Provinsi berjuluk Serambi Mekkah ini hampir selalu berada di urutan teratas dalam hal kemiskinan, stunting, orang dengan gangguan jiwa, dan jumlah pengguna narkoba. Butuh kolaborasi dan terobosan dari pemimpin di negeri ini agar Aceh bisa lebih baik ke depan.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Perwakilan Aceh, Brigjend Pol. Marzuki Ali Basyah menyebutkan, 80 persen narkotika yang diedarkan di Indonesia masuk melalui perairan laut Aceh. Hal ini karena Selat Malaka merupakan jalur tersibuk yang memudahkan penyelundup memasukkan barang haram itu. Jumlah pengguna di Aceh 1,8 persen atau sekitar 90.000 orang yang tercatat saat ini.
“Di Indonesia, Aceh urutan 6. Di Aceh ini sekitar 1,8 persen dari 5,2 juta penduduk. Itu yang melapor ya,” kata Marzuki Ali Basyah saat wawancara khusus di Kantor Serambi Indonesia, Meunasah Manyang, Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu (31/7/2024). Marzuki tampil live on di Serambi FM 90.2 MHz bersama dengan Karo Isra Setda Aceh Dr Drs Yusrizal M.Si dengan tema ‘Strategi dan Peran Pemuda dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba.’
Di seluruh Indonesia, kata Marzuki Ali, ada 3,2 juta pengguna narkotika. Aceh hanya jalur masuk, narkotika itu kemudian dipasarkan di berbagai wilayah lain di Indonesia. “Tidak langsung diedarkan di Aceh,” katanya.
Narkotika sering masuk melalui perairan Aceh karena kawasan tersebut yang berada di jalur pelayaran internasional Selat Malaka sangat ramai. Para penyelundup mudah mengecohkan aparat. Tidak hanya aparat Indonesia, tetapi juga polisi dari negara lain. Karena barang haram tersebut memang dimasukkan ke Indonesia dari negara lain.
Marzuki menyebutkan, para bandar narkoba itu luar biasa beraninya. Mereka punya uang yang unlimited. Tidak takut berurusan dengan siapa pun, termasuk kepada aparat penegak hukum. Itu sebab jangan heran jika banyak yang bebas saat proses peradilan. Atau paling tidak, hukumannya sering jauh dari rasa keadilan, padahal perilakunya sudah merusak banyak generasi muda. Begitupun, dari banyak kasus, sebagian dintaranya ada yang divonis hukuman mati.
Di Aceh Narkoba sudah memasuki berbagai kalangan, mulai dari aparat negara, kampus, bahkan dunia pesantren. Namun, alhamdulillah, Aceh kini punya 6 panti rehab narkoba. Panti rehab ini berbayar. Hingga kini ribuan orang sudah disembuhkan setelah direhab di panti tersebut.
Marzuki menyebutkan, hingga kini belum ada pemuda yang berani melawan dan menjadi ujung tombak dalam pencegahan dan pemberantasan Narkoba. “Masih berharap pada pemerintah,” katanya. Sementara pemerintah sendiri punya berbagai keterbatasan. Oleh karena itulah dia berharap semua pihak mau bahu-membahu memberantas narkoba.
Dikatakan, kini bahkan lahir ribuan narkotika jenis baru di Indonesia. Sayangnya, yang mampu terdeteksi baru 9 jenis. “Ada scratom di Kalbar, seperti damar. Daunnya diekspor ke AS. Ini 13 kali lebih kuat dari morfin berdasarkan hasil uji di AS,” kata dia. Kini pemerintah sedang meneliti kembali apakah daun tumbuhan ini masuk dalam salah satu jenis narkotika.(sak)