Konflik Rusia vs Ukraina

Tentara Korea Utara di Rusia Hanya Memperkaya Kim Jong Un, Prajurit Bakal Mati Konyol dan Tak Digaji

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpim tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un melakukan inspekasi terhadap pasukan militer negara itu.

Tentara Korea Utara di Rusia Hanya Memperkaya Kim Jong Un, Prajurit Bakal Mati Konyol dan Tak Digaji

SERAMBINEWS.COM – Keberadaan tentara Korea Utara di Rusia yang dipersiapkan untuk berperang melawan Ukraina disebut hanya menjadi alat untuk memperkaya Kim Jong Un.

Tentara Korea Utara hanya digunakan sebagai ‘umpan meriam’ belaka, sementara gaji mereka akan berakhir di kantong Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.

Hal itu diungkapkan Duta Besar Korea Selatan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Hwang Joon-kook dalam sesi Dewan Keamanan PBB (DK PBB) di New York pada Rabu (30/10/2024) waktu setempat.

“Sebagai target militer yang sah, mereka akan berakhir sebagai umpan meriam belaka, sementara gaji yang seharusnya mereka terima dari Rusia akan berakhir di kantong Kim Jong-un," katanya. 

Hwang menilai, para tentara Korea Utara ini akan mati konyol di medan perang dan tidak akan mendapatkan apa-apa dari negara mereka.

"Perlakuan Pyongyang terhadap prajurit mudanya, rakyatnya sendiri, sebagai orang yang bisa dikorbankan tidak akan pernah dimaafkan," sebutnya.

Dia mengatakan bahwa aktivitas apa pun yang melibatkan pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia merupakan pelanggaran jelas terhadap sejumlah resolusi DK PBB.

Hwang menekankan bahwa dukungan militer Pyongyang yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow akan mengubah dinamika geopolitik di kedua sisi benua Eurasia.

"Korea Selatan, dalam kerja sama yang erat dengan masyarakat internasional, akan menanggapi dengan tegas kerja sama militer Rusia-Korea Utara yang melanggar hukum,”

“dan akan mengambil tindakan yang sesuai, sepadan dengan perkembangan selanjutnya," katanya.

Robert Wood, wakil duta besar AS untuk PBB, juga mengkritik Korea Utara atas pengerahan pasukannya, dengan mengatakan hal ini akan menandai eskalasi konflik yang serius jika tentara Korea Utara digunakan di medan perang.

"Keputusan untuk mengerahkan tentara Korea Utara juga merupakan bukti nyata bahwa Rusia semakin putus asa, karena telah menderita lebih dari setengah juta korban," katanya.

"Meningkatnya ketergantungan militer Rusia pada Iran dan DPRK membahayakan dunia, terutama dengan meningkatkan kemampuan Korea Utara dan Iran untuk mengancam Indo-Pasifik dan Timur Tengah pada tingkat yang dahsyat,” sambungnya.

Sementara itu, Kim Song, duta besar Korea Utara untuk PBB, mengatakan negaranya dan Rusia berhak mengembangkan hubungan di semua bidang, termasuk urusan ekonomi dan militer.

Hal itu, kata dia, sejalan dengan norma internasional dan pakta kemitraan strategis komprehensif yang ditandatangani pada bulan Juni.

"Jika kedaulatan dan kepentingan keamanan Rusia terancam oleh upaya-upaya berbahaya yang terus menerus dilakukan oleh Amerika Serikat dan Barat,”

“dan jika dinilai bahwa kami harus menanggapinya dengan sesuatu, kami akan mengambil keputusan yang diperlukan," katanya.

Sebagai tanggapan, Wood memperingatkan pasukan Korea Utara akan menjadi sasaran jika mereka memasuki medan perang untuk mendukung Rusia.

"Jika pasukan Korea Utara memasuki Ukraina untuk mendukung Rusia, mereka pasti akan kembali dalam kantong mayat," katanya.

Dalam Hitungan Hari Militer Korea Utara Turun ke Medan Perang Lawan Ukraina

Tentara Korea Utara dalam beberapa hari ke depan akan diterjunkan dalam medan perang untuk membantu militer Rusia melawan Ukraina.

Dalam sebuah laporan disebutkan bahwa, pekan lalu sekitar 12.000 tentara Korea Utara, termasuk 500 perwira dan tiga jenderal, berada di Rusia untuk menjalani pelatihan.

Mereka secara bertahap akan bergabung dengan pasukan Rusia dalam menghadapi pertempuran melawan Ukraina.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan negaranya akan dipaksa untuk melawan pasukan Korea Utara dalam hitungan hari.

Hal itu diungkapkan Zelensky pada Minggu (27/10/2024), di tengah laporan tentang pasukan Korea Utara yang berkumpul di wilayah barat daya Rusia, Kursk, tempat serangan besar Ukraina terjadi pada bulan Agustus.

"Setiap hari dalam perang ini hanya membuktikan satu fakta, Moskow berniat melanjutkan agresinya," ungkapnya.

"Itulah sebabnya mereka semakin melibatkan Korea Utara dan dalam hitungan hari, tentara Korea Utara mungkin akan bergabung dalam medan perang melawan Ukraina," sebut Zelensky

"Ukraina mungkin akan segera dipaksa untuk melawan pasukan Korea Utara di Eropa," katanya.

Secara terpisah, badan intelijen militer Ukraina mengatakan Rusia mengirim ‘tentara bayaran’ dari Korea Utara ke daerah garis depan menggunakan truk dengan pelat nomor sipil.

Pada Minggu, petugas polisi Rusia menghentikan sebuah truk dengan pelat nomor sipil yang membawa personel militer Korea Utara di jalan raya Kursk-Voronezh, kata Intelijen Pertahanan Ukraina.

Tentara Rusia Kecewa dengan Pasukan Korea Utara

Tentara Rusia mengungkapkan rasa kecewa dengan keberadaan pasukan Korea Utara yang turut bergabung di sisi mereka. 

Dalam rekaman audio yang disadap oleh Intelijen Pertahanan Ukraina, tentara Rusia menunjukkan rasa frustrasi di antara pasukan Rusia atas Korea Utara, yang dikenal sebagai 'Batalion K'.

Tentara Rusia terdengar mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang keterlibatan pasukan Korea Utara dalam perang Ukraina.

Menurut laporan CNN, rekaman audio yang disadap Intelijen Pertahanan Ukraina mengungkapkan tentara di Moskow merasa frustrasi karena tentara dari Korea Utara akan diberikan amunisi dan perlengkapan militer.

Laporan itu selanjutnya menyatakan bahwa tentara Rusia menyebut pasukan Korea Utara, yang diberi nama sandi 'Batalion K', sebagai 'orang Cina sialan'. 

Dalam rekaman audio yang bocor, satu orang menggambarkan orang lain yang ditugaskan untuk 'bertemu orang'. 

"Dan dia seperti berdiri di sana dengan mata melotot, seperti sial. Dia datang ke sini dan bertanya apa yang harus dilakukan dengan mereka," kata tentara itu. 

Laporan CNN menambahkan bahwa rekaman audio itu disadap pada malam tanggal 23 Oktober 2024.

Rekaman audio tersebut juga mengungkap rencana untuk menempatkan seorang penerjemah dan tiga perwira senior untuk setiap 30 orang Korea Utara. 

"Satu-satunya hal yang tidak saya pahami adalah bahwa (harus ada) tiga perwira senior untuk 30 orang. Di mana kita bisa mendapatkan mereka? Kita harus menarik mereka keluar," kata seorang tentara Rusia.

"Saya katakan padamu, ada 77 komandan batalyon yang akan datang besok, ada komandan, wakil komandan, dan seterusnya," imbuh yang lain.

Hal ini terjadi setelah Ukraina mengatakan bahwa sejumlah pasukan Korea Utara bergerak menuju wilayah Rusia bagian barat dekat perbatasan Ukraina. 

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa ia menerima laporan tentang pengerahan tersebut.

"Menurut intelijen, pada 27-28 Oktober, Rusia akan mengerahkan pasukan Korea Utara pertamanya di zona pertempuran,”

“Ini adalah langkah yang jelas dalam eskalasi Rusia yang penting, tidak seperti semua disinformasi yang beredar di Kazan akhir-akhir ini," kata Zelensky. 

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkini