Lonjakan harga emas didorong oleh kombinasi pelemahan dolar AS, memburuknya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, serta meningkatnya kekhawatiran atas prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Dilansir dari kantor berita Reuters (16/4/2025), harga emas spot naik 1,3 persen menjadi US$3.270,12 per troy ons, setelah sebelumnya menyentuh level tertingginya sepanjang masa di US$3.275,20 per troy ons di awal sesi perdagangan.
Sementara itu, emas berjangka AS tercatat naik 1,4 persen menjadi US$3.286,30 per troy ons, mencerminkan sentimen pasar yang kian mengarah pada aset lindung nilai.
“Pertemuan sejumlah faktor seperti depresiasi dolar dan penghindaran risiko yang berkelanjutan menguntungkan emas,” ujar Tim Waterer, Kepala Analis Pasar di KCM Trade.
Salah satu pendorong utama kenaikan harga emas adalah meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi dunia: Amerika Serikat dan China.
Perusahaan teknologi raksasa Nvidia pada hari Selasa mengumumkan bahwa mereka akan mencatatkan kerugian sebesar US$5,5 miliar, menyusul keputusan pemerintah AS untuk membatasi ekspor chip kecerdasan buatan H20 ke China.
Langkah ini dianggap sebagai upaya strategis AS untuk membendung pengaruh Tiongkok dalam pengembangan teknologi AI.
Sebagai respons, pemerintah Tiongkok memerintahkan maskapai penerbangan nasionalnya untuk menolak pengiriman pesawat baru dari Boeing, sebagai bentuk protes atas pemberlakuan tarif sebesar 145 persen terhadap barang-barang impor asal China yang baru-baru ini diumumkan oleh pemerintah AS.
“Selama masih ada ketidakpastian seperti ini, emas akan tetap menjadi pilihan utama investor,” kata Brian Lan, Direktur Pelaksana di GoldSilver Central, Singapura.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)