Salah satu temuan menarik dalam proses penulisan buku “1 Kota 5 Agama di Aceh” adalah mengenai Vihara Maitri. Vihara ini merupakan salah satu yang tertua milik umat Buddha di Banda Aceh.
Namun, karena lokasinya yang berada di lorong sempit, vihara tersebut jarang menjadi objek penelitian. Padahal, menurut Agamna, Vihara Maitri memiliki nilai historis yang tinggi.
Ia mengungkapkan bahwa sebelum dipindahkan ke lokasi yang sekarang, vihara tersebut dulunya terletak di kawasan yang kini menjadi salah satu pusat perdagangan terbesar di Kota Banda Aceh. Dengan kata lain, tempat yang kini ramai sebagai pusat ekonomi, dulunya adalah lokasi berdirinya sebuah vihara.
“Belum pernah ada yang menulis soal itu. Ini bagian dari sejarah yang terlupakan,” katanya.
Karena itu, penulisan buku ini juga memiliki misi memperkaya dan melengkapi narasi sejarah yang selama ini hanya hadir dalam bentuk jurnal atau berita.
Menurutnya, tanggapan dari para tokoh agama terhadap buku ini sangat positif. Mereka merasa diangkat, dihargai, dan mendapat ruang dalam sejarah Aceh.
“Mereka bilang buku ini bisa dikenalkan ke anak-anak mereka. Jadi semacam panduan dan pengingat sejarah agamanya (agama non-Muslim) bisa hadir di kota yang menerapkan syariat islam,” ungkap Agamna.
Pesan untuk Generasi Muda
Proses penulisan buku ini tentu tidak lepas dari tantangan. Waktu adalah hambatan terbesar, mengingat Agamna masih aktif sebagai mahasiswa dengan berbagai kegiatan kampus.
Namun demikian, ia tidak terlalu merasa kesulitan dalam hal menulis saat ini. Baginya, menulis sudah menjadi kebutuhan pokok, layaknya seperti makanan yang harus dikonsumsi setiap hari.
“Saya membiasakan menulis setiap hari, meskipun hanya beberapa kata, baik di keyboard komputer maupun di ponsel, entah itu tulisan berita maupun jenis tulisan lainnya,” jelasnya.
Untuk memperkaya wawasan dan menajamkan narasi tulisannya, Agamna juga membaca jurnal ilmiah dan berbagai berita terkini. Selain itu, dukungan dari keluarga menjadi salah satu sumber semangat utama dalam proses kreatifnya.
“Semangat menulis saya datang dari keluarga. Mereka sangat mendukung,” ujarnya.
Buku ini akan diterbitkan oleh Bandar Publishing yang berlokasi di Lamgugob, tepat di samping kantor camat Syiah Kuala.
Targetnya, buku ini akan terbit dalam waktu dekat dan akan menjadi awal dari lebih banyak buku yang akan ia tulis setelah menyelesaikan skripsinya.