Konflik Palestina vs Israel

Warga Israel Unjuk Rasa Besar-besaran, Tuntut Sandera di Gaza Dibebaskan

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UNJUK RASA - Warga Israel menggelar unjuk rasa di luar Kantor Perdana Menteri Israel tanggal 25 Maret 2025.

SERAMBINEWS.COM - Pada Sabtu malam, 29 Maret 2025, diperkirakan puluhan ribu orang menggelar unjuk rasa di seluruh Israel.

Aksi ini bertujuan untuk menuntut pembebasan warga Israel yang masih disandera oleh Hamas di Jalur Gaza dan menolak perombakan yudisial.

Unjuk rasa utama akan dimulai pukul 18:30 waktu setempat di Lapangan Habima, Kota Tel Aviv.

Para pengunjuk rasa direncanakan akan bergerak menuju Jalan Benin untuk bergabung dengan keluarga sandera yang juga melakukan demonstrasi di sana.

Di Lapangan Sandera, akan ada pidato dari Iair Horn, seorang sandera yang telah dibebaskan, serta dari pensiunan jenderal Yom-Tov Samia dan aktor Michael Rapaport.

Lokasi lain yang akan menjadi tempat unjuk rasa meliputi Yerusalem, Carmei Gat, dan Persimpangan Shaar HaNegev.

Forum Sandera dan Keluarga Hilang mengimbau semua warga Israel untuk berpartisipasi dalam aksi tersebut, tanpa memandang latar belakang politik.

Baca juga: Mesir Klaim Hamas Setujui Gencatan Senjata 50 Hari Mulai Lebaran, 5 Sandera Israel Akan Dibebaskan

Mayoritas Warga Israel Ingin Perang Diakhiri

Menurut survei yang dirilis oleh Channel 12 pada hari Jumat, sebanyak 69 persen warga Israel mendukung penghentian perang di Gaza untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera.

Hanya 21 persen yang menolak usulan tersebut.

Di kalangan pendukung koalisi pemerintahan Israel, 54 persen menginginkan perang diakhiri, sementara 32 persen menolak.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, hingga kini tetap menolak untuk mengakhiri perang demi memastikan pembebasan 59 sandera yang masih berada di Gaza.

Netanyahu menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas dilenyapkan sebagai ancaman bagi Israel.

Dari 59 sandera tersebut, 24 di antaranya diyakini masih hidup.

Netanyahu juga menolak untuk merundingkan tahap kedua dari gencatan senjata.

Ia lebih memilih untuk memperpanjang tahap pertama gencatan senjata agar lebih banyak sandera dapat dibebaskan, sambil tetap melanjutkan operasi militer.

Baca juga: Mahkamah Agung Israel Tolak Bantuan Masuk Gaza, Hukum Perang tak Berlaku bagi Zionis

Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah

Pengkritik Netanyahu berargumen bahwa peningkatan operasi militer justru dapat membahayakan nyawa sandera yang masih hidup.

Mereka juga mempertanyakan efektivitas serangan terbaru Israel dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Selama gencatan senjata antara Januari hingga Maret, Hamas telah membebaskan 30 sandera, yang terdiri dari 20 warga sipil Israel, 5 tentara, dan 5 warga negara Israel, serta menyerahkan jasad delapan warga Israel yang meninggal.

Baca juga: Kronologi Zul Iqbal Aniaya Balita Anak Kekasihnya hingga Tewas di Medan, Organ dalam Korban Rusak

Baca juga: Dosen UIN Dr Syahminan Jadi Khatib Shalat Idul Fitri di Masjid Giok Nagan Raya

Baca juga: Prof Syahrizal Abbas di Masjid Taqwa Lhong Raya, Ini Daftar Khatib Shalat Ied di Banda Aceh Besok

Berita Terkini