“Saya awalnya ingin membantu, tetapi kemudian bermasalah di internal Partai Aceh, maka agar Partai Aceh lebih solid, saya menarik diri,” TGK H MUHAMMAD YUSUF A WAHAB, Ketua HUDA
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tengku H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop sudah ‘menutup pintu’ untuk Mualem (Muzakir Manaf). Ulama kharismatik Aceh ini tak mau lagi berharap bersanding dengan mantan Panglima GAM tersebut.
“Saya tidak berharap lagi duet dengan Mualem, demi kebaikan, demi orang Partai Aceh,” kata Tu Sop kepada Serambi, Sabtu (17/8/2024).
Lebih lanjut, Tu Sop mengaku telah menutup rapat-rapat peluang duet bersama Mualem, meskipun peluang ke arah itu masih terbuka. “Tidak lagi (dengan Mualem),” tambahnya lagi.
Seperti diketahui, Partai Aceh pada Kamis (15/8/2024), resmi mengumumkan nama Ketua DPD Gerindra Aceh, Fadhlullah alias Dek Fad sebagai calon wakil gubernur Aceh yang akan mendampingi Mualem pada Pilkada 2024.
Meski demikian, Ketua Tim Seleksi Calon Kepala Daerah (Cakada) Partai Aceh, Dr Nurlis Effendi, mengisyaratkan jika peluang terjadinya perubahan masih bisa terjadi dan nantinya akan disampaikan lagi kepada publik. “Politik ini kan dinamis, dapat terjadi perkembangan setiap saat. Saya kira setiap politisi memahaminya,” kata Nurlis, Kamis (15/8/2024).
Tu Sop sendiri, meski mengaku telah menutup pintu terhadap Mualem, tetapi masih membuka peluang jika dirinya diberi kesempatan atau diajak oleh partai tertentu untuk memimpin Aceh. “Kalau itu kita akan kaji-kaji lagi,” imbuh Tu Sop.
Ketua HUDA ini menjelaskan, dalam proses politik ini dirinya adalah pihak yang diajak dan didorong untuk maju mendampingi Mualem. Mereka yang mengajak dari unsur masyarakat dan para tokoh ulama yang juga terafiliasi dengan Partai Aceh, yakni Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA).
Tu Sop bahkan mengaku diminta langsung oleh Ketua MUNA, Tgk H Muhammad Ali atau Abu Paya Pasi untuk maju mendampingi Mualem.
“Karena dorongan mereka lah saya bersedia. Awalnya, saat diminta, saya tidak menjawab. Saya perlu istikharah. Setelah saya timbang-timbang, kalau memang keberadaan saya dianggap membantu, maka saya siap hadir,” jawab Tu Sop.
Tetapi ketika melihat dinamika politik yang terjadi, Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah itu lalu memutuskan untuk mundur. Ia tidak ingin kehadirannya dipaksakan. Ia tidak ingin kehadirannya justru membuat internal Partai Aceh menjadi terpecah.
“Setelah saya lihat kondisi saat ini, saya bersikap agar jangan dipaksakan lagi. Saya awalnya ingin membantu, tetapi kemudian bermasalah di internal Partai Aceh, maka agar Partai Aceh lebih solid, saya menarik diri,” timpalnya.
Keputusan itu juga telah disampaikan Tu Sop kepada Abu Paya Pasi. Karena lanjut dia, yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana Aceh ke depan bisa lebih baik lagi, meskipun tanpa kehadiran dirinya secara pribadi.
Tu Sop juga mengaku tidak bermasalah atas keputusan Mualem yang tidak menggandeng dirinya. Ia juga meminta semua pihak untuk menerima keputusan Mualem tersebut. Jangan sampai justru nanti menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
“Saya berharap kepada masyarakat agar bijaksana. Awali dengan niat baik, karena dengan niat baik akan terjaga dari efek-efek buruk. Itu (Partai Aceh) teman semua, tidak boleh dimusuhi. Saya juga berharap Partai Aceh semakin solid lagi,” demikian Tu Sop.
Akhiri Perjuangan
Terpisah, Elemen Sipil mengumumkan telah mengakhiri upaya untuk mendorong Mualem agar menggandeng Tu Sop sebagai calon wakil gubernur Aceh pada Pilkada 2024 mendatang. Pengumuman itu disampaikan Jumat (16/8/2024), sehari setelah Partai Aceh mengumumkan nama Fadhlullah sebagai calon wakil gubernur pendamping Mualem.
“Hari ini kami umumkan bahwa segala upaya untuk mendorong Mualem berpasangan dengan Tu Sop telah resmi kami tutup. Termasuk akan mengkaji kembali dukungan Elemen Sipil terhadap Mualem, apakah akan diteruskan atau justru memilih jalan baru,” kata Juru Bicara Elemen Sipil, Zulfikar Muhammad.
Zulfikar mengaku pihaknya sangat sedih ketika usulan ulama yang menghendaki Tu Sop mendampingi Mualem tidak mendapat pertimbangan yang cukup layak. “Tapi itu kami anggap itu hal biasa, mungkin bisa jadi karena tingginya tekanan kepada Mualem, daripada ‘meuramah' seperti penyataan Mualem di media,” ujarnya.
Zulfikar menegaskan, Elemen Sipil sudah ‘move on’. Pihaknya tidak terlalu memikirkan kegagalan yang sudah terjadi, karena saat ini fokus untuk bangkit mengusulkan calon pemimpin baru di Pilkada 2024, yang baik dan sayang pada rakyatnya. “Meskipun tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, kami tidak akan berkecil hati atau putus asa. Sebaliknya, kami tetap bersemangat dan berkomitmen untuk terus berjuang demi kebaikan dan kemajuan Aceh di masa depan,” tegas Zulfikar.
Tak lupa, Zulfikar juga mengucapkan selamat kepada Partai Aceh dan koalisinya yang telah menentukan pilihan wakil gubernur. Semoga sukses dalam Pilkada 2024. “Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para guru kami, para alim ulama, cendikiawan dan cerdik pandai yang telah mendukung melalui tanda tangan beliau masing-masing, serta semua pihak yang telah mendukung dan berkontribusi dalam perjuangan ini,” tutup Zulfikar.
Ada Kejanggalan
Sementara itu, Politisi Partai Aceh yang juga Ketua DPRA, Zulfadhli alias Abang Samalang, mempertanyakan keabsahan penunjukan Ketua Gerindra Aceh, Fadlullah alias Dek Fad sebagai pendamping Muzakkir Manaf pada Pilkada Aceh 2024.
Ia menilai ada kejanggalan pada pengumuman yang disampaikan oleh Ketua Tim Seleksi Calon Kepala Daerah Partai Aceh, Dr Nurlis Effendi, beberapa hari lalu terkait figur yang diusung Partai Aceh pada Pilkada 2024. “Bila benar bahwa DPP Gerindra telah menerbitkan surat dukungan final untuk Dek Fad, di mana surat itu?,” tanyanya dalam keterangan tertulis yang diterima Serambi, Sabtu (17/8/2024).
Zulfadli menyoal pengumuman yang disampaikan Nurlis Effendi karena menurutnya bertolak belakang dengan upaya keras Mualem dan kader Partai Aceh yang terus melakukan penggalangan dukungan publik. “Saya kira ini ada yang janggal. Di tengah upaya semua pihak membangun komunikasi politik, tiba-tiba pengumuman itu muncul,” ucapnya.
Zulfadhli mengaku tidak anti kepada Dek Fad. Hanya saja, sampai saat ini dirinya belum melihat langsung surat dukungan final yang dikeluarkan DPP Gerindra untuk Dek Fad sebagai cawagub Mualem. Bila nanti terbukti belum ada surat penetapan dari Gerindra untuk Dek Fad, Zulfadhli meminta DPP Partai Aceh untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja Ketua Tim Seleksi Calon Kepala Daerah Partai Aceh, Nurlis Effendi. “Kalau terbukti ada permainan, maka saya kira Nurlis harus dipecat dari Partai Aceh,” pungkas Abang Samalanga.(yos/mas)
Abu Paya Pasi Mundur dari LWN, PA dan MUNA
KABAR mengejutkan datang dari Aceh Timur. H Muhammad Ali atau Abu Paya Pasi dikabarkan akan mundur diri dari jabatannya sebagai anggota Tuha Peut Lembaga Wali Nanggroe (LWN), Penasehat Dewan Pimpinan Aceh Partai Aceh (PA), dan Ketua Umum Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA).
Informasi ini diperoleh Serambi, Sabtu (17/8/2024), dari Ketua Ikatan Alumni Dayah Paya Pasi, Zainuddin atau yang sering dipanggil Abah Zain Sarah Tube. Zainuddin menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah Abu Paya Pasi merasa rekomendasi yang beliau sampaikan bersama para ulama dan cendekiawan dayah lainnya tidak diindahkan oleh Partai Aceh, terutama terkait calon wakil gubernur dan bupati Aceh Timur.
"Ya, Abu akan mengundurkan diri dari ketiga jabatan tersebut, surat sedang kami persiapkan. Tadi saya bersama Waled Rantau baru saja dipanggil oleh Abu, dan beliau mengatakan akan mundur," ungkapnya.
Pengunduran diri ini merupakan hasil dari pertimbangan panjang yang didasari oleh keprihatinan terhadap situasi politik yang terjadi saat ini. "Abu mundur dari posisi tersebut agar keputusan yang diambil oleh Partai Aceh lebih mudah, tidak lagi tertahan dengan adanya Abu di sana. Jadi, siapa pun yang mau diangkat sebagai ketua atau wakil, nantinya lebih mudah," ujar Ketua Ikatan Alumni Paya Pasi itu.
Dalam pernyataan tertulis yang diterima Serambi, Abu Paya Pasi menyampaikan harapannya agar Allah SWT memberikan petunjuk kepada semua pihak dalam menghadapi tantangan ke depan. “Saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Partai Aceh dan Lembaga Wali Nanggroe atas kepercayaan yang telah diberikan selama ini,”
“Saya berharap keputusan ini membawa kebaikan bagi kita semua. Ini merupakan akhir dari kebersamaan kita,” ujar Abu Paya Pasi dalam pernyataannya.
Keputusan ini menandai berakhirnya keterlibatan Abu Paya Pasi dalam berbagai posisi strategis di Partai Aceh dan Lembaga Wali Nanggroe. Namun demikian, Abu Paya Pasi memastikan komitmennya untuk terus berkontribusi demi kebaikan Aceh dan masyarakat tetap tidak akan surut.(f)