CHAIRUL BARIAH, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Kebangsaan Indonesia dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Bireuen, melaporkan dari Bireuen, Provisi Aceh
Pembelian bahan bakar minyak (BBM) yang bersubsidi ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak untuk Beberapa Daerah di Indonesia. Berdasarkan data dari Pertamina Patra Niaga, pendataan QR Code pengguna pertalite sudah mencapai 100 persen di tiga provinsi, yakni Aceh, Bengkulu, dan Bangka Belitung. Tujuannya adalah agar subsidi BBM tepat sasaran.
BBM subsisi adalah BBM yang disubsidi oleh pemerintah menggunakan dana APBN yang dijual dengan lebih murah, dengan jumlah yang terbatas sesuai kuota yang ditetapkan pemerintah dan hanya diperuntukkan bagi konsumen tertentu. Jenis BBM yang termasuk BBM bersubsidi adalah biosolar dan pertalite.
Penggunaan barcode bagi kendaraan yang mengisi BBM berdasarkan aturan Pertamina adalah sebagai berikut: digunakan untuk satu kendaraan terdaftar di SPBU, tidak bisa digunakan untuk kendaraan lain selain yang terdaftar. Juga tidak boleh ditukar-tukar, harus sama dengan nomor polisi kendaraan saat bertransaksi di SPBU.
Sesuai dengan ketentuan tersebut seharusnya semua kendaraan yang mengisi BBM di SPBU menggunakan barcode yang telah dimiliki oleh masing-masing kendaraan. Akan tetapi, apa yang saya alami beberapa waktu lalu saat hendak mengisi BBM di salah satu SPBU di Bireuen ternyata barcode saya tidak dapat digunakan. Kata petugas, berdasarkan data di sistem, barcode saya baru saja digunakan. Karena saya tak percaya, petugas pun memperlihatkan bukti penggunaan oleh orang lain, lalu saya diminta menunggu satu jam kemudian. Informasi dari sistem barcode tertulis, “Pembeli tersebut sedang melakukan transaksi. Selesaikan dahulu atau tunggu beberapa saat.”
Bagi saya, ini sesuatu yang aneh, dan bukan kejadian pertama saya alami. Ini yang ketiga kalinya terjadi. Hal ini membuat saya dongkol, bagaimana tidak waktu pulang kantor hampir pukul 6 sore, tetapi petugas meminta saya untuk menunggu satu jam ke depan. Saat saya tanya kepada petugas apakah kendaraan yang menggunakan barcode saya mengisi BBM di SPBU ini? “Tidak Bu, dia isi di tempat lain," jawabnya. Lalu siapa dan di mana dia?
Kejadian kedua yang paling menyedihkan ketika saya hendak mengisi BBM di salah satu SPBU di Matangglumpang Dua. Minyak mobil saya 'rest' karena paginya belum masuk BBM, jadi saya isi waktu pulang kantor pukul 5 sore. Pada saat saya serahkan barcode petugas langsung scan, tetapi, "Maaf, katanya, "barcode Ibu baru saja digunakan."
Saya bersikeras, itu tidak mungkin. Lalu dijawab, "Ibu bisa menggunakan barcode ini satu jam kemudian." Padahal, saya sedang lelah. Saya sampai menangis sambil menelepon suami mengataan apa yang terjadi, dan terpaksa menunggu karena kalau saya lanjutkan perjalanan takut mobil mogok di jalan.
Saya kecewa kenapa ini harus terjadi untuk kesekian kalinya. Sambil terus menghubugi orang-orang yang pernah meminjam kendaraan, tetapi sampai saat ini siapa yang menggunakan barcode saya masih misteri.
Sebenarnya, saya sudah mematuhi hal yang harus dilakukan dalam penggunaan barcode BBM, seperti menyimpan dengan baik dalam bentuk digital maupun cetak, tidak membagikan QR Code kepada orang lain, dan memperhatikan batas kuota BBM subsidi yang diberikan untuk kendaraan.
QR Code Pertamina bersifat pribadi dan rahasia, serta hanya digunakan untuk kendaraan yang telah terdaftar. Seingat saya, tidak pernah saya bagikan barcode kepada orang lain. Saya tidak tahu siapakah yang telah menduplikasi atau "membajak" dan menyalahgunakan barcode yang saya miliki.
Apa yang telah saya alami ini hendaknya tidak terjadi lagi pada orang lain. Itu sebab, reportase tentang ini saya tulis supaya publik tahu.
Perlu perhatian serius dari petugas pada setiap SPBU agar meneliti terlebih dahulu barcode apakah sudah sesuai dengan pelat nomor kendaraan waktu pengisian BBM. Petugas harus berani mengatakan kalau salah tetap salah, jangan biarkan kejadian ini terulang lagi. Bukankah setiap petugas SPBU itu sebelum menjalani tugasnya sudah mengikuti pelatihan?
Pelajaran berharga
Kata orang bijak, pengalaman adalah guru terbaik. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi saya. Pertama, jangan menunggu BBM habis, baru mengisi BBM. Kedua, hati-hati meminjamkan kendaraan kepada orang lain, karena pada saat habis minyak pasti dia minta barcode, secara tidak sadar kita mengirimkan barcode secara digital, mungkin inilah penyebab mengapa ada barcode kita ada pada orang lain.
Sebagaimana kita ketahui pesan secara digital itu tersimpan rapi di sistem. Siapa pun dia hendaknya jangan menggunakan barcode orang lain karena dapat menyalahi aturan yang telah ditetapkan sehingga dapat berurusan dengan hukum.