Cahaya Aceh

Keindahan Alami Ekowisata Waduk Paya Nie di Kutablang Bireuen, Rawa Gambut yang Dikelilingi 9 Desa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN -  Waduk Paya Nie di Kecamatan Kutablang, Kabupaten Bireuen merupakan waduk alami yang luasnya mencapai 262 hektare lebih.

Waduk atau rawa gambut ini dikelilingi oleh sembilan desa meliputi Desa Kulu Kuta, Gle Putoh, Buket Dalam, Paloh Dama, Paloh Raya, Paloh Peuradi, Blang Mee, Tingkeum Manyang dan Kulu Kuta.  

Kawasan rawa gambut ini selain sebagai sumber air untuk pertanian sawah warga setempat, beberapa waktu lalu telah dikembangkan menjadi salah satu objek wisata.

Akses ke lokasi melewati Desa Blang Mee. Tidak begitu jauh. Jalan sudah beraspal, sedikit tanjakan, turunan, dan tikungan menjadi tantangan tersendiri bagi yang berkunjung.

Di Waduk Paya Nie juga sedang dikembangkan budidaya ikan air tawar dan memiliki potensi yang sangat menggiurkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Aceh Wetland Foundation (AWF) yang merupakan salah satu LSM di awal tahun 2023 berusaha mengubah Kawasan Paya Nie Desa Blang Mee, Kecamatan Kutablang, Bireuen menjadi ekowisata alam yang bernuansa ramah lingkungan.

Tiang penunjuk arah untuk fasilitas yang ada di objek wisata rawa gambut Paya Nie Bireuen. (SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS)

Keuchik Blang Mee, Ferizal SPd kepada Serambinews.com, Selasa (8/10/2024) mengatakan, di kawasan Blang Mee katanya sudah ada beberapa fasilitas disediakan dan dibangun bersama, sudah ada toilet, warung kopi, tempat pertemuan dan lainnya.

“Sekarang sedang dibangun jalan untuk memudahkan naik ke bukit untuk dapat memandang indahnya waduk dari berbagai arah,” ujarnya.

Di atas waduk tersebut, juga terlihat jembatan jalur rel kereta api yang membentang. Sehingga menambah indah kawasan waduk potensial.

Hamparan luas sejauh mata memandang waduk sangat indah sebagai objek wisata dikelilingi pohon kelapa.

Pada Selasa (8/10/2024) puluhan murid SD berkunjung ke lokasi tersebut didampingi gurunya, kehadiran para murid maupun guru dan pejabat lainnya dalam rangka simulasi modul ajar tentang lingkungan hidup.

Balai sebagai pusat informasi tentang objek wisata rawa gambut Paya Nie. (SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS)

Waduk Paya Nie yang sekarang menjadi salah satu objek wisata alam di Bireuen memberikan nuansa indah baik pagi hari, siang maupun sore, suara burung sawah terdengar jelas.

Pembentukan sebagai kawasan ekowisata di kawasan Paya Nie atas dasar kesepakatan bersama AWF bersama tokoh masyarakat.

Di kawasan ini dilarang keras untuk melakukan penembakan burung dan menangkap ikan dengan peralatan yang akan merusak ekosistem Paya Nie.

Kawasan tersebut menjadi salah satu objek wisata alam di Bireuen yang bernuansa ramah lingkungan.

Paya Nie yang kita kenal selama ini adalah sebuah habitat lahan basah yang kaya keanekaragaman hayati dan spesies endemik. Objek wisata tersebut sekaligus tempat pembelajaran untuk mencintai keindahaan alam, terutama bagi masyarakat pengunjung.

Siswa belajar tentang ekowisata Paya Nie sambil memandang luas hamparan rawa gambut tersebut. (SERAMBINEWS.COM/YUSMANDIN IDRIS)

Di lokasi itu juga akan dibuat tempat persinggahan yang menyediakan berbagai menu makanan dan minuman.

AWF bersama perangkat desa katanya menargetkan merestorasi batas Kawasan Paya Nie seluas 262 hektare untuk menjaga ketersediaan air di Paya Nie.

“Sekarang sudah ada cafe di lokasi yang peralatannya dari tanah hasil kerajinan warga, cobalah datang dan kita ngopi di dekat waduk,” ujar Yusmadi, direktur AWF.

Di dekat satu perbukitan pada bagian bawah sekeliling bukit tersebut ada tempat pemancingan ikan, sekeliling bukit juga ditanami pohon nira atau bak jok.

Waduk Paya Nie tersebut juga dapat dikembangkan jadi tambak ikan air tawar dan memiliki potensi yang sangat menggiurkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Hamparan luas sejauh mata memandang waduk sangat indah sebagai objek wisata dikelilingi pohon kelapa.(*)

CEK ARTIKEL LAINNYA TENTANG WISATA ACEH DI SINI

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkini