Haba Dinkes Aceh

Stunting di Bener Meriah Turun Drastis Dalam 2 Tahun, BAAS Jadi Program Andalan yang Diakui Nasional

Editor: Yeni Hardika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Kesehatan Bener Meriah Hasyimi IB SKM MKes.

Laporan Bustami | Bener Meriah

SERAMBINEWS.COM, REDELONG - Stunting merupakan masalah gizi kronis yang mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak.

Gangguan ini disebabkan karena kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu yang cukup lama.

Akibatnya, anak mengalami gangguan pertumbuhan yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya.

Sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. 

Hingga saat ini, stunting masih menjadi persoalan serius yang ditangani pemerintah, tak terkecuali Pemerintah Kabupaten Bener Meriah.

Daerah yang dikenal sebagai penghasil kopi tersebut berhasil mencatat penurunan angka stunting yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Bener Meriah juga telah beberapa kali memperoleh penghargaan atas kesuksesan dalam penanganan kasus stunting.

Diantaranya pernah dinobatkan sebagai salah satu Kabupaten yang menjadi praktik terbaik dalam audit kasus penanganan stunting ditingkat Nasional.

Selain itu, Pemkab Bener Meriah juga sukses meraih peringkat pertama di Provinsi Aceh karena mampu menurunkan angka Stunting dengan kolaborasi lintas sektor.

Baca juga: Fokus Bappeda dalam Percepatan Penurunan Stunting di Aceh Besar, Pentingnya Asi Eksklusif hingga PMT

Menurun drastis selama dua tahun terakhir

Data yang diterima dari Dinas Kesehatan Bener Meriah, angka prevalensi stunting di Kabupaten Bener Meriah selama tiga tahun terakhir cenderung menurun. 

Pada 2021, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) prevalensi stunting di Kabupaten Bener Meriah mencapai angka 40,0 persen.

Lalu pada 2022 turun di angka 37,0 persen. Kemudian memasuki 2023, prevalensi stunting berada di angka 32,2 persen .

Sementara itu, berdasarkan data elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Msyarakat (e-PPGBM) Dinas Kesehatan Bener Meriah, pada 2021 prevelansi stunting di kabupaten ini berada di angka 19,95% .

Pada 2022 turun menjadi 17,14?n menurun kembali ke angka 10,74% pada 2023.

Lalu di tahun 2024, angka prevalensi stunting sudah mencapai 8,96% . Angka tersebut sudah melebihi target yang ditetapkan oleh pemerintah pusat yakni 14% . 

Program unggulan yang libatkan seluruh elemen pemerintah

Penurunan prevalensi stunting secara drastis dalam dua tahun terakhir ini menunjukkan hasil positif dari upaya bersama berbagai pihak dalam menangani masalah stunting di Bener Meriah.

Kepala Dinas Kesehatan Bener Meriah Hasyimi IB SKM MKes mengatakan, keberhasilan Pemkab Bener Meriah dalam menurunkan angka stunting itu tidak terlepas dari kerjasama antar lintas sektor dalam melakukan berbagai upaya pencegahan.

Ia menjelaskan, bahwa stunting tidak dapat diobati, namun bisa diminanilisir dengan pemberian makanan tambahan.

Untuk itu, pihaknya telah menjalankan beberapa program seperti program Kurban Bersama Masyarakat dan Pemerintah Daerah (Kuerah).

Kemudian program Anak Lahir Bidan Beri Akta (Alibata), Rumah Gizi Gampong (RGG), Program Calon Pengantin (Catin) dan program andalan yaitu Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS).

"Semuanya ini upaya yang kita lakukan agar anak-anak di Bener Meriah terhindar dari stunting," ujar Hasyimi.

Menurutnya, semua program telah sukses dilaksanakan termasuk program BAAS yang telah sukses memberikan solusi menyeluruh dalam meminimalisir stunting dengan melibatkan berbagai sektor, Forkopimda, dan pemerintah setempat.

Baca juga: Tekan Stunting, Dinkes Simeulue Gencarkan Empat Program Unggulan, Termasuk Peningkatan Sanitasi

Proses penerapan program BAAS di Bener Meriah juga berbeda dari wilayah lainnya.

Di Bener Meriah, BAAS melibatkan seluruh elemen pemerintahan di kabupaten untuk turut menjadi bapak asuh. 

Bahkan BAAS ini telah diakui di tingkat Nasional, karena program ini dibarengi dengan tindak lanjut di lapangan melalui monitoring dan evaluasi.

"Jadi untuk setahun terakhir penanganan kasus stunting telah kita lakukan dengan sebaik mungkin melalui beberapa program dan hasilnya sangat memuaskan," sebutnya.

Pemahaman masyarakat belum maksimal

Dikatakan Hasyimi, meskipun saat ini grafik angka stunting terus menurun di wilayah Bener Meriah, namun masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi pemerintah.

Diantaranya pemahaman dari masyarakat belum maksimal terhadap stunting.

Hasyimi menyebut, selama ini banyak masyarakat masih berpikir jika stunting masih dilihat dari tinggi atau rendahnya postur tubuh bukan kepada bagian kognitif anak.

Kemudian kurangnya pemahaman tentang pemberian makanan tambahan yang kaya akan nutrisisi yang baik.

"Karena bagi mereka kalau sudah makan artinya sudah diberi gizi yang baik, tanpa melihat isi dari makanan yang diberikan kepada anaknya," jelasnya.

Kurangnya pemahaman orangtua soal pola asuh dan penyebab stunting yang bukan hanya berkaitan dengan gizi juga menjadi faktor kesulitan lainnya. 

"Tidak adanya jamban yang sehat serta sumber air bersih yang dikosumsi juga berpengaruh terhadap kejadian stunting," beber Hasyimi.

Meski demikian, tambah Hasyimi, pihaknya terus melakukan beberapa upaya agar kasus stunting tidak lagi meningkatkan di wilayah Bener Meriah.

Diantaranya menjadikan remaja dan ibu hamil sebagai sasaran pencegahan stunting kedepannya.

"Termasuk melakukan pendampingan terus menerus dan melakukan kejar timbang bagi sasaran," pungkas Hasyimi.

Baca juga: Sukses Turunkan Angka Stunting, Pidie Jaya Masuk Daftar Daerah Penanganan Stunting Hingga 100 Persen

Pengobatan stunting

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak yang dapat menurunkan produktivitas kerja sehingga pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan di suatu negara.

Pada kondisi stunting dapat terjadi gangguan pada proses pematangan neuron otak serta perubahan struktur dan fungsi otak yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada perkembangan kognitif.

Kondisi ini menyebabkan kemampuan berpikir dan belajar anak terganggu dan pada akhirnya menurunkan tingkat kehadiran dan prestasi belajar. 

Dilansir dari laman ayosehat.kemkes, penanganan stunting dapat meliputi pengobatan penyakit penyebabnya, perbaikan nutrisi, pemberian suplemen, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat.

Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:

Mengobati penyakit yang mendasari, misalnya memberikan obat-obatan antituberkulosis bila anak menderita TBC

Memberikan nutrisi tambahan, berupa makanan yang kaya protein hewani, lemak, dan kalori

Memberikan suplemen, berupa vitamin A, zinc, zat besi, kalsium dan yodium

Menyarankan keluarga untuk memperbaiki sanitasi dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), guna mencapai keluarga yang sehat.

Baca juga: Turunkan Angka Stunting, Pemkab Aceh Tengah Terapkan Program TPPS & Rumah Gizi di Setiap Kampung

Pencegahan stunting pada balita dan anak

Stunting pada anak akan berlanjut hingga ia beranjak usia dewasa. 

Jadi sebelum stunting memberikan dampak pada tumbuh dan kembang anak secara menyeluruh, maka stunting harus dicegah.

Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk pencegahan stunting yaitu : 

  • Pemberian pola asuh yang tepat
  • Memberikan MPASI yang optimal
  • Mengobati penyakit yang dialami anak
  • Perbaikan kebersihan lingkungan
  • Menerapkan hidup bersih keluarga

Atau untuk lebih mudah mengingatnya, Stunting dapat dicegah dengan melakukan langkah yang disebut ABCDE, dengan rincian sebagai berikut.

A: Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD)

Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali. Dan konsumsi TTD bagi ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan).

B:  Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali

Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter menggunakan USG.

Baca juga: Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan pada Calon Pengantin agar Bebas Stunting

C: Cukupi konsumsi protein hewani

Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan.

D: Datang ke Posyandu setiap bulan

Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke Posyandu setiap bulan.

E: Eksklusif ASI 6 bulan

ASI eksklusif (hanya konsumsi ASI saja) selama 6 bulan pertama, dilanjutkan hingga usia 2 tahun dengan melengkapi Makanan Pendamping ASI (MP ASI) tepat setelah berusia 6 bulan. (*)

INFO STUNTING ACEH LAINNYA

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

Berita Terkini