Info BKKBN Aceh

Gampong Seureuke, Pelayanan KB di Ujung Daerah Perbatasan Transmigrasi

Editor: IKL
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pj. Bupati Aceh Timur, Amrullah M. Ridha, selesai menerima kunjungan khusus Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Safrina Salim, didampingi Ketua Tim Kerja Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR), Faridah, di Pendopo Bupati, Kota Idi Rayeuk, Selasa pagi, (23/7/2024).

Suasana itu sirna dari pandangan ketika mobil plat polisi "99" berhenti dan tiba di lokasi kegiatan. Kepala Perwakilan BKKBN, Safrina Salim, bersama tim disambut hangat ibu-ibu Persit Kartika Chandra Kirana dan ibu-ibu Bhayangkari. Musik gamelan pengiring tarian kuda lumping menyambut kedatangan rombongan.

Desa Seurueke, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, dengan jumlah penduduk 3.600 jiwa dan 1.000 Kepala Keluarga merupakan daerah transmigrasi masa zaman Presiden RI Soeharto.

Menurut keterangan Keuchik atau Kepala Desa Seurueke, Aziz Rusmiono, hanya satu persen masyarakat Seureuke yang tidak ber-KB. Selebihnya warga mengikuti program keluarga berencana. Jumlah anak di dalam keluarga kebanyakan tak lebih dari tiga anak. Sementara keluarga dengan jumlah anak lima hingga enam, terbilang sedikit.

"Masyarakat ber-KB karena sadar biaya hidup semakin mahal. Lebih baik sedikit anak tetapi berkualitas dari pada banyak anak tetapi tidak berkualitas. Rata-rata warga kami memiliki anak satu, dua, hingga tiga. Sedangkan lima dan enam anak bisa dihitung hanya berapa kepala keluarga saja," ucap pria yang mengatakan orangtuanya sudah menetap di desa tersebut sejak 1981.

Ia juga membeberkan, dengan adanya pelayanan KBKR di wilayah perbatasan telah memberi pencerahan dan edukasi kepada masyarakat pentingnya mengikuti program KB dan melakukan pengecekan kesehatan reporoduksi kepada tenaga kesehatan dan bidan desa, bukan kepada dukun.

"Sudah tidak ada lagi dukun di sini sejak tahun 2000-an. Masyarakat sudah mempercayakan proses melahirkan kepada bidan desa dan memeriksa kesehatan di Puskemas Pembantu (Pustu) dan posyandu," bebernya.

Keuchik Aziz sangat mengapresiasi desanya dijadikan tempat kegiatan pelayanan KBKR. "Terimakasih sudah menjadikan desa kami tempat kegiatan ini. Karena memang sudah ditunggu warga yang mau ber-KB. Campur alat kontrasepsinya, tidak saja Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Ada pil, jarum suntik, implan dan IUD," sebut keuchik yang mengaku ia dan istrinya dulu ikut KB tradisional.

Baca juga: Gerak Cepat Sinergisitas Program Stunting, Kaper BKKBN Aceh Temui Pangdam Iskandar Muda

Selanjutnya ia mengatakan, keikutansertaan KB pria masih rendah di desanya. Namun demikian, banyak suami yang mendukung istri ber-KB. "Dulu 1981 tren berobat ke dukun, sekarang 'ndak lagi," tutupnya.

● Minat ber-KB Besar

Salah seorang bidan desa, Evi Susanti yang ditemui, mengatakan minat warga ber-KB sangat besar. Namun keterbatasan alat kontrasepsi menjadi kendala. "Banyak yang mau ber-KB, tetapi kontrasepsinya terbatas stocknya," ungkapnya.

Terlihat sekitar 15 kader posnyadu dibantu bidan desa sibuk mengarahkan akseptor yang ingin dilayani. Pelayanan KB dilakukan di Puskesmas Pembantu (Pustu) terdekat di lokasi kegiatan dan Mobil Unit Pelayanan KB (Muyan) milik OPD KB Aceh Utara.

Hati itu, sebanyak 194 akseptor mendapat layanan KB. Dengan rincian, dari Aceh Timur sebanyak 40 akseptor (IUD enam dan implan 34). Sedangkan Aceh Utara sebanyak 154 akseptor. Dengan rincian suntik 65 akseptor, pil 50, kondom 5, IUD 7, dan implan 23 akseptor. Sedangkan yang mencabut implan sebanyak empat akseptor.

Salah seorang warga bernama Rina (37), mengaku sudah 16 tahun ber-KB, sejak anak pertama dan kini anaknya sudah tiga. Satu putri dan dua laki-laki. "Sudah stop, cukup tiga aja. Saya memakai alat kontrasepsi sejak awal implan. Malas repot-repot suntik atau minum pil. Praktis dan cocok dengan implan. Sekarang mau coba ganti dengan IUD. Ngga repot, jangka panjang," kata perempuan yang tidak lulus sekolah dasar itu.

Hal yang sama juga diungkapkan akseptor lainnya, Siti Subdriah (36 tahun). Ia memakai implan setelah melahirkan anak pertama yang kini duduk di kelas 3 SMA. Menurutnya, ia memilih implan karena jangka panjang. "Sudah tujuh tahun ngga bongkar. Hari ini saya mau bongkar dan pakek implan kembali. Sengaja tunggu mobil pelayanan dengan kegiatan seperti ini," tutur ibu rumah tangga anak dua ini yang juga tidak tamat SD.

Kegiatan fasilitasi intensifikasi dan integrasi ini dihadiri Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim,Ketua TIM Kerja Akses, Kualitas Layanan KB dan Kesehatan Reproduksi, Faridah, Pabandya Komsos Sterdam Iskandar Muda, Letkol Inf Muhsin, Plt Asisten I Setdakab, Fauzan, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Aceh Timur, Darmawan M, Ali, tokoh agama, tokoh masyarakat, TNI, Polri, Penjabat Ketua TP-PKK Aceh Timur yang juga Bunda Posyandu, Ny. Hikmatul Amrullah, Ketua dan pengurus Persit Kodim 0103/Aceh Utara, Ketua dan pengurus Persit Kodim 0104/Aceh Timur, dan Ketua dan pengurus Bhayangkari Polres Aceh Utara.

Halaman
1234

Berita Terkini