Pasangan ini mempunyai empat orang anak, yakni Giscka Putri Agustina Sahetapy (1982—2010), Rama Putra Sahetapy (1992), Surya Sahetapy (1994), dan Muhammad Raya Sahetapy (2000).
Sayangnya, Dewi memilih menolak poligami sehingga memutuskan menggugat cerai Ray.
Dewi melakukannya karena Ray hendak menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang janda beranak dua yang merupakan pengusaha kafe dan katering, yang pernah menjadi dosen seni pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta.
Mereka resmi bercerai pada 24 Agustus 2004.
Ray menikah dengan Sri di bulan Oktober 2004.
Ia merupakan pemimpin dari organisasi Perhimpunan Seniman Nusantara.
Film perdananya dirilis pada tahun 1980 dengan judul Gadis yang merupakan arahan dari sutradara Nya' Abbas Akup.
Dalam film inilah, ia bertemu dengan Dewi Yull yang merupakan istri pertamanya.
Lewat film Noesa Penida yang tayang pada tahun 1988, Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada Festival Film Indonesia 1989.
Selain itu, ia juga pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali dalam ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (Festival Film Indonesia 1984), Secangkir Kopi Pahit (Festival Film Indonesia 1985), Kerikil-Kerikil Tajam (Festival Film Indonesia 1985), Opera Jakarta (Festival Film Indonesia 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (Festival Film Indonesia 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (Festival Film Indonesia 1990).
Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, ia tetap eksis di dunia seni peran.
Ray membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas teater di sana.
Lewat sanggarnya ini, ia pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.
Pada pertengahan 2006, ia kembali aktif di dunia film dengan membintangi Dunia Mereka.
Bahkan, kongres PARFI pada tahun yang sama memilih Ray menjadi salah satu ketuanya. (