Kilas Balik Tsunami Aceh 2004

Bersama Aa Gym, Titiek Puspa Menangis Saat Berada di Aceh Pasca Tsunami 2004: Semua Hancur

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Yeni Hardika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kilas Balik Tsunami Aceh 2004 - Titiek Puspa Menangis di Aceh

Bersama Aa Gym, Titiek Puspa Menangis Saat Berada di Aceh Pasca Tsunami 2004: Semua Hancur

SERAMBINEWS.COM - Musisi legendaris Indonesia, Hj. Sudarwati atau yang lebih dikenal sebagai Titiek Puspa, tak kuasa menahan air matanya saat tiba di Aceh beberapa waktu setelah bencana dahsyat tsunami melanda pada akhir Desember 2004. 

Didampingi oleh pendakwah Aa Gym, Titiek Puspa menyaksikan langsung kehancuran yang melanda Tanah Rencong.

Ketika menginjakkan kaki di Aceh, Titiek Puspa terkejut dan terenyuh melihat pemandangan yang memilukan. 

Ia tak kuasa menahan tangisnya ketika melihat Bumi Serambi Mekkah hancur porak poranda dilanda tsunami.

Kondisi Masjid Raya Baiturrahman pasca Tsunami Aceh 2004. ()

Peristiwa kelam tersebut terjadi pada 20 tahun yang lalu, 26 Desember 2004, menjadi tragedi bencana alam yang paling membekas dalam ingatan masyarakat Aceh.

Ratusan ribu nyawa manusia menjadi korban dari bencana mahadahsyat di abad ini.

Sebuah arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Senin 3 Januari 2005, memuat tentang sosok musisi Tanah Air, Titiek Puspa yang menangis ketika meninjau langsung Bumi Aceh empat hari setelah tsunami.

Artikel ini ditayangkan kembali untuk memperingati 20 tahun bencana tsunami Aceh 2004.

Titiek Puspa Menangis di Aceh

Hati penyanyi senior Titiek Puspa terasa pilu jika melihat tayangan televisi tentang musibah di Aceh.

“Aduh, semua hancur, enggak ada apa-apa lagi, mayat-mayat busuk di mana-mana." ujar Titiek Puspa.

Titiek Puspa langsung meneteskan air mata ketika mengunjungi Banda Aceh bersama Agum Gumelar dan KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym dan beberapa rombongan pada 30 Desember 2004.

Titiek mengaku, sejak di Bandar Udara Iskandar Muda, Blangbintang, Aceh Besar, dia langsung di serbu para wanita.

Tidak sedikit perempuan setempat yang meratap di pelukannya.

Apalagi ada yang baru dihubungi sehari sebelum berangkat.

"Mereka nangis, 'Mbak, aku sudah enggak punya apa-apa lagi, anakku, suamiku hilang. Wis, air mataku menetes terus," imbuhnya.

Arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Selasa 4 Januari 2005, atau sembilan hari setelah tragedi gempa dan tsunami. (Arsip Harian Serambi Indonesia)

Titlek juga merasa prihatin sebab banyak alat-alat berat dan kendaraan-kendaraan menjadi lumpuh karena minimnya persediaan BBM.

Kekurangan BBM inilah membuat sulitnya untuk menyingkirkan puing-puing bekas gempa bumi dan terjangan gelombang.

Mendistribusi bantuan bagi para korban hidup, atau mengangkut, mengumpulkan, dan mengubur para korban tewas yang banyak dan ada di mana-mana.

Untuk berbuat seperti ini, hanya tentara yang bisa berbuat.

Hanya tiga jam rombongan Agum dan AA Gym berada di Banda Aceh.

Apalagi bandar udaranya sangat kecil sehingga tidak bisa menampung banyak pesawat.

"Karena banyak pesawat yang akan mendarat di situ, setiap pesawat cuma boleh berhenti 45 menit.

Untung Pak Agum bisa maksa supaya pesawat kami bisa berhenti di situ tiga jam. Kalau enggak, dalam 45 menit kami tak bisa berbuat apa." cetusnya.

Sebetulnya, ke Banda Aceh Titiek juga membawa uang sumbangan yang digalangnya secepat kilat dari para anak dan cucunya di Jakarta.

“Tapi, sampai di sana. aku enggak tahu uang itu mau aku kasih lewat siapa. Akhirnya, aku bawa lagi ke Jakarta. Aku kasih lewat RCTI sajalah," pungkasnya.

 

Teungku Sofyan Terkubur Tujuh Hari

Tuhan maha berkehendak. Teungku Sofyan (pada saat itu berumur 20 tahun) yang digulung ombak tsunami hingga beberapa kilometer.

Kemudian tertimbun reruntuhan bangunan selama tujuh hari tanpa makan tanpa minum, kini masih kuat bertahan hidup.

Saat ditemukan kondisi Teungku Sofyan sangat menyedihkan. Tubuhnya penuh luka.

Kondisinya sangat lemah. Hanya matanya yang bergerak-gerak.

Dia ditemukan warga terkubur di reruntuhan bangunan.

Saat itu yang terlihat hanya bagian kepala dan tangannya.

Tidak diperoleh informasi lebih detail di mana Sofyan di temukan.

Sebuah arsip berita Harian Serambi Indonesia edisi Rabu 12 Januari 2005 - Teungku Sofyan tergolek di RS Kesdam Banda Aceh setelah tujuh hari tertimbun di reruntuhan (ARSIP HARIAN SERAMBI INDONESIA)

Beberapa saksi yang ditemui di Rumah Sakit Kesdam Banda Aceh hanya menyebutkan di wilayah Aceh Jaya.

Mereka hanya menyebutkan Sofyan ditemukan ditumpukan reruntuhan bangunan dan sampah-sampah yang terbawa air saat para warga tengah mencari sanak saudaranya.

Tempat ditemukan Sofyan itu letaknya beberapa kilometer dari tempat tinggal Sofyan.

Menurut keterangan warga, Sofyan ditemukan pada hari ketujuh (2/1/2005). Saat ditemukan Sofyan masih bisa minum air putih.

"Saat itu kondisinya memang lemah sekali. Ia lemas. Tapi waktu kami kasih air putih, masih bisa meneguknya," ujar salah satu warga.

Warga bisa menemukan Sofyan karena saat melintas di puing-puing reruntuhan mendengar ada rintihan. 

"Kami tidak mengira ada orang di reruntuhan itu. Kami dengar sayup sayup ada orang merintih. Kami cari, dia kelihatan kepala sama tangannya," tambahnya.

(Pada saat itu) kondisi Sofyan masih lemah. Ia belum bisa berkomunikasi.

Namun luka-lukanya sudah mulai mengering. (*)

(Arsip Serambi Indonesia/Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Berita Terkini