Wawancara Eksklusif

Miklos Gaspar, Rohingya Tidak Habiskan Uang Aceh

Editor: mufti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SERAMBI SPOTLIGHT - Direktur UN Information Center atau Pusat Informasi PBB, Miklos Gaspar dan Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh M Syahputra Azwar menjadi narasumber dalam program Serambi Spotlight yang dipandu Tieya Andalusia di Studio Serambinews.com, Meunasah Manyang Pagar Air, Aceh Besar, Rabu (5/2/2025).

Bagaimana dengan kebijakan PBB tentang permasalahan Rohingya di Myanmar?

Situasi di Myanmar tentu saja sangat disayangkan. Sekitar empat tahun lalu ada kudeta ilegal, sebuah pengambilalihan oleh militer pemerintah yang dipilih secara demokratis dan kelompok internasional termasuk banyak resolusi PBB telah disahkan terhadap situasi ini, pemerintah tidak diakui secara internasional dan PBB. Bersama orang lain di ASEAN kami sedang mencoba mencari atau mencoba menengahi resolusi untuk situasi ini.

Sekretaris Jenderal PBB telah menunjuk utusan khusus untuk menghadapi situasi di Myanmar. Semoga dalam waktu yang tidak terlalu lama ini akan berbuah tidak ada lagi perang saudara, karena orang-orang menderita sekarang, situasi Rohingya bahkan semakin buruk.

Menurut pendapat PBB kewarganegaraan mereka tidak bisa diambil di negara kelahiran mereka. Mereka dicabut kewarganegaraan mereka, mereka dianggap sebagai orang asing. 

Padahal mereka bukan orang asing, mereka pernah tinggal di tanah mereka, lahir di sana, tempat ayah mereka lahir di sana. Itu adalah situasi yang tidak dapat dipertahankan. Dalam perspektif kami di Indonesia ada sekitar 2.000 pengungsi Rohingya, di Bangladesh ada sekitar satu juta, dan sekitar 100 ribu di Malaysia.

Kami sangat berterima kasih kepada masyarakat Aceh menyambut para pengungsi ini, karena saat di berita, kami (membaca) seperti yang dikatakan terkadang terlihat tentang penolakan. Tapi saya mengerti dari rekan-rekan saya bahwa di jalan (Aceh) orang-orang sangat baik. Bahkan seringkali wanita penduduk desa kebanyakan akan membawa pakaian untuk untuk anak-anak pengungsi dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak dukungan dan hati yang hangat saat mereka (Rohingya) datang. Maksud saya orang-orang merasa kasihan pada mereka yang malang

Nilai kemanusiaan ini, dari apa yang saya ketahui, bahwa Islam juga mengajarkan kepada sesama untuk membantu yang kurang beruntung. Dan kita tahu kebanyakan orang memang melakukan itu, tapi ada sejumlah (orang) yang vokal menentang para pengungsi dan saya berharap dari waktu ke waktu mereka juga akan menyadari bahwa itu bukan kesalahan pengungsi.

Seperti yang saya katakan sebelumnya (keberadaan mereka) tidak akan menghabiskan sedikitpun uang Aceh, karena PBB sebagian besar mendukung mata pencaharian para pengungsi ini. 

Banyak orang menolak Rohingya, apakah itu sebuah kesalahpahaman?

Jadi itu adalah bagian terbesarnya, sulit untuk membayangkannya dengan baik, apakah orang-orang seperti Anda dan saya akan menolak orang yang harus menyeberangi laut, mempertaruhkan hidup mereka untuk menyeberangi laut lebih dari dua minggu dengan sedikit makanan dan air. Bahwa seseorang yang melakukan itu pasti sangat-sangat putus asa. 

Dalam pandangan saya tugas kita adalah untuk membantu orang yang putus asa. Jadi saya hanya bisa membayangkan ini (penolakan Rohingya) adalah kesalahpahaman. Itulah mengapa kita semua perlu memberitahukan orang lain tentang situasi para pengungsi dan tentang meyakinkan mereka bahwa itu bukan (dana) pemerintah, tetapi sebagian besar PBB yang menyediakan (dana) bagi para pengungsi ini.

Apa harapan Anda kepada masyarakat Aceh terkait para pengungsi Rohingya dan memori tentang tsunami Aceh ini? 

Dari tsunami Aceh atau tsunami Samudra Hindia, sebagian besar dampaknya itu terjadi di Aceh dan juga Nias, negara lain juga terkena dampak. Tapi pertama-tama, saya sangat berterima kasih kepada pemerintah Aceh dan Museum Tsunami (memberi ruang pameran foto) sehingga ingatan ini (bencana), tetap hidup sebagai peringatan bagi orang-orang yang menjadi korban, tetapi juga sebagai pembelajaran. Karena dari tragedi apa pun kita perlu belajar, sehingga ketika hal yang sama terjadi lain hasilnya (pencegahannya) mungkin lebih baik.

Kita tidak bisa menghentikan gempa bumi, kita tidak bisa menghentikan tsunami, ini pasti akan terjadi lagi, yang bisa kita ubah adalah bagaimana kita bereaksi mempersiapkan dan bagaimana kita bereaksi ketika tsunami memang terjadi. 

Anda tadi bertanya kepada saya tentang perjalanan saya ke Simeulue. Saya membuat artikel utama di PBB, di situs berita di New York tentang ketahanan masyarakat (Simeulue) bagaimana mereka memiliki lagu, mereka tahu bahwa ketika air laut surut mereka harus berlari dan bagaimana manfaat dari itu, korbannya lebih sedikit daripada di tempat lain.

Halaman
1234

Berita Terkini