Makam Poteu Meuruhom, Wisata Religi yang Ramai Dikunjungi Wisatawan
SERAMBINEWS.COM - Berkunjung ke daerah Aceh Jaya tepatnya di Gampong Gle Jong, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya terdapat wisata religi yang kental akan sejarah dan selalu ramai dikunjungi wisatawan, rasanya sayang sekali untuk dilewatkan.
Ya, lokasi tersebut adalah Makam Poteu Meuruhom.
Serambinews.com berkunjung ke makam Poteu Meuruhom pada Kamis (20/6/2024) lalu, kunjungan kali ini bertepatan dengan acara Peumeunap dan Seumeuleung Sultan Kesultanan Daya di Aceh Jaya.
Saat berkunjung ke puncak makan, mengharuskan kami menaiki hampir 100 anak tangga.
Kompleks makan ini merupakan tempat dimakamkannya Sultan Alaiddin Riayat Syah (Poteu Meureuhom Daya) bin Inayat Syah adalah raja atau sultan yang pernah memerintah di Kerajaan Daya.
Dia sultan yang sangat berjasa dalam merintis kerajaan tersebut. Dia mangkat pada tahun 1508 M dan dimakamkan di Gampong Glee Jong, Mukim Kuala Daya, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.
Kompleks makam Poteu Meureuhom Daya saat ini menjadi objek wisata religi dan lokasi pelaksanaan upacara tahunan Seumeuleung Raja. Upacara tersebut sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
Di puncak terdapat makam, tempat shalat, balai, dan juga air gentong yang konon dahulunya air gentong tersebut muncul dengan sendirinya di gentong tersebut. Mayoritas peziarah umumnya memakai air gentong tersebut untuk mencuci muka, mandi, mengonsumsinya dan membawanya pulang dengan alasan dianggap sebagai obat.
Peziarah datang dari berbagai wilayah untuk berbagai kepentingan, di antaranya untuk berwisata dan menunaikan nazar.
Selain bisa berziarah dan melihat langsung potensi gampong Gle Jong, anda juga bisa melihat langsung pesona pantai yang indah. Pantai tersebut berhadapan langsung dari puncak makam.
Lokasi Makam Meureuhom
Dilansir dari laman Kemendikbud Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Kebudayaan Wialyah 1, lokasi kompleks Makam Meureuhom berada di sebuah perbukitan di tepian Samudera Indonesia yang panoramanya sangat indah.
Lokasi ini sering dijadikan sebagai objek lawatan sejarah, kajian batu nisan oleh berbagai kalangan, terutama akademisi, komunitas pecinta sejarah. peneliti, peneliti dan sebagainya
Makam Poteu Meuruhom Daya secara geografis terletak pada posisi N 05°04.748′ (bujur utara) E 095°18.913′ (bujur timur) dengan ketinggian 20 Mdpl.
Kompleks makam ini berjarak sekitar 81 Km dari Kota Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh.
Makam ini berada dalam kompleks yang dipagari dengan areal seluas dua hektar.
Dalam kompleks makam terdapat beberapa fasilitas, antara lain: dua buah balai, satu unit kamar mandi, dan sebuah bangunan cungkup yang menaungi makam.
Pagar makam dibuat setengah beton dan setengahnya lagi berbahan besi pipa.
Bagian utama kompleks makam Poteu Meureuhom Daya adalah bangunan cungkup makam yang di dalamnya ada sepuluh buah makam.
Bangunan cungkup dibangun sepanjang 12,10 meter, lebar 6,10 meter, dan tinggi 5 meter.
Bahan cungkup terdiri atas beton untuk dinding dan rangka besi sebagai penopang yang menutupi seng sebagai atapnya.
Makam Poteu Meureuhom Daya berada di urutan kedelapan dalam bangunan cungkup tersebut.
Selain itu, di dalam cungkup terdapat makam keluarga atau keturunannya sebanyak sembilan makam lainnya, dengan orientasi makam mengarah ke utara-selatan.
Makam Sultan Alaiddin Riayat Syah atau Poteu Meureuhom Daya terdiri atas dua buah nisan sebagai penanda makam.
Panjang jirat 4,20 meter, lebar 1,55 meter dengan tinggi jirat 1,12 meter.
Jarak antara makamnya dengan makam ketujuh adalah 56 cm dan makam kesembilan 100 cm. Nisan kepala dan nisan kaki mempunyai bentuk yang sama, yaitu pipih tanpa sayap.
Bahan nisan Poteu Meureuhom Daya terbuat dari batu sedimen pasiran (sandstone).
Nisan kepala memiliki tinggi keseluruhan 62 cm dan lebar nisan kaki adalah 38 cm. Jarak antara nisan kaki dengan badan makam 30 cm. Ketebalan nisan kepala dengan nisan kaki sama, yaitu 25 cm.
Bentuk batu nisan Poteu Meureuhom Daya menurut klasifikasi Othman Yatim termasuk jenis batu nisan papan atau pipih, tetapi tidak memiliki sayap atau bahu (berbentuk semu).
Bagian puncak nisan berbentuk kemuncak (petak) dan pada bagian depannya (satu arah dengan badan nisan) terdapat ornamen sulur-suluran.
Pada bagian badan makam terdapat panil-panil yang berjumlah tiga buah.
Panil-panil berisikan kaligrafi Arab. Kaligrafi Arab yang terpahat berisikan nama sang tokoh.
Nama tokoh yang terukir pada badan nisan bagian kaki, yaitu, "Hazal qabru almarhum al-maghfur, ar-raja ila rahmatillah, alaa wa hua Sultan Alaiddin Riayat Syah". (Inilah almarhum yang dihormati dan diampuni, raja yang dirahmati Allah, Sultan Alaiddin Riayat Syah). Pada nisannya juga terdapat kutipan ayat Alquran, Surat Al-Hasyr, Ayat 22-24.
Makam Poteu Meureuhom Daya sudah dibuatkan jirat.
Jirat itu dibuat pada masa yang lebih kemudian, tepatnya sesudah tsunami 26 Desember 2004.
Pada saat itu ada bantuan dari lembag non-pemerintah (NGO) untuk rehabilitasi situs sejarah dan objek yang diduga cagar budaya.
Bentuk jiratnya sama dengan jirat pada umumnya, yaitu kaki jirat dibuat lebih lebar.
Di bagian atas jirat dibuat meninggi dengan ukuran yang sama. Kedua nisan makam ini sekarang sudah ditutup dengan kain putih.
Makam Poteu Meureuhom Daya saat ini menjadi ikon wisata ziarah dan tempat upacara Seumeuleung Raja.
Makamnya merupakan tinggalan objek bersejarah yang monumental. Makam ini memiliki keunikan dan sangat dihormati oleh masyarakat di pantai barat selatan Aceh.
(Serambinews.com/Firdha Ustin)