KUPI BEUNGOH

Fatherless: Banyak Anak tidak punya Ayah 

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Nasir, Dosen pada Program Magister Keuangan Islam Terapan PNL dan Pembina Yayasan Generasi Cahaya Peradaban

Oleh Muhammad Nasir*)

Peran ayah dalam pengasuhan anak sangat penting di era modern. Ayah tidak hanya bertanggung jawab sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pendidik, pelindung, dan teladan bagi anak-anaknya. 

Kehadiran ayah yang aktif dalam kehidupan anak dapat membantu membentuk karakter, memberikan rasa aman, dan mendukung perkembangan emosional serta sosial anak. Ayah yang terlibat dalam pengasuhan juga dapat mengajarkan nilai-nilai penting seperti tanggung jawab, disiplin, dan keberanian.

Fenomena Fatherless

Indonesia menghadapi fenomena “fatherless” yang mengkhawatirkan, di mana banyak anak tumbuh tanpa kehadiran atau keterlibatan ayah dalam kehidupan mereka. Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia sebagai negara dengan tingkat fatherless tertinggi setelah Amerika dan Inggris (worldmetrics.org report 2024). Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tekanan ekonomi, budaya patriarki, dan tingginya angka perceraian.

Budaya patriarki yang masih kuat di Indonesia seringkali menempatkan tanggung jawab pengasuhan anak sepenuhnya pada ibu, sementara ayah lebih fokus pada peran sebagai pencari nafkah. Hal ini menyebabkan banyak ayah yang kurang terlibat dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka. Selain itu, tingginya angka perceraian juga berkontribusi pada meningkatnya jumlah anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah.

Dampak dari kurangnya keterlibatan ayah sangat signifikan. Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah cenderung mengalami berbagai masalah psikologis dan sosial, seperti rendahnya rasa percaya diri, kesulitan dalam hubungan interpersonal, dan masalah perilaku. 

Baca juga: Suami di Bekasi Tega Aniaya Istri, Pelaku Emosi Korban Ogah Diminta Tolong Jaga Anak

Mereka juga berisiko mengalami penurunan prestasi akademis dan memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku negatif. Dengan memahami pentingnya peran ayah dan dampak negatif dari fenomena fatherless, diharapkan para ayah di Indonesia dapat lebih terlibat dalam pengasuhan anak dan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk perkembangan optimal anak-anak mereka.

Kurangnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak di Indonesia telah menimbulkan berbagai dampak negatif yang nyata dan mengkhawatirkan. Salah satu dampak yang paling mencolok adalah meningkatnya jumlah anak-anak yang melarikan diri ke dunia game online.

 Tanpa bimbingan dan perhatian yang cukup dari ayah, anak-anak sering kali mencari pelarian dari kenyataan melalui game online, yang dapat menyebabkan kecanduan dan mengganggu perkembangan sosial serta akademis mereka. Lebih parah lagi, beberapa anak bahkan terjerumus ke dalam judi online, yang tidak hanya merusak moral dan mental mereka, tetapi juga dapat membawa konsekuensi finansial yang serius bagi keluarga. 

Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya peran ayah dalam memberikan pengawasan, bimbingan, dan dukungan emosional yang dibutuhkan anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Menurut laporan terbaru dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), fenomena judi online di kalangan anak-anak sekolah dasar di Indonesia telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Data menunjukkan bahwa lebih dari 197.000 anak terlibat dalam aktivitas judi online. Dari jumlah tersebut, sekitar 1.160 anak berusia di bawah 11 tahun telah melakukan transaksi judi online sebanyak 22.000 kali dengan total perputaran uang lebih dari Rp 3 miliar (Kompas, 26/07/2024). 

Baca juga: Bunda Literasi Aceh Kunjungi Simeulue, Dorong Anak-Anak Gemar Membaca dan Menulis

Tingginya penetrasi internet di kalangan generasi muda, termasuk di Aceh, mempermudah akses ke situs-situs judi online. Anak-anak yang terpapar judi online ini berusia antara 11 hingga 19 tahun, bahkan beberapa di bawah usia 10 tahun juga terlibat. Masalah ini diperparah oleh kurangnya pengawasan orang tua dan minimnya edukasi tentang bahaya judi online. 

Banyak anak yang terjerumus ke dalam judi online melalui situs game yang mereka mainkan sehari-hari.Fenomena ini tidak hanya terjadi pada anak-anak sekolah dasar, tetapi juga pada kelompok usia yang lebih tua, termasuk remaja dan mahasiswa. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh akses mudah ke internet dan kurangnya pengawasan dari orang tua. 

Peran Ayah dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak. Salah satu ayat yang menekankan hal ini adalah QS. Luqman: 13-19. Dalam ayat-ayat ini, Luqman memberikan nasihat bijak kepada anaknya, yang mencakup ajaran tentang tauhid, pentingnya berbakti kepada orang tua, dan menjalani kehidupan dengan akhlak yang baik. 

Luqman berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. Luqman: 13). Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya peran ayah dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan akhlak mulia kepada anak-anak mereka.

Selain itu, Luqman juga mengajarkan anaknya untuk bersikap rendah hati, sabar, dan selalu bersyukur kepada Allah. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’” (QS. Luqman: 14). Nasihat ini menekankan pentingnya hubungan yang penuh kasih sayang dan penghormatan antara ayah dan anak, serta tanggung jawab ayah dalam membimbing anak-anak mereka menuju jalan yang benar.

Dalam ajaran Islam, ayah memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik dan membimbing anak-anak mereka. Ayah tidak hanya bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan materi anak, tetapi juga untuk memastikan bahwa anak-anak mereka tumbuh dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat. 

Baca juga: Bawa Kardus Bertulis Anak Yatim, Seorang Remaja Diamankan Saat Minta-minta

Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dan pendidikan anak-anaknya.

Ayah juga diharapkan untuk  menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga penting bagi ayah untuk menunjukkan akhlak yang baik, kejujuran, dan integritas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadi teladan yang baik, ayah dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan karakter yang kuat dan positif.

Selain itu, ayah juga harus aktif terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka, memberikan dukungan emosional, dan membangun komunikasi yang baik. Dengan demikian, anak-anak akan merasa dihargai dan dicintai, yang akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan berakhlak mulia.

Dengan memahami dan menjalankan tanggung jawab ini, ayah dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk masa depan anak-anak mereka, serta memastikan bahwa mereka tumbuh menjadi individu yang beriman, berakhlak baik, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Kisah Para Nabi sebagai Teladan dalam Pengasuhan Anak

Nabi Yaqub AS dikenal sebagai ayah yang penuh kasih sayang dan bijaksana. Hubungannya dengan anak-anaknya, terutama Yusuf, adalah contoh nyata dari pengasuhan yang penuh cinta dan kesabaran. 

Ketika Yusuf masih kecil, Yaqub melihat dalam mimpinya tanda-tanda kenabian. Perhatikan disini bagaimana Yusuf hanya menceritakan kisah mimpinya kepada Nabi Yaqub AS. Ini pertanda kedekatan ayah dengan anak. 

Disisi lain, meskipun anak-anaknya yang lain merasa cemburu dan merencanakan hal buruk terhadap Yusuf, Yaqub tetap sabar dan berdoa kepada Allah untuk keselamatan anaknya. Ketika Yusuf akhirnya dibuang ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, Yaqub tidak pernah berhenti berharap dan berdoa. 

Kesabaran dan kepercayaan Yaqub kepada Allah akhirnya membuahkan hasil ketika Yusuf menjadi seorang pemimpin besar di Mesir dan keluarga mereka bersatu kembali. Kisah ini mengajarkan pentingnya kesabaran, doa, dan cinta tanpa syarat dalam pengasuhan anak.

Nabi Ibrahim AS adalah contoh luar biasa dari pengorbanan dan ketaatan kepada Allah. Ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan putranya, Ismail, Ibrahim menunjukkan ketaatan yang luar biasa. Ismail, yang juga menunjukkan ketaatan dan keberanian, menerima perintah tersebut dengan ikhlas. 

Namun, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai tanda rahmat-Nya. Kisah ini tidak hanya menunjukkan ketaatan Ibrahim dan Ismail, tetapi juga pengasuhan Ibrahim yang berhasil menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaatan kepada Allah dalam diri anaknya. Ibrahim mengajarkan kita bahwa pengasuhan yang baik melibatkan pengorbanan, keteladanan, dan penanaman nilai-nilai spiritual yang kuat.

Baca juga: Viral, Ayah Aniaya Anak Kandung Masih Bawah Umur di Sabang, Polres Tangkap Pelaku di Pelabuhan

Nabi Muhammad SAW adalah teladan sempurna dalam pengasuhan anak. Beliau selalu menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan kelembutan kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Salah satu contoh yang terkenal adalah ketika beliau bermain dengan cucunya, Hasan dan Husain, menunjukkan bahwa beliau selalu meluangkan waktu untuk mereka meskipun sibuk dengan tugas kenabian. 

Nabi Muhammad juga mengajarkan pentingnya pendidikan dan akhlak yang baik. Beliau sering memberikan nasihat dan bimbingan kepada anak-anaknya, mengajarkan mereka tentang nilai-nilai Islam dan pentingnya berbuat baik kepada sesama.

Pengasuhan Nabi Muhammad menunjukkan bahwa kasih sayang, perhatian, dan pendidikan adalah kunci dalam membesarkan anak-anak yang berakhlak mulia. 

Dengan meneladani kisah-kisah para nabi ini, para ayah zaman sekarang dapat belajar banyak tentang pentingnya peran mereka dalam pengasuhan anak. Kesabaran, pengorbanan, dan kasih sayang adalah nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam setiap keluarga untuk membentuk generasi yang kuat dan berakhlak mulia.

Tantangan Ayah Zaman Sekarang

Di era modern ini, tekanan ekonomi dan sosial sering kali menjadi tantangan besar bagi para ayah. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga dapat membuat ayah merasa tertekan dan terbebani. Biaya hidup yang terus meningkat, kebutuhan pendidikan anak, dan tanggung jawab lainnya sering kali membuat ayah harus bekerja lebih keras dan lebih lama. 

Tekanan ini tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik dan mental ayah, tetapi juga dapat mengurangi waktu dan energi yang mereka miliki untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka. Selain itu, norma sosial yang masih menganggap ayah sebagai pencari nafkah utama juga menambah beban psikologis, membuat banyak ayah merasa bahwa mereka harus mengorbankan waktu bersama keluarga demi memenuhi ekspektasi tersebut.

Keseimbangan Kerja dan Keluarga

Menyeimbangkan antara pekerjaan dan waktu bersama keluarga adalah kunci untuk menjadi ayah yang efektif dan hadir. Berikut beberapa tips yang dapat membantu ayah mencapai keseimbangan tersebut: 

Prioritaskan Waktu Keluarga: Bayangkan pulang ke rumah setelah seharian bekerja dan disambut dengan senyum hangat dari anak-anak Anda. Buatlah jadwal yang jelas dan pastikan ada waktu khusus setiap hari untuk dihabiskan bersama keluarga. Ini bisa berupa makan malam bersama, bermain dengan anak-anak, atau sekadar berbincang-bincang. Momen-momen ini akan menjadi kenangan berharga yang memperkuat ikatan keluarga.

Manfaatkan Teknologi: Di era digital ini, teknologi bisa menjadi sahabat terbaik Anda untuk tetap terhubung dengan keluarga saat bekerja. Panggilan video atau pesan singkat dapat membantu menjaga komunikasi dan menunjukkan bahwa Anda selalu ada untuk mereka, meskipun secara fisik tidak berada di rumah. Bayangkan betapa bahagianya anak-anak Anda saat menerima pesan singkat dari Anda di tengah hari sekolah mereka.

Delegasikan Tugas: Jangan ragu untuk berbagi tugas rumah tangga dengan pasangan. Ini tidak hanya meringankan beban Anda, tetapi juga memperkuat kerjasama dan kebersamaan dalam keluarga. Ketika Anda dan pasangan bekerja sama, anak-anak akan melihat contoh yang baik tentang bagaimana kerjasama dan saling mendukung dalam keluarga.

Baca juga: PBB Sebut Gaza Sudah Tidak Layak Huni Akibat Gempuran Israel dan Larang Bantuan Kemanusiaan Masuk

Tetapkan Batasan Kerja: Cobalah untuk tidak membawa pekerjaan ke rumah. Tetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu keluarga untuk memastikan Anda dapat fokus pada kedua hal tersebut tanpa merasa terbebani. Bayangkan betapa leganya Anda saat bisa menutup laptop dan benar-benar hadir untuk keluarga Anda tanpa gangguan pekerjaan.

Libatkan Diri dalam Aktivitas Anak: Terlibatlah dalam kegiatan anak-anak, seperti membantu mereka dengan pekerjaan rumah, menghadiri acara sekolah, atau bermain bersama. Ini akan memperkuat ikatan emosional dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan. Bayangkan kebahagiaan di wajah anak-anak Anda saat Anda hadir di acara sekolah mereka atau saat Anda bermain bersama mereka di taman.

Membangun Komunikasi yang Baik

Komunikasi yang baik adalah fondasi dari hubungan yang sehat antara ayah dan anak. Untuk meningkatkan komunikasi, ayah perlu meluangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan anak-anak mereka. Dengarkan tanpa menghakimi, dan berikan perhatian penuh saat anak berbicara. Ajukan pertanyaan terbuka yang mendorong anak untuk berbagi lebih banyak tentang perasaan dan pengalaman mereka. 

Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman di mana anak merasa dihargai dan didengar. Dengan membangun komunikasi yang baik, ayah dapat memahami kebutuhan dan kekhawatiran anak, serta memberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang.

Keterlibatan dalam Kehidupan Sehari-hari

Keterlibatan ayah dalam aktivitas sehari-hari anak sangat penting untuk perkembangan mereka. Ayah yang aktif terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka dapat memberikan contoh positif dan membangun ikatan emosional yang kuat. 

Mulailah dengan hal-hal sederhana seperti membantu anak dengan pekerjaan rumah, bermain bersama, atau menghadiri acara sekolah mereka. Menyimak hafalan dan muraja’ah Al Quran. 

Keterlibatan ini tidak hanya membuat anak merasa dicintai dan dihargai, tetapi juga memberikan kesempatan bagi ayah untuk mengajarkan nilai-nilai penting dan keterampilan hidup. Dengan terlibat dalam kehidupan sehari-hari anak, ayah dapat membantu membentuk karakter dan kepribadian anak yang kuat dan positif.

Menjadi Teladan yang Baik

Ayah memiliki peran penting sebagai teladan bagi anak-anak mereka. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga penting bagi ayah untuk menunjukkan akhlak yang baik, kejujuran, dan integritas dalam kehidupan sehari-hari. Jadilah contoh dalam hal-hal kecil seperti berbicara dengan sopan, menunjukkan rasa hormat kepada orang lain, dan menjaga komitmen. 

Misalnya saat ayah menyuruh anaknya sholat alangkah baiknya ajak anak untuk sholat berjamaan di masjid, contoh kecil lainnya saat melarang anak untuk tidak merokok, pastikan sebagai ayah yang baik, tidak merokok juga Selain itu, tunjukkan bagaimana menghadapi tantangan dengan sabar dan bijaksana. Dengan menjadi teladan yang baik, ayah dapat menginspirasi anak-anak mereka untuk mengikuti jejak yang positif dan membangun kehidupan yang bermakna. 

Ingatlah bahwa tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata, dan anak-anak akan belajar banyak dari apa yang mereka lihat dalam diri ayah mereka. Dengan menyadari pentingnya peran ayah dalam mendidik, kita dapat menciptakan generasi yang lebih kuat, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan masa depan.  Mari kita mulai dari sekarang, menjadi ayah yang hadir, terlibat, dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita.

*) PENULIS adalah Dosen pada Program Magister Keuangan Islam Terapan PNL dan Pembina Yayasan Generasi Cahaya Peradaban

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis

Artikel KUPI BEUNGOH lainnya baca DI SINI

Berita Terkini