Studi tersebut dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy mengatakan, studi yang dilakukan pada 2020 ini memperlihatkan 31 persen rumah tangga di Indonesia mengonsumi air isi ulang.
Lalu 15,9 persen dari sumur gali terlindungi, dan 14,1 persen dari sumur bor/pompa.
“SKAMRT 2020 juga memperlihatkan bahwa akses air minum layak mencapai 93 persen di mana 97 persen ada di perkotaan dan 87 persen di pedesaan,”
“Sedangkan akses air minum aman hanya 11,9 persen di mana 15 persen di perkotaan dan 8 persen di pedesaan,”
“Akses air minum layak dan aman ini merupakan dua indikator yang berbeda,” jelas Doddy kala itu, Kamis (1/4/2021), dikutip dari Kemenkes.
WHO: 1 Juta Orang Setiap Tahunnya Meninggal karena Diare Air Minum
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 1 juta orang diperkirakan meninggal setiap tahun karena diare yang disebabkan air minum, sanitasi, dan kebersihan tangan yang tidak aman.
Namun, diare sebagian besar dapat dicegah, dan kematian 395.000 anak berusia di bawah 5 tahun dapat dihindari setiap tahun jika faktor risiko ini ditangani.
Diare merupakan penyakit yang paling umum diketahui terkait dengan makanan dan air yang terkontaminasi, tetapi ada bahaya lainnya.
Pada tahun 2021, lebih dari 251,4 juta orang memerlukan perawatan pencegahan untuk penyakit skistosomiasis – penyakit akut dan kronis yang disebabkan oleh cacing parasit yang ditularkan melalui paparan air yang terkontaminasi.
Di banyak bagian dunia, serangga yang hidup atau berkembang biak di air membawa dan menularkan penyakit seperti demam berdarah.
Beberapa serangga ini, yang dikenal sebagai vektor, berkembang biak di air bersih maupun air kotor, melainkan dalam wadah air minum rumah tangga.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)