang telah ditinggalkan oleh pemerintah Isarel.
(Serambinews.com/Sara Masroni)
BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS